Mengapa seorang pelajar tidak boleh mengabaikan adab kesopanan dan amalan amalan sunnah jelaskan

Alhamdulillah ramadhan telah tiba, bulan suci yang sangat di nanti-nantikan umat muslim. Meskipun bulan ramadhan kali ini terasa berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya lantaran pandemi virus corona. Namun, kita tetap dapat memperbanyak amalan di bulan Ramadan selama beraktivitas dari rumah. Berikut beberapa amalan sunnah yang dapat dilakukan unutk memaksimalkan ibadah kita semua:


Membaca Al Qur’an

Mengapa seorang pelajar tidak boleh mengabaikan adab kesopanan dan amalan amalan sunnah jelaskan
Memperbanyak membaca danmengkhatamkan Al-Quran menjadi amalanyang dianjurkan kepada umat muslim saatbulan Ramadhan. Rasulullah pada malam-malam bulan ramadhan senantiasa melakukan tadarus Alquran bersama Malaikat Jibril.

Mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka puasa
Untuk waktu bersantap sahur, umat Islam dianjurkan lebih baik dengan cara mengakhirkannya, yaitu menjelang waktu imsak, sedangkan waktu berbuka puasa dianjurkan menyegerakannya yaitu ketika masuk waktu maghrib sebelum melaksanakan shalat maghrib.

Shalat tarawih dan witir
Shalat Tarawih adalah sholat sunnah yang dikerjakan hanya pada malam  bulan Ramadhan yang juga termasuk amalan sunnah saat bulan ramadhan. Jika shalat tarawih akan berakhir maka shalat witir bisa segera dilaksanakan. Shalat witir hukumnya sunnah dan dikerjakan dengan rakaat ganjil.

Memberi makan orang yang berpuasa
Diriwayatkan dalam HR. Tirmidzi maupun Ibnu Majah, Ahmad dan Al-Hafizh Abu Thahir, Nabi Muhammad SAW bersabda “Siapa memberimakan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”

Bersedekah
Bersedekah juga sangat dianjurkan dilakukanpada bulan ramdahan, meskipun sedekah tidak hanya dapat dilakukan pada bulan ramadhan saja. Seperti yang tertuang dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 261 yang artinya “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah (bersedekah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang diakehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.”


Semoga kita bisa menjalani ibadah puasa ini sampai akhir nanti secara sempurna karena tiada kenikmatan terindah selain nikmatnya bulan Ramadhan. Manfaatkan waktu yang ada, untuk meraih segala kebaikan.

Salah satu ciri seorang muslim adalah memiliki adab yang baik. Termasuk juga adab saat berada di majelis ilmu. Dengan menjaga adab di majelis ilmu, maka ilmu yang diterima akan lebih berkah dan bermanfaat. Ada beberapa adab yang perlu seorang muslim perhatikan saat berada di majelis ilmu. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

1. Memberikan salam kepada orang yang ada di majelis ilmu

Salah satu bentuk kesopanan dan sunnah datang ke majelis adalah memberikan salam pada orang-orang yang ada di majelis tersebut. Baik pada saat datang maupun jika hendak pergi meninggalkan majelis.

2. Tidak berbisik-bisik yang menimbulkan prasangka orang lain di majelis ilmu tersebut

Adab ini bukan hanya perlu diterapkan saat berada di majelis, tapi juga dalam keseharian. Tidak layak bagi seorang muslim berbisik-bisik berdua atau lebih dan meninggalkan orang lain dalam percakapan tersebut. Sikap seperti ini dapat menimbulkan kesedihan dan prasangka dalam hati orang yang ditinggalkan.

3. Duduk di tempat yang tersisa dan berlapang di dalam majelis ilmu

Begitu datang ke majelis ilmu, hendaknya seseorang memperhatikan sekitar lebih dulu dan mencari tempat yang masih tersedia. Jika sudah tidak ada tempat lagi, maka orang yang berada di majelis dianjurkan untuk melebarkan lingkaran majelis dan menyediakan tempat bagi orang yang baru datang tersebut.

