Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Megalitikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi, megalitikum artinya batu besar. Zaman Megalitikum adalah peradaban setelah zaman Neolitikum. Di zaman ini kemajuan manusia praaksara semakin terlihat. Jika di zaman sebelumnya perkembangan hanya terlihat dari alat perkakas dan perhiasan, peninggalan zaman Megalitikum lebih terfokuskan pada bangunan.

Manusia pendukung zaman megalitikum adalah manusia praaksara. Manusia praaksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan. Dengan demikian, bangunan megalitikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat praaksara pada saat itu. Bangunan megalitikum tersebar di seluruh Indonesia.

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Bangunan Peninggalan Zaman Megalitikum (Kebudayaan Batu Besar)

Bangunan Peninggalan Zaman Megalitikum

Berikut adalah beberapa bangunan peninggalan zaman Megalitikum:

1. Menhir

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Menhir

Bangunan peninggalan zaman Megalitikum adalah menhir. Menhir adalah sebuah tugu batu yang dibuat dari satu batu utuh yang diletakkan tegak di atas tanah. Menhir berasal dari bahasa Keltik: men artinya batu dan hir artinya panjang. Jadi, menhir adalah batu panjang. Fungsi menhir adalah untuk penguburan dan upacara penghormatan nenek roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

Beberapa menhir memiliki pahatan pada permukaannya sehingga membentuk figur tertentu atau menampilkan pola-pola hiasan. Menhir semacam ini dikenal sebagai menhir arca (statue menhir).

2. Sarkofagus

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Sarkofagus (Sumber: donisetiawan.com)

Bangunan peninggalan zaman Megalitikum lainnya adalah sarkofagus. Sarkofagus berasal dari bahasa Yunani, sarx (daging) dan phagein (memakan). Jadi, sarkofagus berarti memakan daging. Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan.

Fungsi sarkofagus adalah untuk menyimpan tubuh orang yang sudah meninggal. Sarkofagus biasanya diletakkan di atas tanah sehingga banyak sarkofagus yang diberi pahatan untuk hiasan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Tapanuli, Sumba, Minahasa (waruga), dan Jawa.

Tahukah kamu?

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Macam-Macam Peninggalan Zaman Neolitikum (Kebudayaan Batu Muda)

3. Dolmen

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Dolmen

Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakkan jenazah. Di bawah dolmen biasanya terdapat kubur batu. Dolmen banyak ditemukan Eropa, Asia, dan Afrika. Di Indonesia, dolmen ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur dan Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.

Terkadang, di bawah dolmen difungsikan sebagai tempat untuk meletakkan mayat. Agar mayat tersebut tidak dimakan binatang buas, kaki meja ditutup dengan batu atau benda lain.

4. Peti Kubur Batu

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Peti kubur batu (Sumber foto: antarafoto.com)

Peti kubur batu adalah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

5. Waruga

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Waruga (Sumber: Mattjlc)

Waruga adalah peti kubur batu masyarakat Minahasa yang terdiri dari dua bagian. Bagian bawah berbentuk kubus sebagai tempat menyimpan jenazah dan atapnya berbentuk segitiga seperti bubungan rumah. Orang yang telah meninggal diletakkan pada posisi menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit kaki menempel pada pantat dan kepala mencium lutut. Tujuan dihadapkan ke bagian Utara yang menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

Main gim yuk!

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Bangunan Megalitikum – Permainan Hangman

6. Arca

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Arca (Sumber: wikimedia.com)

Arca adalah patung yang terbuat dari batu utuh. Arca ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca biasanya diletakkan tidak jauh dari tempat pemujaan dan penguburan. Setiap arca memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda. Serta banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

7. Punden Berundak

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Punden berundak

Punden Berundak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat menyerupai candi. Setiap tingkatan dalam punden berundak memiliki makna yang berbeda. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

Demikianlah macam-macam bangunan peninggalan zaman Megalitikum yang masih bisa kita lihat hingga sekarang. Bangunan mana yang pernah kalian lihat?

Tahukah kamu?

