Berapa lama masa penciuman hilang ketika covid

Suara.com - Anosmia merupakan salah satu gejala paling sering dialami oleh pasien Covid-19. Bagi yang belum familiar, anosmia adalah ketidakmampuan untuk mencium sebagian atau penuh.

Tentunya kondisi anosmia ini membuat tidak nyaman dan juga mengurangi kualitas hidup. Pertanyaannya kemudian, berapa lama anosmia hilang?

Anosmia dapat bersifat permanen atau sementara. Ini sering memudar secara bertahap dari waktu ke waktu, tanpa pengobatan atau intervensi.

Namun, tidak mengetahui kapan atau apakah indra penciuman akan kembali dapat mengkhawatirkan. Jika ingin mempercepat prosesnya, ada beberapa perawatan yang bisa dcoba di rumah.

Baca Juga: Pemerintah akan Bagikan 300 Ribu Paket Obat Buat Pasien OTG Hingga Gejala Anosmia Covid-19

Berapa lama masa penciuman hilang ketika covid
INFOGRAFIS: 4 Bahan untuk Latih Penciuman saat Alami Anosmia

“Penanganan hilangnya penciuman tergantung pada penyebabnya. Ada intervensi medis yang dapat membantu, serta perawatan di rumah,” kata Nicole Aaronson, MD, MBA, CPE, FAAP, FACS.

Aaronson adalah ahli THT pediatrik di Rumah Sakit Anak Alfred I. duPont dan Asisten Profesor Klinis Otolaringologi dan Anak di Sekolah Kedokteran Thomas Jefferson Sidney Kimmel.

Selain perawatan medis, Dr. Aaronson merekomendasikan strategi di rumah ini. “Pelatihan penciuman adalah andalan pengobatan. Dalam pelatihan penciuman, pasien mencium serangkaian empat bau kuat yang dapat ditemukan di rumah seseorang, atau dalam bentuk minyak esensial. Setiap aroma dihirup dengan lembut selama 20 detik. Proses ini diulang tiga kali sehari selama 6 minggu. Komitmen jangka panjang biasanya diperlukan untuk melihat peningkatan,” tambahnya.

Pelatihan penciuman mungkin paling efektif jika Anda mengerjakan empat bau yang sama setiap hari, daripada bergantian. Anda juga disarankan untuk berkonsentrasi penuh pada aroma, memberikan perhatian penuh, selama 20 detik.

Untuk mencoba pelatihan penciuman, Dr. Aaronson merekomendasikan untuk mencoba aroma berikut:

Baca Juga: Anosmia: Gejala, Penyebab dan Obat Alami untuk Mengatasinya

  • kopi giling
  • mawar
  • jeruk
  • kayu putih
  • vanila
  • Cengkeh
  • daun mint

Selama pelatihan penciuman, Anda mungkin mengalami aroma aneh yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya Anda cium. Ini termasuk bau busuk seperti karet terbakar atau kotoran tubuh. Ini dikenal sebagai parosmia. Parosmia dapat berlangsung selama beberapa minggu atau lebih lama tetapi biasanya bersifat sementara.

Sarah Nafisah Senin, 5 Juli 2021 | 11:00 WIB

Berapa lama masa penciuman hilang ketika covid

Berapa lama anosmia pada pasien COVID-19 bisa sembuh? (Freepik/Racool_studio)

Bobo.id - Ada banyak gejala COVID-19 yang bisa dialami oleh seseorang yang terinfeksi. Misalnya, kehilangan penciuman.

Dalam istilah medis, kehilangan penciuman dikenal dengan sebutan anosmia.

Dilansir dari laman hellosehat.com, anosmia adalah gangguan penciuman yang menyebabkan pengidapnya kehilangan indra penciuman.

Baca Juga: Indra Penciuman Hilang? Tak Perlu Panik, Coba Gunakan 5 Bahan Alami Ini untuk Atasi Anosmia

Hal ini menyebabkan kita tidak bisa mencium bau apapun.

Ada banyak penyebab anosmia, salah satunya adalah infeksi virus COVID-19.

Biasanya anosmia pada pasien COVID-19 akan hilang secara bertahap. Namun, setiap orang punya waktu penyembuhan yang berbeda-beda.

Jadi, sebenarnya berapa lama gejala kehilangan penciuman pada pasien COVID-19 akan sembuh?

Yuk, simak penjelasannya di sini!

Berapa lama anosmia bisa sembuh?

GridKids.id - Kids, salah satu gejala COVID-19 bukan hanya batuk dan demam saja.

Gejala yang paling sering ditemukan adalah anosmia.

