Berapa lama pandemi flu burung di indonesia

Berapa lama pandemi flu burung di indonesia

Berapa lama pandemi flu burung di indonesia
Lihat Foto

Ilustrasi flu burung, avian influenza (H5N1)

KOMPAS.com - Virus flu burung Asia yang dikenal sangat menular di antara unggas, punya sejarah yang panjang.

Dari awal kemunculannya, virus ini bisa menjadi sangat berbahaya. Berkembang dari unggas, dan mulai menyerang manusia.

Baca juga: China Laporkan Kasus Pertama Flu Burung H10N3 pada Manusia

Awal mula penyebaran flu burung era 90-an

Virus flu burung pertama kali terdeteksi pada angsa China di tahun 1996.

Dikenal pula sebagai H5N1, virus ini pertama kali terdeteksi pada manusia pada 1997 selama wabah unggas di Hong Kong.

Virus lantas menyebar ke 50 negara di Afrika, Asia, Eropa, sampai Timur Tengah. Menjangkiti
unggas dan burung liarnya.

Saat itu, ada enam negara yang dianggap jadi endemik virus, yakni Bangladesh, China, Mesir, India, Indonesia, dan Vietnam.

Baca juga: [POPULER SAINS] Ditemukan Virus Corona Baru di Malaysia, dari Anjing | Flu Burung Menyebar di 46 Negara

Flu burung di awal milenium

Virus ini muncul kembali dan meluas pada 2003.

Awalnya menyerang warga Asia, dan kemudian menyebar tak terbendung ke Afrika, Eropa, dan Timur Tengah.

Infeksi virus ini selalu dikaitkan dengan penyakit parah dan kematian. Tapi, saat itu, hanya orang yang dekat dan intens melakukan kontak dengan unggas yang busa tertular.

Penyebaran virus dari manusia ke manusia memang sudah terjadi, tapi belum berkelanjutan. Penyebaran komunitas dari virus ini juga tidak pernah diidentifikasi.

Baca juga: Virus Flu Burung H5N8 yang Menginfeksi 7 Orang di Rusia Lebih Mudah Menular

19 September 2017, dibaca 618 kali.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan keanekaragaman hayati, namun ditelisik sebagai pusat pandemi atau terpapar kasus pandemi impor dari luar negeri. 

Sebagai komponen kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan wajib menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat 

dan ancaman pandemi. Hal ini sejalan dengan Peraturan Kesehatan lnternasional (IHR) 2005 untuk meningkatkan kapasitas negara dalam melakukan deteksi, verifikasi, pelaporan dan tanggapan terhadap Keadaan Kesehatan Masyarakat Kepedulian lnternasional (PHEIC) yang menekankan peningkatan kapasitas dan kemitraan negara untuk memperbaiki kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza. 

"Simulasi ini dilakukan untuk menguji kapasitas Indonesia dalam menghadapi pandemi. Dalam kondisi pandemi, kita semua harus siap siaga," terang Menkes RI Prof Nila Moeloek di tengah simulasi yang dilaksanakan di area Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan.

Kegiatan yang dilaksanakan pada 19-20 September 2017 ini, diakuinya membutuhkan integrasi lintas sektoral, mulai dari kementerian dan lembaga, dunia usaha, dan berbagai unsur publik yang sangat penting. Seperti badan kesehatan dunia WHO, Kemenkes, BNPB, Kementerian Pertanian, Kementerian Kominfo, dan TNI.

Simulasi episenter pandemi influenza terutama untuk mengatasi beberapa jenis virus seperti H5N1 dan H7N9 layak dilakukan karena peta situasi flu burung pada manusia di Indonesia bersifat endemis di sebagian besar pulau Jawa, Sumatera, hingga Nusa Tenggara. Sebelumnya, simulasi serupa dilakukan pada tahun 2008 di Jembrana, Bali dan berlanjut pada tahun 2009 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pilihan simulasi pandemi ketiga ini dipilih di Tangsel, Banten karena kepadatan distribusi unggas di Jawa Barat dan Banten juga merembet ke DKI Jakarta yang rentan terhadap kasus potensial pandemi impor internasional karena menerima lebih dari 3 juta unggas/bulan dari berbagai sumber.