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah

Mengenal Hasil Kebudayaan Batu Madya (Mesolitikum)

Pendahuluan

Megalitik dalam Lintasan Prasejarah

Berikut ini yang termasuk contoh bangunan megalitikum yang dibuat oleh nenek moyang kita adalah
Sejarah kebudayaan meliputi waktu yang sama penjangnya dengan sejarah umat manusia, dari manusia yang pertama hingga waktu sekarang. Waktu yang panjang itu dalam sejarah manusia dibagi atas tiga zaman, yaitu zaman prasejarah, zaman protosejarah, dan zaman sejarah (Kherti, 1953:2).

Perkembangan budaya manusia pada masa prasejarah secara umum digambarkan berupa tahapan-tahapan yang memiliki-ciri tertentu. Budaya masyarakat prasejarah Indonesia dibagi menjadi tiga tingkatan penghidupan, yaitu pertama, masa berburu dan mengumpulkan makanan; masa bercocok tanam; dan tiga, masa kemahiran teknik (perundagian). Adanya tahapan perkembanganbudaya dengan cirri-ciri tertentu, kadangkala tidak ditemukan di semua wilayah. Beberapa wilayah di antaranya tidak memiliki temuan dari periode yang paling tua, tetapi memiliki tinggalan budaya yang lebih muda, seperti di Tanah Besemah kebudayaan prasejarah yang dilaluinya dalam bentuk kebudayaan Batu Besar (Megalitikum).

Para ahli memperkirakan budaya megalitik yang masuk .ke Indonesia melalui dua gelombang besar. Gelombang pertama, yang disebut megalitik tua, diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar 2.500-1.500 tahun sebelum Masehi, ditandai oleh pendirian monument-monumen batu seperti menhir, Undak batu, dan patung-patung simbolis-monumental. Gelombang kedua disebut sebagai megalitik muda yang direkirakan masuk ke Indonesia sekitar awal abad pertama sebelim Masehi hingga abad-abad pertama Masehi (Sartono, 1987:224). Monumen-monumen yang mewakili kelompok tinggalan Megalitik muda antra lain berupa monument peti kubur batu, dolmen dan sarkofagus.[mom_video type=”youtube” id=”FNtEn0TDcIE” width=”300″]

Bangunan megalitikum tersebut hampir diseluruh kepulauan Indonesia. Bentuk banggunan kuno ini bermacam-macam dan meskipun sebuah bentuk berdiri sendiri ataupun beberapa merupakan satu kelompok. Maksud utama dari pendirian bangunan tersebut tidak luput dari latar belakang pemujaan nenek-moyang, dan pengharapan kesejahteraan bagi yang hidup, serta kesempurnaan bagi si mati (Poesponegoro, 1982:189). Banguan yang paling tua dengan bentuk tersebut dapat diduga umurnya secara nisbi (relaif). Bentuk-bentu tempat penguburan dapat berupa dolmen, peti kubur batu, bilik batu, dan lain-lain. Di tempat kuburan-kuburan semacam itu bisanya terdapat berbagai batu besar lainya sebagai pelengkap pemujaan nenek-moyang, seperti menhir, patung nenek-moyang, batu saji, batu lumping, batu lesung, batu batu damon, tenbok batu atau jaln yang berlapis batu.

Beberapa bentuk megalitik tadi mempunyai fungsi lain, misalnya dolmen, yang memiliki variasi bentuk yang tidak berfungsi sebagai kuburan, tetapi bentuk-bentuk yang menyerupai dolmen, dibuat untuk pelinggih roh atau persajian. Dolmen berfungsi sebagai pelinggih dikalangan masyarakat megalitik yang telah maju serta digunakan sebagai tempat duduk oleh kepala suku atau raja-raja, dan dipandang sebagai tempat keramat dalam melakukan pertemuan-pertemuan maupun upacara-upacara yang berhubungan dengan pemujaan arwah leluhur. Hal ini jelas sekali memperlihatkan suatu kepercayaan bahwa yang masih hidup dapat memperoleh berkah dari hubungan magis dengan nenek moyang melalui bangunan megalitik tersebut sebagai medium (Poesponegoro, 1982:196). Sebagai contoh, limping batu (lesung batu) dan batu dakon, sering didapatkan di ladang atau sawah dan di pinggir-pinggir dusun, yang penempatannya mungkin bertujuan untuk mendapatkan kekuatan magis.

[button color=”blue” link=”http://www2.pagaralamkota.go.id/?p=401″ size=”big” target=”_blank” font=”helvetica” font_weight=”bold” radius=”5″ icon=”momizat-icon-checkmark2″]Megalit Besemah[/button]