4. Tidak banyak tertawa saat berada di dalam majelis ilmu

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda,

Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena banyak tawa itu mematikan hati.
(HR. Ibnu Majah)

Hadits ini juga berlaku saat seorang muslim sedang berada di tengah majelis ilmu.

5. Tidak duduk di tengah lingkaran majelis ilmu atau di antara dua orang yang sedang duduk

Selanjutnya, jika majelis ilmu dilakukan dalam bentuk lingkaran, menjadi adab di majelis untuk tidak duduk di tengah lingkaran. Selain itu, tidak dibenarkan juga untuk duduk di antara dua orang, kecuali orang tersebut mengizinkannya.

6. Tidak mengambil tempat orang lain yang pergi sebentar dari majelis

Terkadang, seseorang bisa pergi sebentar dari majelis untuk suatu keperluan. Hal ini tidak menjadikan tempat duduknya menjadi kosong dan boleh diisi siapa saja. Seorang muslim tidak dibenarkan menduduki tempat yang kosong sementara. Dan lebih dianjurkan untuk menempati tempat lain yang belum terisi.

7. Memperhatikan kesopanan selama berada di dalam majelis ilmu

Saat berada di majelis, seorang muslim juga dianjurkan untuk memperhatikan kesopanan. Yaitu dengan menjaga sikap dari hal yang dapat mengganggu anggota majelis lain. Seperti menguap, membuang ingus, bersendawa, dan lain sebagainya.

8. Menjaga pembicaraan di dalam majelis ilmu

Kadang kala, ada pembicaraan di dalam majelis yang bersifat aib atau rahasia. Karena itu, termasuk adab dalam majelis juga untuk menjaga setiap pembicaraan yang berlangsung di dalamnya. Hal tersebut termasuk dalam bentuk amanah yang perlu dijaga.

9. Menutup majelis ilmu dengan doa penutup majelis

Terakhir, sebuah majelis ilmu sebaiknya ditutup dengan membaca doa kafaratul majlis atau doa penutup majelis. Doa ini merupakan doa yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad dan sebagai bentuk permohonan ampun atas kesalahan yang mungkin terjadi di dalam majelis.

Itulah sembilan adab yang perlu diperhatikan seorang muslim saat berada di dalam majelis. Adab tersebut bukan hanya sebagai sarana menjaga kenyamanan anggota majelis, tapi juga sebagai pengharapan atas berkah Allah di majelis ilmu tersebut.

Mengapa seorang pelajar tidak boleh mengabaikan adab kesopanan dan amalan amalan sunnah jelaskan

Ilustrasi Ilustrasi

Di dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari menguraikan beberapa etika yang seyogianya dilakukan seorang pelajar terhadap dirinya sendiri. Ada 10 etika yang hendaknya dimiliki oleh penuntut ilmu sebagai berikut.

1. Membersihkan hati dari penyakit dan kotoran

Salah satu tanda-tanda pelajar yang sukses adalah pribadi yang bersih hatinya. Hendaknya ia membersihkan hatinya dari segala penyakit dan kotoran hati yang dapat mencegah masuknya ilmu seperti dendam, iri, dengki, keyakinan yang menyimpang, dan berbagai hal tercela lainnya. Hal ini perlu dilakukan supaya ia dapat menerima, menghafal, dan menjaga ilmu yang telah diajarkan kepadanya dan supaya ia dapat lebih mendalami permasalahan-permasalahan yang berkembang dari ilmu yang telah ia dapatkan. Apa yang KH Hasyim Asy’ari sampaikan selaras dengan dawuh dari Syekh Waki’ guru Imam Syafi’i ketika beliau memberikan nasehat kepada Imam Syafi’i yang mengadu tentang melemahnya kekuatan hafalan beliau. Imam al-Syafi’i berkata:

شكوت إلى وكيع سوء حفظي      *     فأرشدني إلى ترك المعاصي

و أخبرني    بأن   العلم    نور     *     ونور الله لا يهدي لعاصي                             

“Saya mengadu buruknya hafalan saya kepada guruku Syekh Waki’, lantas beliau menunjukanku untuk meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan. Beliau mengkabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah Swt tidak akan ditunjukan untuk orang yang bermaksiat” (al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Manhaj al-Sawiy, Dar al-Ulum wa al-Dakwah, hal. 213). 

