Komponen Berikut ini yang tidak terlibat dalam proses pembekuan darah adalah

“Secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (keping darah/platelet). Masing-masing komponen tersebut memiliki fungsi penting. Misalnya seperti sel darah putih yang berfungsi untuk melawan infeksi”

Halodoc, Jakarta – Darah merupakan cairan tubuh yang terbentuk dari jaringan hidup, mengalir ke seluruh bagian tubuh melalui kumpulan jaringan pembuluh darah. Darah memiliki fungsi penting bagi kesehatan manusia. Salah satunya memasok zat-zat penting ke seluruh tubuh seperti hormon, oksigen, dan gula.

 Selain itu, darah juga berperan dalam membuang limbah dari tubuh. Namun, perlu diketahui bahwa darah terdiri dari kombinasi beberapa komponen dengan masing-masing peran yang berbeda. Penasaran apa saja komponen yang melengkapi darah dan apa saja fungsinya? Simak penjelasannya di sini!

Komponen Darah Beserta Fungsi Pentingnya

Secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, serta trombosit (keping darah/platelet). Nah, berikut adalah penjelasan dari setiap komponen dan fungsinya, yaitu:

Komponen darah cair disebut dengan plasma, yakni campuran antara air, gula, lemak, protein, dan garam. Plasma adalah komponen darah yang berperan dalam mengangkut sel-sel darah ke seluruh tubuh bersama dengan berbagai zat lain. Misalnya seperti nutrisi, antibodi, zat protein pembekuan, hormon, hasil limbah tubuh, serta protein yang membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang paling melimpah dalam darah. Sebab, sel tersebut terhitung sekitar 40 sampai 45 persen dari volumenya. Secara sederhana, eritrosit berbentuk seperti ‘donat’ tapi tanpa lubang di tengahnya. Produksi sel darah merah dikendalikan oleh eritropoietin, yaitu hormon yang diproduksi oleh ginjal. Namun, eritrosit tidaklah memiliki nukleus layaknya sel tubuh kebanyakan, sehingga dapat dengan mudah berubah bentuk.

Kondisi tersebut memudahkannya untuk menyesuaikan diri melalui berbagai pembuluh darah di tubuh. Akan tetapi, tidak adanya nukleus juga membuat kehidupan sel darah merah terbatasi ketika mengalir melalui pembuluh darah terkecil. Sebab, hal ini dapat merusak membran sel darah merah dan menghabiskan energinya. Umumnya, rata-rata sel darah merah hanya bertahan selama 120 hari sejak terbentuk.

Sel darah merah mengandung protein khusus yang disebut sebagai hemoglobin. Hemoglobin sendiri berperan penting dalam membantu mengalirkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan kemudian mengembalikan karbon dioksida dari tubuh ke paru-paru, sehingga dapat dihembuskan. Selain itu, hemoglobinlah yang membuat darah tampak merah.

Baca juga: Harus Rutin, Ini 4 Manfaat Donor Darah untuk Kesehatan

Sel darah putih atau leukosit berfungsi penting dalam melindungi tubuh dari infeksi. Namun, sel darah putih jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan sel darah merah, yaitu hanya terhitung sekitar satu persen dari total darah keseluruhan pada tubuh. Sementara itu, jenis sel darah putih yang paling umum adalah neutrofil, yang merupakan sel dengan respon ‘cepat’ dan menyumbang 55 hingga 70 persen total jumlah sel darah putih. Setiap neutrofil hidup kurang dari sehari, sehingga sumsum tulang akan terus-menerus memproduksinya agar dapat mempertahankan perlindungan dari infeksi.

Selain neutrofil, jenis utama sel darah putih lainnya adalah limfosit yang memiliki dua populasi utama. Populasi yang pertama adalah limfosit T yang berperan dalam membantu mengatur fungsi sel kekebalan lainnya. Tak hanya itu, limfosit T juga berperan secara langsung menyerang berbagai sel tumor yang terinfeksi. 

Populasi kedua adalah limfosit B yang berperan dalam membuat antibodi dalam bentuk protein khusus. Protein tersebut nantinya akan secara khusus menargetkan virus, bakteri dan mikroorganisme lainnya.

Baca juga: Apa Fungsi Darah untuk Tubuh Manusia?

Trombosit atau platelet tidaklah seperti sel darah merah atau putih. Sebab, trombosit sebenarnya bukan sel, melainkan fragmen sel yang lebih kecil. Komponen darah yang satu ini berperan dalam membantu proses pembekuan darah atau koagulasi. Proses tersebut terjadi dengan berkumpulnya trombosit di area cedera atau luka, dengan menempel pada lapisan pembuluh darah yang terluka. Proses tersebut akan menghasilkan bekuan fibrin yang berfungsi untuk menutupi luka dan mencegah darah bocor keluar. 

Selain itu, fibrin juga berperan dalam membantu pembentukan struktur awal jaringan baru, sehingga dapat mempercepat penyembuhan. Namun, apabila kadar trombosit terlalu tinggi dari batas normal, hal ini dapat menyebabkan pembekuan yang berlebihan. Akibatnya, risiko stroke dan serangan jantung dapat meningkat. 

