Jelaskan dengan singkat pengertian signifiaknsi dan urgensi mempelajari sejarah peradaban Islam

Sejarah dan peradaban Islam merupakan bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan kaum Muslimin dari masa ke masa. Betapa tidak, dengan memahami sejarah dengan baik dan benar, kaum Muslimin bisa bercermin untuk mengambil banyak pelajaran dan membenahi kekurangan atau kesalahan mereka guna meraih kejayaan dan kemuliaan dunia dan akhirat.

Sebaik-baik kisah sejarah yang dapat diambil pelajaran dan hikmah berharga darinya adalah kisah-kisah yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’ân dan hadits-hadits yang shahîh dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Karena kisah-kisah tersebut disamping sudah pasti benar, bersumber dari wahyu Allâh Azza wa Jalla yang maha benar, juga karena kisah-kisah tersebut memang disampaikan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman [Yusuf/12:111]

Kapan itu terjadi, dan bagaimana situasi yang terjadi saat itu, lalu bagaimana islam ada sampai dengan saat ini? Maka tak ada cara lain kecuali kita membaca sejarah secara lengkap, sehingga kita mengetahui dimana letak peristiwa-peristiwa itu dalam rangkaian sejarah Islam.

Tempat-tempat dan bangunan bersejarah peninggalan masa lalu tentunya bukan hanya sekedar menjadi sebuah tempat wisata dan hiburan semata. Bukan pula menjadi ajang berfoto-foto ria hanya untuk dibanggakan dihadapan orang lain. Namun hendaknya menjadi sarana dalam mempelajari sejarah islam lebih dalam. Sudah menjadi sebuah keharusan bagi umat islam untuk mempelajari sejarah peradaban islam sejak dini. Memahami bagaimana islam datang ke tengah-tengah kita sejak beberapa abad yang lalu.

Tujuan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam diantaranya adalah:

1. Untuk mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai asal-usul khazanah budaya dan kekayaan di bidang lainnya yang pernah diraih oleh umat islam di masa lampau dan mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.

2. Untuk membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.

3. Agar siswa dapat memilah dan memilih mana aspek sejarah yang perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu. Mengambil pelajaran yang baik dari suatu umat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.

4. Agar siswa mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang.

Manfaat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam diantaranya adalah:

1. Merasa bangga dan mencintai kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum Muslimin masa lalu.

2. Berpartisipasi memelihara peninggalan-penbinggalan masa lalu dengan cara mempelajari dan mengambil manfaat dari peninggalan-peninggalan tersebut.

3. Meneladani perilaku yang baik dari tokoh-tokoh terdahulu.

4. Mengambil pelajaran dari berbagai keberhasilan dan kegagalan masa lalu.

5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.

Banyak sekali buku-buku bagus yang membahas tentang sejarah peradaban islam. Salah satu buku yang sangat menarik untuk dibaca yaitu Ensiklopedia Peradaban Islam karya Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, M.Ec. Tema apa saja yang dibahas didalam buku ini? klik pada gambar untuk melihat lebih detail.

ISTANBUL (TURKI)

Ciputat- Jum’at, 28 Mei 2021, Prodi Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam didukung oleh Asosiasi Prodi Sejarah Islam Se-Indonesia dan Open Minds Discussion Series #11 menyelenggarakan Webinar dengan tema “Urgensi Sejarah Islam dalam Konteks Keindonesiaan”. Webinar kali ini menghadirkan para pembicara ahli di bidang Sejarah Islam di antaranya; Fuad Jabali, Ph.D (Dosen Senior FAH UIN Jakarta; Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat/ PPIM UIN Jakarta); Saiful Umam, Ph.D (Sejarawan, Dekan FAH UIN Jakarta); Dr. Awalia Rahma, M.A (Ketua Prodi SPI FAH UIN Jakarta); Dr. Lukmanul Hakim, S.Ag, M.Ag (Ketua Asosiasi Program Studi Sejarah Islam se-Indonesia/ APSII); Ahmad Sobirin, M.Hum (alumni MSKI, Kepala Keasistenan Substansi 7 Ombudsman Republik Indonesia/ RI); Farid Septian (Mahasiswa MSKI, Manager Sosial & Advokasi BAZNAS).

Webinar dimulai dengan sambutan dari Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc., MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam sambutannya,rektor menyampaikan belajar sejarah Islam merupakan satu ilmu yang penting untuk membangun peradaban manusia yang lebih baik di masa depan.

“Sejarah itu menjadi dasar dari semua cabang ilmu, karena tanpa sejarah kita tidak mengenal ilmu-ilmu yang beragam dan berkembang….maka betul sejarah itu harus dikuasai untuk diambil ibrahnya ada lesson learned disana yang sangat banyak sehinga kita bisa membangun masa depan yang lebih baik. “Ungkapnya”.

Pada kesempatan ini pula rektor menyampaikan bahwa Prodi Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam (MSKI) salah satu program studi dilingkungan civitas akademika UIN Jakarta yang memberi peluang bagi siapapun untuk mengkaji sejarah. Tentu tidak hanya itu, belajar sejarah di MSKI menjadi pintu awal untuk membuka jalan dan membuka wawasan cakrawala yang sangat besar untuk profesi apapun.

Kemudian webinar dipandu oleh Prof. Amelia Fauzia, MA, Ph.D selaku host sekaligus Ketua Program Studi Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam. Webinar ini disajikan dengan bincang santai yang dimulai dengan mengajukan pertanyaan kepada setiap narasumber terkait bagaimana urgensi studi sejarah Islam dalam konteks keindonesiaan. Satu per satu narasumber menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan perspektif masing-masing.

