Membangun masjid adalah langkah awal yang dilakukan Rasulullah setelah beliau tiba dikota

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Rasulullah tiba di Madinah saat berhijrah, hal pertama yang dilakukan Baginda Nabi adalah membangun masjid, yakni Masjid Nabawi.  Tempat yang dipilih untuk membangun masjid itu merupakan pilihan unta Nabi saat pertamakali berhenti di Madinah. 

Masjid tersebut menjadi tempat shalat bagi seluruh kaum muslimin Madinah. Sebelumnya, lokasi itu merupakan lahan kosong yang ditumbuhi beberapa pohon kurma dan dijadikan kuburan beberapa orang musyrik.

Rasulullah membeli tanah itu dari pemiliknya, yaitu dua anak yatim dari bani Najjar. Rasulullah kemudian mengajak para sahabat untuk meratakan dan memfungsikan lahan tersebut. 

Pembangunan masjid pun dimulai. Rasulullah yang memimpin pembangunannya. Masjid tersebut dibangun menggunakan bebatuan, lumpur, batang, dan dedauanan pohon kurma.

Awalnya, luas masjid itu sekitar 60×70 hasta (sekitar 30×35 meter). Rasulullah menghadapkan masjid itu ke arah Baitul Maqdis sebagai kiblat pertama orang Islam. Pembangunan masjid ini selesai dalam waktu yang cukup singkat. Setelah itu, kaum Muslimin pun melaksanakan shalat didalamnya dan diimami langsung oleh Rasulullah. 

Rahmad Novandri | Senin, 17/09/2018 19:28 WIB

RADARBANGSA.COM - Senin, 22 September 622 M menjadi hari yang bersejarah bagi umat Islam. Hari dimana Rasulullah tiba di Madinah dalam rangka hijrah, setelah menempuh perjalanan berpuluh hari dari Makkah. Bak kedatangan ‘sang juru selamat’, Masyarakat Madinah menyambut Rasulullah dengan penuh suka cita. Maklum, Madinah dihuni masyarakat yang beragam. Mulai dari beda suku, etnis, hingga agama. Sehingga mereka kerap kali berperang. Kedatangan Rasulullah di Madinah diharapkan bisa menjadi penengah atau pemersatu diantara mereka.

Betul saja, dalam beberapa sumber sejarah disebutkan bahwa Rasulullah berhasil membangun kota Yatsrib yang biasa-biasa saja menjadi kota Madinah yang berperadaban dan diperhitungkan di jazirah Arab. Selama beberapa waktu sebelum suatu kelompok di Madinah mengkhianatinya, Rasulullah juga berhasil membangun masyarakat yang majemuk hidup dalam harmoni dan damai.

Sebagaimana diuraikan dalam buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad saw., setidaknya ada tiga hal dasar yang dilakukan Rasulullah pada fase Madinah. Tiga hal dasar itu sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Madinah sehingga mereka hidup aman, tenteram, saling menghargai, dan dalam kesejahteraan.

Pertama, menjadikan masjid sebagai pusat semua kegiatan (center of activities). Usai tiba di Madinah, Rasulullah membangun sebuah masjid, Masjid Nabi (Nabawi). Masjid ini memiliki bangunan yang sangat sederhana; atapnya dari daun pohon kurma, pilarnya dari batang pohon kurma, lantainya kerikil dan berpasir, dan bangunannya dari batu bata.

Akan tetapi, bangunan itu bukan sekedar bangunan biasa. Sebuah bangunan yang menjadi penanda kebangkitan peradaban Islam. Karena Rasulullah memfungsikan masjid ini untuk semua kegiatan. Mulai dari mengajarkan ajaran Islam, hikmah, proses belajar mengajar baca-tulis hingga menyusun strategi perang atau politik. Semua diadakan di Masjid Nabi, bukan hanya untuk shalat saja. Singkatnya, Rasulullah menggunakan Masjid sebagai tempat pertemuan dan pembinaan umat.

Kedua, membangun persaudaraan antar sesama Muslim (ukhuwah islamiyah). Pada fase Madinah, ada dua kelompok umat Islam yakni kaum Muhajirin (umat Islam Makkah yang hijrah ke Madinah) dan kaum Anshar (umat Islam yang asli penduduk Madinah). Rasulullah mempersaudarakan mereka satu persatu, satu Muhajirin dengan satu Anshar. Rasulullah juga selalu menegaskan bahwa sesama Muslim itu bersaudara. Tidak lain, ini dilakukan Rasulullah untuk memperkuat solidaritas dan kohesivitas sosial antar sesama umat Islam. Sehingga, mereka tidak mudah bertikai dan berperang, sebagaimana watak Arab Jahiliyah. Bagi seorang Muslim, persaudaraan bukan saja didasarkan pada darah, tapi juga keimanan yang sama.

Ketiga, membangun persaudaraan dengan umat agama lain (ukhuwan insaniyah). Rasulullah sadar betul bahwa Madinah memiliki masyarakat yang majemuk. Ada umat Islam, ada umat Nasrani, ada umat Yahudi, dan yang lainnya. Untuk membangun sebuah kota yang kuat dan damai, tidak ada jalan bagi Rasulullah kecuali ‘mempersatukan’ masyarakat yang berbeda itu.