Anosmia adalah hilangnya indra penciuman seseorang dan ini juga berpengaruh terhadap indra pengecap, lo.

Sebenarnya keadaan anosmia bersifat sementara, namun bisa juga menjadi permanen.

Kehilangan indra pencium tentunya sangat menggangu.

Baca Juga: Jadi Penyelamat Manusia, Ini Sejarah Vaksin Alat untuk Memerangi Penyakit Menular

Untuk penderita anosmia yang bersifat sementara disebabkan oleh peradangan seperti flu, pilek, polip hidung, penambahan usia, dan peradangan sinus.

Pasien COVID-19 Juga Mengalami Anosmia

Hal yang membuat beda anosmia pada pasien COVID-19, adalah virus COVID-19 merusak sel-sel saraf penciuman dan membuat saraf enggak berfungsi.

Bagi pasien COVID-19, anosmia dapat terjadi secara tiba-tiba.

Baca Juga: 9 Cara Membuat Sayuran agar Tetap Segar Meski Disimpan dalam Waktu Lama

Jakarta, 4 Februari 2022

Konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan. Data per hari ini (3/2) menunjukkan konfirmasi positif di Indonesia menembus angka 27.197, tertinggi sejak diumumkannya konfirmasi Omicron pertama di Indonesia.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi menyatakan, virus COVID-19 varian omicron memiliki karakteristik tingkat penularan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan varian Alpha, Betha, dan Delta. Namun jika dilihat dari gejala lebih ringan dan tingkat kesembuhan juga sangat tinggi. Sehingga Pasien positif Omicron tanpa gejala atau gejala ringan diimbau isolasi mandiri (Isoman) di rumah.

“pasien yang masuk rumah sakit, 85% sudah sembuh, sedangkan yang kasusnya berat, kritis hingga membutuhkan oksigen sekitar 8%,” katanya di kantor Kemenkes, Jumat (4/2).

Bagi pasien Isoman selama saturasi di atas 95% ke atas tidak perlu khawatir. Kalau ada gejala seperti batuk, flu, demam segera konsultasi melalui telemedisin atau puskesmas setempat.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 terdapat 5 derajat gejala COVID-19, antara lain ;

1.Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.

2. Gejala Ringan yaitu Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen >95%.

Gejala umum yang muncul seperti demam, batuk, kelelahan, kehilangan nafsu makan, napas pendek, mialgia dan nyeri tulang. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia).

3. Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93% .

4. Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen <93% .

5. Kritis yaitu Pasien dengan gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau kegagalan multiorgan

Dalam penanganan varian Omicron, rumah sakit diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sedang, berat, kritis, dan membutuhkan oksigen.

“Melihat kasus Omicron yang kian bertambah, masyarakat tetap waspada jangan sampai lengah. Tetap disiplin protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan kurangi mobilitas,” ucap dr. Nadia.

Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email (D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Widyawati, MKM

Gejala Covid-19 sebenarnya sangat beragam, tidak semua orang memiliki gejala yang sama. Salah satu gejala yang kerap dirasakan beberapa penderita penyakit ini adalah kehilangan fungsi indra penciuman dan juga indra perasa.

Gejala tersebut tentu saja membuat penderita Covid-19 menjadi tidak nyaman. Adanya anosmia tidak jarang membuat pasien stres dan berpengaruh pada daya tahan tubuh yang dimilikinya.

Anosmia adalah istilah yang digunakan untuk kondisi seseorang yang kehilangan fungsi indra penciumannya. Artinya, seseorang yang mengalami gangguan ini tidak bisa mencium aroma apapun bahkan  yang menyengat seperti parfum, bau amis ikan, dan bawang putih.

Kondisi ini juga dirasakan oleh mereka yang mengidap rhinitis, polip hidung, sinusitis, deviasi septum, dan adanya gangguan pada saraf penciuman yang membuat indra tersebut tidak bisa berfungsi maksimal.

Penyebab Indra Penciuman dan Perasa Hilang

Penyebab gangguan ini adalah terjadi penyumbatan atau pembengkakan pada area hidung. Penyumbatan tersebut membuat aroma tidak bisa terdeteksi saraf penciuman. Penyebab lainnya dari hilangnya indra penciuman, yaitu saraf yang mengalami gangguan.

Pada pasien Covid-19, penyebab indra penciuman hilang belum diketahui secara pasti. Akan tetapi kondisi tersebut diduga terjadi karena adanya peradangan pada rongga hidung. Peradangan tersebut bisa saja terjadi saat virus corona masuk melalui hidung. Virus ini yang kemudian akan mengganggu sistem saraf peciuman.