Baca juga: Ini 6 Vitamin dan Suplemen Pelancar Aliran Darah

Itulah penjelasan mengenai apa saja komponen pada darah beserta fungsinya. Mulai dari sel darah merah yang mengalirkan oksigen, sel darah putih melawan infeksi, plasma darah yang mengangkut sel darah ke seluruh tubuh, hingga trombosit yang membantu proses pembekuan darah.

 Maka dari itu, kesehatan darah juga perlu dijaga dengan baik, melalui penerapan pola hidup sehat dan konsumsi vitamin agar kesehatan darah terjaga. Sebab, bila salah satu komponen darah tidak berfungsi dengan baik, maka tubuh dapat mengalami gangguan kesehatan. 

Melalui aplikasi Halodoc, kamu dapat cek kebutuhan suplemen sesuai dengan pilihanmu. Tentunya tanpa perlu keluar rumah dan mengantre berlama-lama di apotek. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!

Komponen Berikut ini yang tidak terlibat dalam proses pembekuan darah adalah

Referensi:

American Society and Hematology. Diakses pada 2021. The Components of Blood and Their Importance
Medical News Today. Diakses pada 2021. How does blood work, and what problems can occur?
Mayoclinic. Diakses pada 2021. 10 ways to control high blood pressure without medication

Mekanisme pembekuan darah terdiri dari faktor-faktor yang berperan penting dalam proses tersebut. Foto: Unsplash.com

Pembekuan darah adalah proses alami yang terjadi dalam tubuh manusia. Proses tersebut memiliki mekanisme pembekuan darah tersendiri.

Pembekuan darah pada umumnya terjadi ketika tubuh terluka, khususnya saat keadaan kulit robek dan mengeluarkan darah. Secara alami, tubuh akan melakukan mekanisme pembekuan darah untuk menangani kondisi tersebut.

Apa itu pembekuan darah? Pembekuan darah adalah perubahan kondisi darah yang mulanya cair menjadi kumpulan darah yang menggumpal. Foto: Unsplash.com

Pembekuan darah secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan kondisi darah yang mulanya cair menjadi kumpulan darah yang menggumpal.

Menurut Wiwik Handayani dalam bukunya yang berjudul Buku Ajar Asuhan Keperawatan, pembekuan darah dalam ilmu medis memiliki pengertian, yaitu suatu proses di mana komponen cairan darah ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah.

Pembekuan darah terjadi ketika adanya perdarahan pada tubuh manusia. Proses pembekuan darah ditandai dengan pembekuan darah pada area luka untuk menghentikan perdarahan dan menutup luka secara bertahap.

Oleh sebab itu, proses pembekuan darah dianggap sebagai perlindungan yang vital bagi tubuh manusia karena dapat mencegah perdarahan yang berlebihan.

Salah satu faktor pembekuan darah adalah fibrinogen. Foto: Unsplash.com

Proses pembekuan darah sendiri terjadi diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu berupa sejumlah zat yang berperan dalam proses membekunya darah dalam tubuh.

Mengutip dari buku Kumpulan Kuliah Farmakologi yang diterbitkan oleh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, berikut ini sejumlah faktor yang berperan dan terlibat dalam proses pembekuan darah.

Fibrinogen adalah suatu jenis protein yang diproduksi di dalam organ hati yang terdapat dalam plasma dengan kadar 100 sampai 700 mg/dL. Jenis protein ini disebut sebagai zat esensial dalam proses koagulasi atau pembekuan darah.

Protein fibrinogen dianggap penting dalam proses pembekuan darah sebab dapat berubah menjadi fibrin, yaitu komponen yang penting dalam proses membekunya darah dalam tubuh.

2. Protrombin (Faktor II)

Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hati dengan bantuan vitamin K. Jenis protein ini mempunyai berat molekul 68.700 dengan konsentrasi kira-kira 15 mg/dL.

Sebagai suatu komponen yang berperan dalam proses pembekuan darah, produksi protrombin tergantung pada asupan dan penyerapan vitamin K yang memadai. Selama proses pembekuan, protrombin dikonversi menjadi trombin.

3. Tromboplastin (Faktor III)

Trombokinase atau tromboplastin adalah zat yang berperan dalam proses pembekuan darah sebagai zar penggerak yang dilepaskan ke darah di tempat yang luka.

Tromboplastin diperkirakan terbentuk akibat adanya kerusakan pada trombosit yang mana selama ada garam kalsium dalam darah, protrombin akan berubah menjadi trombim yang kemudian akan menghasilkan penggumpalan darah.

Vitamin K adalah jenis vitamin yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan proses pembekuan darah. Vitamin K sendiri berperan untuk membantu terbentuknya protrombin.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, zat protrombin sangatlah berguna untuk proses pembekuan darah yang terjadi saat perdarahan. Oleh sebab itu, vitamin K adalah faktor yang sangat menentukan.

Jika tubuh kekurangan vitamin K, pembekuan darah dalam tubuh akan terhambat sehingga akhirnya darah sulit menggumpal dan perdarahan tidak dapat dicegah.

