Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke

1. لا يتأخر رفيق إلى المدرسة اليوم.Apa artinya ​

tujuan ilmu Tajwid adalah menjaga lisan dari kesalahan membaca Berikut yang merupakan contoh hukum bacaan alif lam qamariah adalah​

apa artinya bacaan alssamaawaati​

لاتتاخر -Apa artinya ​

Hafalkan arti-arti kata berikut ini! Bahasa Arabbantu jwb kk yg bener!​

tolong bantu jawab ayat,hukum bacaan, dan alasannya ​

tolongg dibantuuuuuuu​

salah satu contoh kiamat sugra yaitu​

balasan bagi amal baik adalah pahala dan surga sedangkan balasan untuk amal buruk berupa​

hari pembalasan adalah arti nama lain hari akhira. yaumul hisab b. yaumul jaza c.yaumul fasald. yaumul qiyamah ​

Perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu sesuai diharapkan, terkadang seorang manusia harus melewati jalan terjal setelah beberapa waktu menikmati jalan yang landai.

Hari-harinya pun penuh warna, terkadang gembira namun sewaktu-waktu ia dihampiri rasa sedih, duka dan nestapa, inilah tabiat kehidupan. Tak ada yang dapat mengelak dari kenyataan ini.

Allah berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS. Al-Balad: 4).

Di antara kesedihan yang banyak menimpa manusia adalah kondisi dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkannya. Banyak orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi terwujudnya impian itu.

Tetapi tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika hal seperti ini terjadi, tak sedikit orang yang menyalahkan pihak lain, bahkan Allah, Rabb yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya pun tak luput untuk disalahkan.

Orang-orang seperti ini, hendaknya mengingat sebuah firman Allah:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Ayat ini merupakan kaidah yang agung, kaidah yang memiliki hubungan erat dengan salah satu prinsip keimanan, yaitu iman kepada qadha dan qadar. Musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah dicatat oleh Allah lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.

Meletakkan ayat di atas sebagai pedoman hidup akan membuat hati ini tenang, nyaman dan jauh dari keresahan.

Andai kita mau kembali melihat lembaran-lembaran sejarah di dalam Al-Qur’an, membuka mata tuk mengamati realita yang ada, niscaya kita akan menemukan pelajaran-pelajaran dan bukti yang sangat banyak. Bukti yang menunjukkan bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik, di antaranya adalah:

  • Kisah ibunda Nabi Musa ‘alaihissalam yang menghanyutkan anaknya di atas laut. Lihatlah, kecemasan dan ketakutan yang luar biasa menginggapi saat mengetahui anaknya berada di tangan keluarga raja Fir’aun. Tetapi, tanpa diduga tragedi itu berbuah manis di kemudian hari.
  • Perhatikan pula dengan seksama kisah hidup Nabi Yusuf ‘alaihissalam, maka kamu akan menemukan bahwa kaidah ini cukup menggambarkan drama mengharukan antara Nabi Yusuf dan sang ayah, Nabi Ya’qub ‘alaihimassalam.
  • Lihatlah kisah bocah laki-laki yang dibunuh oleh Nabi Khidir ‘alaihissalam atas perintah langsung dari Allah. Apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir itu membuat Nabi Musa ‘alahissalam bertanya-tanya, maka Nabi Khidir pun memberikan jawaban yang kata-katanya diabadikan di dalam al-Qur’an.

    وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا (80) فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا (81)

    “Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).” (QS.Al-Kahfi: 80-81).

  • Renungkan pula kisah Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha yang ditinggal wafat oleh suaminya Abu Salamah radhiyallahu ‘anhu. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan doa yang diperintahkan oleh Allah:

    إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

    ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, limpahkan pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku dan berikanlah gantinya yang lebih baik.’Kecuali Allah akan member gantinya yang lebih baik.’ Ummu Salamah berkata, Ketika Abu Salamah meninggal dunia aka bertanya,’Siapa di antara seorang mu’min yang lebih baik dari Abu Salamah?! Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah?! Kemudian aku mengucapkan doa di atas. Lalu Allah menggantikannya dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda. (HR. Muslim no. 918).

Demikianlah Ummu Salamah menjalankan apa yang diperintahkan untuk dilakukan saat menerima musibah; bersabar, membaca istirja’ (kalimat inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) dan mengucapkan doa di atas, maka Allah menggantinya dengan yang terbaik, yang tidak ia bayangkan sebelumnya.

Inti dari semua ini adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang penyair,

Segala sesuatu yang terjadi pada seorang muslim dan hal tersebut tidak sesuai dari apa yang diharapkannya adalah salah satu bentuk kasih sayang-Nya. Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang terbaik.

Allah juga berfirman:

فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19).

Wallahu A’lam.

Agar bisa memahami takdir dengan benar, baca artikel berikut ini.