Advertising

Advertising

Baca Juga

Dikutip dari laman Alodokter, gejala Covid-19 ini biasanya muncul pada awal terjadinya infeksi. Kemudian akan berangsur menghilang dalam waktu kurang lebih 28 hari.

Hilangnya fungsi indra penciuman ternyata juga mempengaruhi fungsi lainnya, yakni indra perasa. Banyak penyintas Covid-19 yang merasakan keduanya.

Mereka tidak bisa merasakan makanan apapun yang dikonsumsi karena tidak ada rangsangan dari indra penciuman dan indra perasa. Kedua  indra tersebut memang bekerja saling berhubungan, sehingga ketika ada salah satu yang terganggu maka yang lainnya ikut terganggu.

Berapa Lama Indra Penciuman Hilang Saat Positif Covid-19?

Durasi kondisi anosmia berbeda-beda setiap orangnya. Kompas.com menuliskan, terdapat pasien Covid-19 yang merasakan gangguan anosmia selama dua minggu saja. Namun, ada juga yang merasakannya dua sampai lima bulan usai dinyatakan negatif virus corona.

Peradangan yang dirasakan oleh setiap orang berbeda-beda. Jika peradangan tidak parah, maka gejala tersebut tidak akan berlangsung lama. Namun apabila gejalanya cukup parah, biasanya waktu untuk pulih dari kondisi tersebut juga menjadi lebih lama.

Cara Mengatasi Indra Penciuman Hilang Saat Positif Covid-19

Bagi para penyintas Covid-19, dan merasakan indra penciuman tidak berfungsi, jangan panik atau stres. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan saat merasakan gejala anosmia.

1. Lakukan latihan penciuman

Latih indra penciuman  agar lekas berfungsi. Latihan ini dilakukan dengan cara mencoba mengendus atau mencium berbagai benda yang memiliki bau menyengat tapi tetap aman saat dihirup, seperti parfume, bawang putih, sabun, sampo, kopi, atau makanan beraroma menyengat.

Bagi yang merasakan gejala anosmia setidaknya dalam satu hari harus melatih indra penciumannya untuk mengendus empat bau yang berbeda dengan frekuensi sehari dua kali. Cara ini bertujuan untuk kembali memulihkan sistem indra tersebut secara alami.

2. Mengatur makanan yang dikonsumsi

Biasanya mereka yang mengalami kehilangan fungsi penciuman akan diikuti juga dengan kehilangan indra perasa yang membuat nafsu makan hilang. Padahal, makan teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan peradangan dapat segera sembuh.

Karena itu, ketika ada pasien Covid-19 yang mengeluhkan kehilangan fungsi indra penciumannya, maka sangat disarankan untuk terus mengonsumsi makanan sehat dengan berbagai variasi agar daya tahan tubuh kembali pulih.

3. Mengonsumsi Jahe

Salah satu obat alami untuk mengatasi anosmia adalah jahe. Rempah-rempah yang satu ini tidak hanya memiliki aroma yang kuat, tapi juga  memberikan rasa hangat pada tubuh. Badan menjadi lebih nyaman dan tidak mudah stres. Selain itu, jahe juga mampu meningkatkan daya tahan tubuh yang bisa membuat peradangan di area indra penciuman cepat sembuh.

Jahe memiliki sifat antimikroba yang dapat  membersihkan partikel rematik yang ada pada hidung. Kandungan gingerol yang dimilikinya juga bisa merangsang indra penciuman agar befungsi sebagaimana mestinya. Cara mengonsumsi jahe ini banyak pilihannya. Anda dapatlangsung menguyah rempah-rempah ini atau menyeduhnya menjadi minuman.

Baca Juga

Selain jahe, obat anosmia alami lainnya yakni lemon. Buah yang kaya akan vitamin C ini memiliki kandungan antimikroba yang membantu memulihkan indra penciuman. Campurkan air lemon dengan air hangat. Beri sedikit madu dan minum dua kali sehari untuk meredakan sakit tenggorokan dan mengurangi gejala anosmia.

5. Memanfaatkan Bawang Putih

Bawang putih yang biasanya hanya digunakan untuk memasak ternyata memiliki kandungan asam risinoleat yang bersifat anti peradangan dan anti bakteri. Kandungan baik tersebut yang membuat bawang putih berpotensi untuk dijadikan obat anosmia alami. Caranya sangat mudah, cukup  tumbuk bawang putih kemudian campurkan dengan air mendidih, dan rebus selama kurang lebih dua menit. Minum ramuan tersebut secara rutin. 

Meskipun ada beberapa bahan alami yang dipercaya bisa mengatasi indra penciuman yang hilang, namun sebelum menggunakannya alangkah baiknya jika berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.