Seorang pelajar dalam proses belajar hendaknya mempunyai niat yang baik sebagai motivasi yang selalu dihadirkan dalam benaknya. Beliau Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari memberikan beberapa kriteria niat yang hendaknya ditancapkan dalam hati seorang pelajar, yaitu meraih ridha Allah Swt, mengamalkan ilmu dalam kehidupan, menghidupkan dan melestarikan syari’at, menerangi dan menghiasi hati, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sedangkan mengenai niat yang dilarang adalah tujuan-tujuan duniawi seperti ambisi kekuasaan, jabatan, harta benda, menyombongkan diri, gila hormat dan lain sebagainya.”

Apa yang disampaikan oleh KH Hasyim Asy’ari  selaras dengan keterangan yang dipaparkan oleh al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith yang menyatakan pentingnya niat yang baik dalam menuntut ilmu, karena niat merupakan pokok semua perbuatan. Beliau berkata:

واعلم أنه لا بد لطالب العلم من حسن النية في تعلم العلم إذ النية هي الأصل في جميع الأفعال لقوله صلّى الله عليه والسلام إنما الأعمال بالنية

“Ketahuilah bahwa seorang pelajar wajib mempunyai niat yang baik dalam menuntut ilmu, karena niat adalah pokok atau dasar dari segala perbuatan. Sebab adanya sabda Nabi Muhammad Saw, Sesungguhnya semua amal tergantung pada niatnya” (Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Manhaj al-Sawi, Dar al-Ulum wa al-Da’wah, hal. 213).

3. Segera belajar dan tidak menunda-nunda

Seorang pelajar tidak boleh menunda masa belajar, akan tetapi ia harus memanfaatkan masa muda dan segala waktunya untuk menuntut ilmu, jangan sampai ia terlena oleh nafsunya yang selalu ingin menangguhkan masa belajar. Hal ini tidak lain karena waktu yang terus berjalan tidak mungkin digantikan oleh apapun, sehingga andai ia tidak memanfaatkannya maka waktunya akan terlewat sia-sia tanpa faidah.

Beliau KH Hasyim Asy’ari juga menyatakan seorang pelajar harus melepaskan dirinya dari segala kesibukan yang dapat menghambat fokus, kegigihan, pengorbanan, dan kesemangatannya dalam menuntut ilmu. Sebab kesibukan yang tidak segera dilepaskan akan menghambat pelajar dari ilmu.

4. Menerima apa yang telah menjadi bagiannya (qana’ah)

Seorang pelajar hendaknya menerima dengan rela apa yang telah disediakan baginya berupa makanan maupun sandang pakaian. KH Hasyim Asy’ari menekankan para pelajar agar memilih kesederhanaan dan menghindari segala kemewahan dan kegelamoran hidup selama menempuh jalan ilmu. Dengan bersabar atas kehidupan yang sederhana, pelajar dapat memperoleh luasnya ilmu, bisa menyatukan sendi-sendi cita-cita hati yang terurai serta memancarkan sumber-sumber pengetahuan.

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mengutip dawuh Imam Syafi’i mengenai keprihatinan yang menjadi kunci utama keberhasilan seorang pelajar. Imam al-Syafi’i berkata:

لا يفلح من طلب العلم بعزة النفس وسعة المعيشة ولكن من طلبه بذلة النفس وضيق العيش وخدمة العلماء أفلح

“Tidak bahagia orang yang mencari ilmu dengan kemuliaan diri dan kemewahan hidup. Tetapi orang yang mencarinya dengan kerendahan diri, kesempitan hidup dan berkhidmah kepada ulama maka akan bahagia.”