  • Memahami Takdir Dengan Benar

***

Referensi: Qawa’id Quraniyyah 50 Qa’idatan Quraniyyatan Fin Nafsi wal Hayat. Cetakan ketiga, tahun 1433 H. Dr. Umar bin Abdullah Muqbil. Markaz Tadabbur. Riyadh.

Akhukum Noviyardi Amarullah Tarmizi

STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

28 Jumadal Ula 1437 / 8 Maret 2016

Artikel Muslim.or.id

🔍 Dalil Tentang Tauhid, Ayat Tentang Isra Mi'raj, Neraka Dan Surga Menurut Islam, Definisi Imam, Ayat Penenang Jiwa

Dari sekian banyak ayat Al-Quran dipahami bahwa semua makhluk telah ditetapkan takdirnya oleh Allah. Mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu, dan Allah SWT menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju.

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى

Allah SWT telah menetapkan takdir setiap manusia dan makhluk-Nya yang diciptakan di muka bumi ini. Allah SWT pun menyimpannya dalam Ummul Kitab atau Lauh Mahfudz, sebagaimana firman-Nya:

"Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)." (QS. Ar-Ra'd: 39).

Dalam Islam, kita mengenal dua jenis takdir. Pertama, takdir muallaq yakni takdir yang masih dapat diubah dengan cara berikhtiar atau berusaha dan tentu saja dengan berdoa. Kedua, takdir mubram yang berarti takdir yang telah Allah SWT tetapkan dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun.

Ketentuan takdir juga terdapat dalam beberapa ayat dalam Al-Quran berikut ini. Simak ulasannya sampai habis, ya.

Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
ilustrasi Al-Qur'an (pexels.com/Alena Darmel)

ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا

Allażī lahụ mulkus-samāwāti wal-arḍi wa lam yattakhiż waladaw wa lam yakul lahụ syarīkun fil-mulki wa khalaqa kulla syai`in fa qaddarahụ taqdīrā.

Artinya: Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat

Melalui ayat ini, Allah SWT telah menciptakan dan menetapkan semua yang ada di alam semesta sudah sesuai sebagaimana mestinya. Penciptaan bumi dan langit serta segala isinya adalah takdir yang telah Allah buat dan tidak dapat diubah oleh siapa pun.

Baca Juga: 6 Hikmah Beriman Kepada Takdir Allah, Jangan Putus Asa! 

Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
ilustrasi Al-Qur'an (pexels.com/RODNAE Productions)

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal 'alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja'alallāhu likulli syai`ing qadrādan.

Artinya: Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.

Dalam ayat ini menjelaskan tentang rezeki adalah termasuk dalam takdir yang telah Allah SWT tentukan untuk setiap makhluk-Nya. Rezeki itu sendiri pun terkadang datang tanpa disangka-sangka dan dapat dari mana pun asalnya. Tidak akan dapat berkurang rezeki seseorang walaupun ada orang lain yang ingin mengambilnya. 

Karena hal itu sepatutnya kita sebagai manusia tidak perlu risau tentang rezeki. Yang sepatutnya dilakukan oleh kita sebagai manusia adalah terus berusaha untuk mendapatkan rezeki yang baik dan tak lupa berdoa memohon kepada-Nya.

Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
ilustrasi Al-Qur'an (unsplash.com/GR Stocks)

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Lahụ mu'aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓụnahụ min amrillāh, innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl.

Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah member ketentuan tentang keberadaan malaikat yang selalu bersama manusia. Perbuatan-perbuatan manusia, sekecil apa pun, akan dicatat oleh malaikat.

Karena itu, ayat ini pun menjadi peringatan tersendiri bagi manusia untuk lebih menjaga sikap dan niat. Tidak hanya kepada orang lain, juga kepada diri sendiri.

Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
Surat yang menjelaskan tentang takdir atau ketetapan Allah SWT yaitu Al Baqarah ayat ke
ilustrasi membaca Al-Qur'an (unsplash.com/Ed Us)

Ayat 1

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَىۙ

Sabbiḥisma rabbikal-a'lā.

Artinya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi,

Ayat 2

الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوّٰىۖ

Allażī khalaqa fa sawwā.

Artinya: Yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya).

Ayat 3

وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰىۖ

Wallażī qaddara fa hadā.

Artinya: Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.

Allah SWT menerangkan melalui surat ini bahwa setiap hal yang diciptakan-Nya telah diperhitungkan dengan teliti, detail, dan tidak ada kesalahan sesuai dengan kadarnya masing-masing. Begitu pun manusia yang merupakan makhluk Allah SWT paling sempurna.

Dengan akal dan badan sehat, manusia dapat menggunakannya unuk beribadah, berkarya, dan menebar kebaikan di muka bumi. Dengan begitu, Allah SWT pun tidak segan untuk memberi karunia dan nikmat melimpah.

Baca Juga: 5 Alasan Bersyukur Bikin Kamu Mampu Bertahan di Masa Sulit 

Baca Artikel Selengkapnya