Akhirnya Rasulullah mencetuskan sebuah kesepakatan bersama, Piagam Madinah (Constitution of Medina). Piagam ini menjadi titik temu (kalimatun sawa’) bagi masyarakat Madinah yang beragam. Dengan Piagam Madinah, Rasulullah berhasil mempersatukan masyarakat Madinah yang selama itu tidak mungkin dipersatukan. Piagam Madinah menjadi konstitusi pertama dalam membangun masyarakat yang bhineka berdasarkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan bersama.

Tiga pondasi dasar itulah yang dilakukan Rasulullah selama fase Madinah. Sehingga Madinah menjadi sebuah kota yang berperadaban dan diperhitungkan di jazirah Arab pada saat itu. (Sumber: NU Online)

Berita Terkait :

Jakarta -

Masjid pertama yang didirikan Rasulullah SAW setibanya di Madinah adalah masjid Quba. Pendirian masjid dilakukan usai Rasulullah SAW dan para sahabat hijrah dari Makkah.

Orang-orang Anshor dari kaum Aus dan Khazraj menyambut kedatangan mereka dengan penuh suka cita. Sebagai masid pertama, masjid Quba dibangun pada 8 Rabiul Awwal 1 Hijriah atau 23 September 622 Masehi

Nabi Muhammad ikut terlibat membawa bahan-bahan bangunan, hingga dipenuhi debu dan pasir. Dikutip dari buku Amalan di Tanah Suci: Membantu Haji & Umrah Anda Lebih Produktif karya H Rafiq Jauhary, masjid Quba berdiri di atas kebun kurma seluas 1.200 meter persegi.

Masjid direnovasi hingga luasnya mencapai 5.860 meter persegi dan mampu menampung 20 ribu jamaah. Masjid tak hanya menjadi pusat dakwah atau tempat ibadah, tapi juga penyelesaian masalah individu dan masyarakat.

Masalah kenegaraan, pendidikan, hingga sidang ikut diselesaikan di masjid. Masjid Quba menjadi saksi penerimaan duta-duta negara lain, pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, hingga madrasah.

Ketika masjid pertama bagi umat Islam ini selesai dibangun, Rasulullah SAW mengimani sholat selama 20 hari. Buku Amazing Stories Kisah Sejuta Inspirasi Muhammad yang ditulis Muhammad Khalid menyatakan, Nabi SAW pergi ke Masjid Quba tiap Sabtu, Senin, dan Kamis.

Masjid Quba memiliki beragam keistimewaan yang tercantum dalam Al Quran. Misalnya dalam QS At Taubah ayat 108,

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

Artinya: "Janganlah engkau melaksanakan salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih."

Bahkan keutamaan beribadah di Masjid Quba juga termaktub dalam hadits yang dinarasikan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif RA. Ia pernah mendengar Rasulullah bersabda,

مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءٍ فَصَلَّى فِيهِ صَلاَةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ

Artinya: "Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia sholat di dalamnya. Maka baginya pahala seperti pahala umrah," (HR Tirmizi dan Ibnu Majah).

Nah, itu dia masjid pertama yang didirikan Rasulullah setibanya di Madinah. Gimana detikers? Mulai tertarik untuk sholat di masjid Quba juga nggak?

Simak Video "Perusakan Masjid Ahmadiyah: Banjir Kecaman hingga Pelaku Ditangkap"



(rah/row)

Ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan Nabi adalah membangun masjid. Masjid pertama yang dibangun Nabi di Madinah adalah Masjid Quba.

Alasan yang diambil Nabi mempunyai makna yang sangat mendalam. Masjid merupakan simbol dari komitmen untuk membangun ikatan dan komunikasi spiritual dengan Allah Subhanahu Wata’ala.

Di zaman Rasulullah, masjid sudah menjadi pusat berbagai aktifitas umat Islam pada waktu itu. Selain untuk pelaksanaan ibadah, masjid juga dijadikan tempat untuk melakukan berbagai bentuk aktifitas muamalah.

Sebagai tempat ibadah, selama hidupnya Rasulullah selalu melaksanakan shalat wajib lima waktu secara berjamaah dan menjadi imamnya di masjid di dekat rumahnya di Kota Madinah. Berbagai bentuk aktifitas muamalah yang bersifat sosial seperti pembagian zakat, penyembelihan qurban, pernikahan, dan sebagainya juga dilaksanakan di masjid.

Rasulullah juga menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan. Beliau mengajar murid-muridnya yang sekaligus juga pengikutnya di masjid. Tradisi seperti ini terus berlanjut sampai sekarang. Di masjid Madinah, sesudah shalat Magrib dan sesudah shalat Subuh, selalu kita temui khalakah-khalakah kecil yang mengkaji Al Qur'an yang dipimpin seorang syeikh atau guru.

Hal inilah yang mendorong Wakaf Salman untuk meneruskan kembali jejak Rasulullah dengan membangun peradaban dari masjid. Program 1000 masjid dari Wakaf Salman merupakan program jangka panjang namun kebermanfaatannya bisa langsung dirasakan oleh banyak penerima manfaat.

Mari bantu membangun peradaban dari masjid bersama Wakaf Salman!

Membangun masjid adalah langkah awal yang dilakukan Rasulullah setelah beliau tiba dikota

Membangun masjid adalah langkah awal yang dilakukan Rasulullah setelah beliau tiba dikota