5. Membagi dan memanfaatkan waktu belajar secara efektif

Seorang pelajar ketika punya harapan besar menjadi orang yang sukses maka ia harus bisa memanfaatkan waktunya untuk belajar, karena waktunya yang terus berlalu merupakan sesuatu yang tidak akan pernah ternilai harganya. KH Hasyim Asy’ari memberi manajemen yang baik terkait waktu belajar.

Menurut KH Hasyim Asy’ari, waktu yang paling baik untuk menghafal pelajaran adalah waktu sahur, membahas materi pelajaran adalah pagi hari, menulis pelajaran adalah siang hari, dan muthola’ah atau mengkaji ulang pelajaran adalah malam hari.

Selain merekomendasikan waktu belajar yang baik, beliau juga memaparkan bagaimana kriteria tempat yang ideal untuk menghafalkan pelajaran. Menurut KH Hasyim Asy’ari, tempat terbaik untuk menghafal adalah di kamar-kamar dan setiap tempat yang jauh dari kebisingan. Tidak baik menghafal di depan pepohonan, hijau-hijauan, sungai-sungai dan suara-suara gemuruh yang mengganggu konsentrasi.

6. Mengurangi makan dan minum

Hendaknya pelajar menyedikitkan makan dan minum, karena kekenyangan dapat mencegah dari ibadah dan membuat badan terasa berat. Di antara manfaat minimnya makan adalah terjaganya kesehatan jasmani dan menolak berbagai macam penyakit. Karena sesungguhnya penyebab muculnya penyakit-penyakit adalah banyaknya makan dan minum.

KH Hasyim Asyari mendasari pendapatnya dengan mengutip sebuah syair:

فإن الداء أكثر ما تراه * يكون من الطعام أو الشراب

“Sungguh mayoritas penyakit yang kamu lihat berasal dari konsumsi makanan dan minuman.”

Selain manfaat yang muncul secara lahir terhadap tubuh, sedikit makan dan minum juga memberikan manfaat terhadap batin atau hati seorang pelajar, yaitu menyehatkan hati dari sifat serakah dan keangkuhan.

KH Hasyim Asyari menegaskan bahwa tidak ada dalam catatan sejarah yang menyatakan bahwa Wali Allah Swt, para Imam dan para Ulama pilihan yang banyak makan, tidak ada salah seorangpun dari mereka dipuji karena banyaknya makan. Nafsu makan yang berlebih hanya terpuji bagi binatang-binatang yang tidak berakal dan disiapkan untuk bekerja.

Apa yang telah beliau sampaikan mengenai anjuran mengurangi konsumsi makanan dan minuman dalam proses belajar selaras dengan apa yang disampaikan beliau Syekh Sahal bin Abdillah al-Tastary, beliau berkata :

و قال سهل بن عبد الله التستري رحمه الله : "جعل الله في الشبع الجهل والمعصية وفي الجوع العلم والحكمة"            

Syekh Sahl bin Abdillah al-Tastary berkata : “Allah Swt menjadikan kebodohan dan kemaksiatan dalam perut yang kenyang dan Allah Swt menjadikan ilmu dan hikmah dalam perut yang lapar.” 

(Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Manhaji al-Sawiy, Dar al-‘Ulum wa ad-Da’wah, hal. 217)

7. Bersifat wira’i (menjaga diri dari haram dan syubhat) dan berhati-hati dalam segala hal

Hendaknya pelajar berpegang teguh dengan sifat wira’i dan berhati-hati dalam seluruh urusannya, hendaknya berhati-hati dalam mengambil perkara halal dalam makanan, minuman, pakaian, tempat dan seluruh kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dilakukan agar hati pelajar tercerahkan dan mudah menerima ilmu. Salah satu bentuk kehatia-hatian adalah mengambil dispensasi syariat (rukhshah) hanya saat ada kebutuhan, sesungguhnya Allah suka ditunaikan segala rukhshahNya sebagaimana aturan-aturan baku-Nya.

8. Menghindari makanan penyebab kebodohan dan lemahnya daya tangkap 

Makanan merupakan faktor krusial yang menentukan keberhasilan seorang pelajar, apa yang ia makan akan berpengaruh terhadap kesuksesannya. Oleh karena itu, beliau Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari menyampaikan seorang pelajar harus mengurangi konsumsi makanan yang dapat menyebabkan kebodohan dan lemahnya daya tangkap dan tanggap panca indera.

