Mengapa golongan tua ingin proklamasi dilakukan oleh PPKI?

TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa Rengasdengklok merupakan perstiwa yang bersejarah bagi Bangsa Indonesia.

Kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini menjadi saksi bisu perjuangan menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa yang terjadi pada 16 Agustus 1945 itu merupakan peristiwa penculikan terhadap Soekarno dan Hatta yang dipicu oleh adanya perbedaan paham antara golongan tua dan golongan muda.

Latar Belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok

Baca juga: Liputan Khusus Rumah Rengasdengklok [1]: Tempat Bersejarah Berusia 100 Tahun

Baca juga: Baca Teks Proklamasi, Puan Maharani Renungi Perjuangan Sang Kakek 76 Tahun Lalu

Dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII semester 2 kurikulum 2013, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 di Kota Hiroshima dan Nagasaki, Amerika Serikat menjatuhkan bom.

Akibat dari kedua bom tersebut, banyak korban jiwa yang berjatuhan dan berbagai fasilitas hancur.

Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.

Ketiga tokoh Indonesia yakni Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr. Radjiman Widyodiningrat, yang dipanggil Jepang telah kembali ke tanah air.

Terjadi perubahan yang sangat drastis pada keadaan politik Indonesia.

Para tokoh tanpa menunggu keputusan Jepang, mempunyai ide untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Dalam mengambil keputusan kapan proklamasi akan dinyatakan, terdapat perbedaan pendapat.

Perbedaan pendapat terjadi antara golongan muda dan gelombang tua.

Golongan muda mendesak agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya.

Sementara itu, golongan tua ingin menunggu keputusan dari Jepang.

Golongan tua mengambil keputusan tersebut untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah.

Para anggota PPKI seperti Soekarno dan Hatta menginginkan proklamasi tetap dilaksanakan sesesuai mekanisme PPKI.

Hal itu dilakukan, karena kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih.

Golongan muda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya, karena pada saat itu Indonesia sedang mengalami kekosongan kekuasaan [Vacom of Power].

Sejarah Peristiwa Rengasdengklok

Pada 15 Agustus 1945 rapat diadakan di Jl. Pegangsaan Timur, Jakarta.

Rapat ini dihadiri oleh Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subdio, Subianto, Margono, Armansyah, dan Wikana.

Chairul Saleh sebagai pemimpin memutuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan ke pihak lain.

Darwis dan Wikana menyampaikan keputusan rapat kepada Soekarno dan Hatta di Jl. Pegangsaan Timur No.56, Jakarta.

Namun, keputusan rapat tersebut ditolak oleh Soekarno.

Ia bersikap keras bahwa proklamasi tetap harus dilaksanakan melalui PPKI.

Golongan muda mempunyai tujuan untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang.

Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Luar Jakarta.

Untuk melaksanakan pengamanan terhadap Soekarno dan Hatta, golongan muda memilih Shodanco Singgih, seorang anggota PETA.

Kemudian, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok.

Pemilihan Kota Rengasdengklok karena alasan perhitungan militer yaitu anggota PETA.

Anggota PETA adalah Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta yang pernah melakukan latihan bersama di Rengasdengklok.

Rengasdengklok letaknya sangat strategis.

Rengasdengklok adalah kota terpencil yang memiki jarak sekitar 15 km dari Karawang.

Sementara itu, golongan muda yang diwakili Wikana dan Golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Subardjo melakukan dialog di Jakarta.

Hasil dari dialog tersebut adalah mereka sepakat untuk melaksanakan proklamasi di Jakarta dan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Ahmad Subardjo diantar oleh Yusuf Kunto ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.

Ahmad Subardjo memberikan jaminan kepada golongan muda yaitu proklamasi kemerdekaan yang akan diumumkan pada 17 Agustus 2021, dan selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.

Jaminan tersebut membuat Komandan Kompi PETA Rengasdengklok yaitu Cudanco Subeno bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta.

Setelah itu, Soekarno dan Hatta melakukan persiapan untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan.

Tokoh-Tokoh peristiwa Rengasdengklok

Golongan Muda:

- Chairul Saleh

- Wikana

- Sukarni

- Subadio

- Subianto

- Sayuti Melik

- Adam Malik

- Yusuf Kunto

- Margono

- BM Diah

- Shudancho Singgih

- Armansyah

- Kusnandar

- dr. Muwardi

- Djohar Nur

- Sudiro

Golongan Tua:

- Soekarno

- Moh Hatta

- Para anggota dan pengurus BPUPKI

- Para anggota dan pengurus PPKI

[Tribunnews.com/Farrah Putri]

Materi sekolah lainnya

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan, KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Video

Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua, untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945.

Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok

Latar belakang peristiwa Rengasdengklok terjadi ketika aktivis pergerakan mendengar kabar bom atom yang dijatuhkan sekutu di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Saat itu Indonesia masih dijajah Jepang. 

Peristiwa bom atom itu terjadi tanggal 6 Agustus 1945. Pada 9 Agustus 1945, tiga tokoh Nasional yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat pergi ke Vietnam, bertemu dengan Marsekal Terauchi.

Berita kekalahan Jepang didengar golongan muda melalui siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation). Berita tersebut didengar pada 10 Agustus 1945. Setelah berita kekalahan Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu.

Setelah kembali ke Indonesia, Sutan Syahrir (golongan muda) mendesak Mohammad Hatta secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun usul Syahrir ditolak karena proklamasi kemerdekaan Indonesia diserahkan pada PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Tetapi golongan muda berpendapat kemerdekaan harus diraih dan diperjuangkan sendiri, tanpa ikut campur dari tangan Jepang. Golongan muda menganggap PPKI adalah organisasi bentukan Jepang meski anggotanya orang Indonesia. Golongan muda ingin kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang.

Advertising

Advertising

Baca Juga

Mengutip dari buku Sejarah Indonesia Kelas XI, peristiwa Rengasdengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 jam 04.00 WIB.

Ketika itu golongan muda melaksanakan rapat di Cikini 71, Jakarta. Mereka sepakat untuk mengamankan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke luar kota.

Peristiwa ini terjadi karena golongan muda gagal memaksa golongan tua untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan.

Tujuan peristiwa Rengasdengklok adalah menculik Ir. Sokerno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota untuk menjauhkan pengaruh Jepang. Golongan muda khawatir kedua tokoh ini akan dipengaruhi oleh Jepang untuk menghalangi proklamasi kemerdekaan.

Soekarno dan Hatta  kemudian diamankan di Rengasdengklok atau markas PETA, berada 15 kilometer (km) dari Kedung Gede, Karawang.

Baca Juga

Sementara itu di Jakarta, Ahmad Soebardjo (golongan tua) bersama Wikana (golongan muda) mengadakan kesepakatan untuk proklamasi di Jakarta. Laksamana Maeda membolehkan rumahnya menjadi tempat perundingan untuk membuat naskah proklamasi.

Kesepakatan tersebut membuat Jusuf Kunto dari pihak pemuda membawa Ahmad Subardjo menjemput Ir. Soekarno ke Rengasdengklok.

Malam hari pada 16 Agustus 1945, rombongan sampai ke Jakarta. Soekarno-Hatta kemudian diantar ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1 (sekarang menjadi tempat Duta Besar Inggris).

Kediaman Laksamana Maeda menjadi tempat untuk membuat naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah disusun oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Subarjo.

Konsep proklamasi dibuat dalam selembar kertas, kemudian disalin memakai mesin ketik. Sayuti Melik berperan mengetik naskah teks proklamasi. Naskah tersebut kemudian dibaca secara langsung tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Baca Juga

Selain golongan tua, golongan muda juga berjuang memerdekakan bangsa Indonesia tanpa campur tangan Jepang. Mengutip dari kemdikbud.go.id, berikut peran golongan muda dalam peristiwa Rengasdengklok:

  • Pelopor golongan muda yang mendesak Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan adalah Chaerul Saleh, Asmara Hadi, A.M. Hanafi, Soediro, Sayuti Melik, dan S.K Trimurti. Mereka juga menemui Soekarno setelah kembali dari Dalat, Vietnam, pada 14 Agustus 1945.
  • Golongan muda seperti Wikana, Darwis, Soeroto, Soebadio, dan Yusuf Kunto, Chaerul Saleh dan Dojhari Nur mengadakan rapat di Cikini 71, pada 16 Agustus 1945, pukul 01.30 WIB. Pembahasannya tentang rencana menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
  • Kemudian golongan pemuda seperti Sodanco Singgih, Chaerul Saleh, Wikana, dr. Muwardi, Sukarni, dan Yusuf Kunto menjemput Sukarno-Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok. Penjemputan dilakukan pada 16 Agustus 1945, pukul 06.00 WIB.
  • Sukarni sebagai golongan muda bertugas memberi saran teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.
  • Sayuti Melik bertugas mengetik naskah teks proklamasi.
  • Suhud dan Latif Hendraningrat berperan sebagai pengibar bendera merah putih, ketika proklamasi kemerdekaan. Sedangkan pembawa bendera adalah SK Trimurti.