Pak Fuad Jabali mengemukakan bahwa Indonesia mengalami dilema sehingga Islam cenderung eksklusif. Banyak fenomena tentang Islam yang dangkal atau sempit sehingga menjadi tidak luas bagi Indonesia untuk memasuki keragaman. Menurutnya dengan belajar sejarah Islam tidak hanya terhubung dengan Rosul, namun juga terhubung dengan keragaman lain. Sebab kesempitan yang ada tidak bisa memasuki peradaban yang luas.

(lihat video selengkapnya: klik disini).

Melanjutkan pemaparan dari Fuad Jabali, Saiful Umam memaparkan studi sejarah tidak hanya sekedar menghafal peristiwa-peristiwa, tetapi yang lebih penting dan menarik adalah studi sejarah melalui metode akademik melakukan penafsiran dan merekonstruksi peristiwa masa lalu beradsarkan data dan bukti-bukti yang tersedia.

“sejarah tidak sekedar memorizing fact, tidak hanya menghafal fakta-fakta tapi lebih penting dan lebih menarik daripada sejarah itu kan berdasarkan sumber, berdasarkan fakta yang ada kemudian kita mencoba menafsirkan merekekontruksi masa lalu, sehingga itu menarik dari sebuah sejarah.” Ungkapnya.

Dalam Sejarah Islam banyak sosok-sosok teladan salah satunya yaitu Nabi Muhammad sebagai sosok pemimpin yang cerdas dan luar biasa. Menurutnya belajar sejarah Islam dapat mempelajari banyak tokoh-tokoh hebat. Melalui belajar sejarah kita akan menemukan berbagai perspektif melihat masa lalu, seperti peristiwa dibalik kemenangan-kemenangan peperangan Nabi Muhammad, yang mana bukan serta merta kemenangan tersebut diberikan oleh Tuhan kepanya sebab ia seorang nabi. Namun lebih dari itu, ia adalah sosok yang cerda dan ahli strategi dalam peperangan.

Dengan belajar sejarah kita bisa mendekati masa lalu secara saintifik/ rasional, bahwa setiap perjalanan (peristiwa) masa lalu dapat dianalisis dan dijelaskan. Oleh sebabnya, peristiwa-peristiwa di masa lalu bukan sesuatu yang bersifat given, sebuah takdir, atau semata-mata terjadi begitu saja, namun dapat diurai dan dijelaskan hukum kausalitasnya (sebab-akibantnya).

Kemudian Awalia Rahma selaku narasumber ketiga menjelaskan bahwa,

Studi sejarah secara formal tidak datang dari common sense, tetapi juga membawa ke arah yang benar melalui  tahapan-tahapan keilmuan -dari tahapan yang paling menuju level-level berikutnya- sesuai dengan jalur akademik.

Studi sejarah selalu membawa kepada sesuatu seperti tren yang sedang diperbincangkan banyak orang. Tren ini dapat menjadi pilihan topik penelitian. Menurutnya banyak wilayah kajian sejarah yang belum terbuka, segala sesuatu dapat didekati dengan sejarah, misalnya diawali dengan hobi maka hobi tersebut bisa mengantarkan pada studi sejarah.

Pembicara keempat Lukman mengemukakan, kondisi Islam di Indonesia yang tidak bisa terpisahkan dari Islam di Timur Tengah.

Menurutnya Islam berkembang saat ini memiliki keterkaitan dengan wilayah lain. Kontribusi sejarah Islam terhadap akademik sangat penting bagi ilmu lain. Ilmu lain tidak akan ada tanpa ada rekonstruksi dari ilmu sejarah.

Pembicara selanjutnya Ahmad Sobirin memiliki pandangan bahwa, sejarah memiliki andil di masa kini. Menurutnya Indonesia mampu memanfaatkan jumlah populasi muslimnya sehingga mampu menjadi oase studi sejarah peradaban Islam di mata internasional. Sebab itu, kondisi Indonesia saat ini dapat menjadi representasi secara peradaban dan ragam dakwah Islam di masa lalu. Oleh karenanya, sejarah Islam di Indonesia memberikan kontribusi wawasan keislaman yang inklusif dan lebih luas.

Sebagai alumni MSKI UIN Jakarta, Sobirin menyampaikan beberapa manfaat ilmu sejarah yang ia pelajari yakni sebagai alat filter, dan menjadi modal untuk mengobservasi serta menganalisis terhadap isu-isu, gerakan dan politik yang berkembang saat ini. Selain itu, keilmuan sejarah yang ia pelajari mampu mendukung secara konsep dan subtansi dalam pekerjaannya, sehingga ini menjadi satu nilai plus menjadikan ia lebih percaya diri.

“Pengetahun sejarah Islam yang saya miliki mampu menjadi filter atau peyaring dalam wacana- wacana dalam konteks geo-politik Islam internasional agar tidak larut dalam peta-peta yang ada di sana. Selain itu, ilmu sejarah yang saya miliki menjadi modal untuk menganalisa mengobservasi mendukung kerja saya secara profesional sebagai investigator. Selain itu, yang menjadikan saya percaya diri adalah bahwa, keilmuan sejarah yang saya pelajari dapat membantu dan mendukung secara konsep maupun subtansi di dalam pekerjaan yang saya lakukan. “ujar Sobirin”

Terakhir Farid Septian memaparkan tentang fenomena yang terjadi hari ini merupakan rentetan kejadian di masa lalu. Beberapa peristiwa serupa dengan masa lalu, namun memiliki perbedaan pelaku dan waktunya. Hal ini seharusnya dapat diambil sebagai lesson learned dari setiap fenomena yang terjadi.