Beliau menganjurkan agar pelajar menghindari apel masam, kacang-kacangan dan cuka. Demikian pula hendaknya menghindari makanan yang menyebabkan banyaknya lendir yang dapat menumpulkan akal dan memberatkan badan, seperti konsumsi susu dan ikan secara berlebihan.

Pelajar seyogianya menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan lupa, seperti mongonsumsi makanan bekas tikus, membaca tulisan di papan batu nisan, menyelinap di antara dua unta yang berjejer dan membuang kutu dalam keadaan hidup.

Banyak tidur merupakan salah satu hal yang menyebabkan kemalasan seorang pelajar. KH Hasyim Asyari menekankan kepada para pelajar agar menyedikitkan tidur selama tidak membahayakan tubuh dan pikirannya.

Menurut Hadratussyekh, hendaknya durasi tidur pelajar tidak melebih delapan jam dalam sehari semalam. Jika mampu, lebih baik lagi durasi tidur di bawah delapan jam.

Menurut KH Hasyim Asyari, saat lelah dan penat melanda, pelajar diperbolehkan mengisitirahatkan pikirannya dengan berbagai macam hiburan (tentu yang tidak melanggar syariat) seperti berekreasi. Hal tersebut dilakukan agar pikiran pelajar menjadi segar kembali sehingga mudah menangkap pelajaran.

Paparan KH Hasyim Asyari terkait mengisirahatkan pikiran saat penat selaras dengan keterangan yang dijelaskan dalam kitab al-Bariqah al-Mahmudiyyah sebagai berikut:

(وعن علي - رضي الله عنه - أنه قال) موقوف فإما حديث محذوف الإسناد أو أثر من آثاره من عند نفسه كرم الله وجهه «روحوا» من الترويح بمعنى النشاط «القلوب» بإزاحة الكد كل آن عن مكابدة العبادات ببعض المباحات فساعة للذكر وساعة للاستراحة «فإنها» أي القلوب «إذا أكرهت» جبرت على الأعمال «عيت» تعبت وأعرضت 

“Diriwayatkan dari Sayyidina Ali bahwa beliau berkata; istirahatkanlah hati kalian, sesungguhnya bila ia dipaksa beraktivitas akan capek dan berpaling. Maksudnya mengistirahatkan adalah dengan menghilangkan kepayahan menanggung ibadah-ibadah dengan cara melakukan sebagian perkara-perkara mubah, maka satu waktu untuk berdzikir, waktu yang lain untuk beristirahat. Riwayat dari Ali ini ada kemungkinan, bisa jadi hadits mauquf yang terbuang sanadnya atau statemen beliau.” (Syekh Abu Said al-Khadimi, al-Bariqah al-Mahmudiyyah, juz.2, hal.79).

10. Meninggalkan pergaulan negatif

KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa hal paling penting yang seyogianya dilakukan seorang pelajar adalah menjauhi pergaulan negatif, apalagi dengan lawan jenis bukan mahram terutama orang-orang yang mayoritas waktunya hanya dialokasikan untuk bermain dan minim berfikir. 

Hal ini tidak lain karena sifat atau karakter seseorang memiliki karakter seperti pencuri, yakni mampu mempengaruhi orang di sekitarnya dengan cepat. Pergaulan negatif mempunyai sumbangsih besar terhadap tersia-sianya umur tanpa memberikan manfaat apa pun. 

Beliau juga menegaskan bahwa pergaulan menyebabkan hilangnya nilai keagamaan bila sang pelajar salah memilih rekan.

Bila membutuhkan kawan, hendaknya pelajar memilih rekan yang saleh, baik agamanya, bertakwa, wira’i, bersih, banyak kebaikannya, minim keburukannya, terjaga harga dirinya, sedikit berdebat. Bila pelajar lupa, ia bisa mengingatkan, dan di saat ingat, ia dapat membantu.

Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.

Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Safar