5. Proakselerin (Faktor V)

Faktor labil atau proakselerin adalah metabolit yang berupa protein yang banyak ditemukan dalam plasma darah. Jenis protein ini merupakan prekursor dari akselerin.

Proakselerin sendiri memiliki fungsi untuk mempercepat terjadinya proses perubahan protrombin menjadi trombin sehingga akan mempercepat pembekuan darah.

6. Prokonvertin (Faktor VII)

Prokonvertin merupakan jenis enzim dari kelas serina protease. Sama halnya dengan proakselerin, prokonvertin berperan untuk mempercepat konversi protrombin menjadi trombin.

Prokonvertin sendiri bekerja dengan bantuan faktor III, IV dan V. Gen dari prokonvertin terletak pada kromosom 13.

7. Plasmokinin (Faktor VIII)

Dalam proses pembekuan darah, plasmokinin merupakan kofaktor bagi faktor XI, yaitu protromboplastin beta. Plasmokinin sendiri merupakan glikoprotein yang sangat penting bagi pembentukan tromboplastin.

8. Protromboplastin Beta (Faktor IX)

Protromboplastin beta adalah sejenis glikoprotein berupa serina protease yang diproduksi secara alami di dalam tubuh. Protein ini membantu darah membentuk gumpalan untuk menghentikan perdarahan.

9. Protrombinase (Faktor X)

Protrombinase adalah sejenis enzim pada lintasan koagulasi yang merupakan serina endopeptidase. Protrombinase merupakan enzim yang berperan sebagai enzim pertama dan utama dalam pembekuan darah yang berujung pada pembentukan trombus.

10. Faktor PTA (Faktor XI)

Faktor PTA adalah jenis proenzim yang disekresi ke dalam sirkulasi darah untuk mengaktivasi plasma tromboplastin intrinsik saat darah terpapar oleh permukaan asing.

11. Faktor Hageman (Faktor XII)

Faktor hageman atau faktor XII merupakan faktor pembekuan darah yang beredar dalam sistem peredaran darah dalam bentuk proenzim. Faktor ini kemudian berubah menjadi serina protease.

12. Fibrinase (Faktor XIII)

Fibrinase atau enzim transglutaminase adalah faktor pembekuan darah yang terdapat dalam sistem peredaran darah. Faktor ini berfungsi untuk membuat ikatan melintang pada jaringan fibrin.

Bagaimana Proses Pembekuan Darah?

Pembekuan darah terjadi saat adanya perdarahan pada tubuh manusia. Pada saat perdarahan atau jaringan tubuh manusia terluka, proses pembekuan darah akan langsung terjadi.

Sebelum memahami proses terjadinya pembekuan darah, simak gambar atau ilustrasi proses pembekuan darah dalam tubuh.

Bagaimana proses pembekuan darah terjadi? Berikut skema terjadinya pembekuan darah. Foto: Biologi Paket C Setara SMA/MA Kelas XI karya Reni Diastuti.

Dikutip dari buku Biologi Paket C Setara SMA/MA Kelas XI karya Reni Diastuti, berdasarkan gambar di atas, proses pembekuan darah adalah sebagai berikut.

1. Trombosit Membentuk Sumbatan

Tahap awal dari pembekuan darah adalah kepingan darah atau trombosit mengeluarkan reaksi ketika tubuh terluka. Trombosit akan menempel pada dinding area tubuh yang luka dan bersama-sama membentuk sumbatan.

2. Proses Pembekuan Darah

Saat tubuh terluka, trombosit pada permukaan yang luka akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase atau tromboplastin. Hal ini yang membuat keluarnya darah dari bagian kulit.

Enzim trombokinase kemudian mengubah protrombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium dan vitamin K. Protrombin merupakan protein yang tidak stabil yang dibentuk di hati dan dengan mudah dapat pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil.

Salah satu senyawa yang terbentuk dari protrombin adalah trombin. Trombin mengubah fibrinogen yang larut dalam plasma darah menjadi fibrin, yaitu zat yang tidak larut dalam plasma darah.

Fibrin sendiri merupakan zat yang berbentuk seperti benang-benang halus. Benang-benang halus ini akan menutup luka, sehingga darah tidak keluar lagi.

3. Penyelesaian Proses Pembekuan

Setelah darah membeku dan luka telah ditutupi oleh fibrin. Zat-zat yang bekerja untuk pembekuan darah akan selesai melakukan aktivitasnya.

Hal tersebut bertujuan untuk menghentikan proses pembekuan darah yang sudah tidak diperlukan lagi. Proses pembekuan darah yang terus terjadi akan menghambat sistem peredaran darah.

4. Sumbatan Pada Luka Menghilang

Tahapan akhir dari proses terjadinya pembekuan darah adalah sumbatan yang ada pada kulit yang terluka akan secara alami mulai menghilang.

Benang-benang fibrin yang menutupi luka akan perlahan hancur dan darah mengambil kembali trombosit dan sel-sel dari bekuan darah.