Dalam konteks mendukung proteksi masyarakat, Kementerian Kesehatan RI secara aktif menjadi salah satu pilar kesiapsiagaan dan respon pandemi dengan mewujudkan koordinasi lintas sektor antara Pilar Komando dan Koordinasi, Surveilans Epidemiologi, Respon Medis, 

lntervensi Farmasi, lntervensi Non Farmasi, Pengawasan Perimeter, Mobilisasi Sumber Daya, dan Komunikasi Risiko melalui Simulasi Episenter Pandemi Influenza.

Fakta Flu Burung & Simulasi Pandemu

Surveilans AI (Avian Influenza) baru-baru ini pada unggas di Indonesia mendeteksi dua klade Avian Influenza A (H5N1) yang beredar pada unggas (klade 2.3.2.1 dan klade 2.1.3). Hingga saat ini, 199 kasus manusia dengan 84% CFR telah dilaporkan dari 15 provinsi se-Indonesia. 

Simulasi kali ini fokus pada pemantauan potensi AH7N9 yang harus diantisipasi. Dalam simulasi, Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Non Alam terkait terdeteksinya beberapa kasus tambahan yang positif Influenza A H7N9, setelah sebelumnya Pemerintah Kota Tangsel menetapkan kondisi kejadian luar biasa (KLB) Influenza A H7N9 sebagai Darurat Bencana (Siaga Darurat) untuk masa 2 minggu (2 kali masa inkubasi). 

Berdasarkan analisis risiko penyakit didapatkan sinyal epidemiologi bahwa virus Influenza A H7N9 menular antarmanusia di Kelurahan Setu. Hal ini didasarkan atas temuan satu kasus cluster positif H7N9 dan kasus tambahan tanpa riwayat kontak dengan unggas. 

Kasus kluster atas nama A (L, 45 tahun), B (L, 11 tahun), dan T (P, 9 tahun), sementara dua kasus tambahan tanpa riwayat kontak dengan unggas, atas nama A (L, 40 tahun) dan B (L, 36 tahun). Seluruhnya saat ini mendapat perawatan di ruang isolasi RSUD Kabupaten Tangerang. Satu pasien dinyatakan meninggal dan telah dimakamkan sesuai SOP. 

Hasil evaluasi tim gerak cepat (TGC) Tangsel membuat pihak terkait mengaktifkan Sistem Komando Penanggulangan Darurat Bencana (SKPDB) untuk melakukan penanggulangan seperlunya yang meliputi isolasi kasus, surveilans aktif, pelacakan kasus, karantina rumah, pendirian posko penanggulangan tanggap darurat.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan email .

*Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat*

drg.Oscar Primadi, MPH

Mungkin sebagian orang belum pernah mendengar dan membaca bahwa dunia ini pernah dikejutkan oleh satu peristiwa besar yang disebabkan oleh wabah penyakit. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan pandemi dalam waktu yang singkat, dan sampai saat ini belum ada yang tahu dari mana virus ini berasal. Sejarah mencatatat bahwa penyakit ini dikenal dengan nama penyakit flu Spanyol. Kisahnya dimulai pada awal maret 1918, dimana sebelum tentara AS sampai di medan tempur di eropa, beberapa serdadu di barak  funston, Kansas tiba-tiba terserang flu dan kurun waktu beberapa hari ratusan tentara di barak itu jatuh sakit. Pandemi ini pertama tercatat dalam sejarah terjadi pada tahun 430 SM. Ketika perang Peloponnesia antara dua kota utama Yunani kuno, Athena dan Sparta, saat itu penduduk Athena bukan menghadapi serangan musuh tetapi maut dikarenakan wabah penyakit yang selama empat tahun kemudian menyebabkan kematian sepertiga warga dan militernya. Seorang ahli sejarah Yunani, Thucydides menerangkan gejala-gejala penyakit misterius itu dengan sangat jelas dimana warga yang sehat tiba-tiba diserang penyakit, yang dimulai dengan rasa panas seperti terbakar di kepala. Kemudian terjadi radang sampai merah membara di mata dan organ bagian dalam seperti tenggorokan atau lidah. Radang itu sampai berdarah dan mengeluarkan bau busuk yang tidak alami. Tetapi itu baru permulaan saja, pasien kemudian menderita bersin dan batuk, diikuti dengan diare, muntah-muntah dan sekujur tubuh kejang. Kulit penderita menjadi pucat dan penuhi benjolan serta bisul. Tenggorokan terasa seperti terbakar dan penderita terus menerus merasa haus. Kebanyakan warga Athena yang terserang penyakit ini meninggal dunia pada hari ketujuh atau kedelapan. Tetapi ketika penyakit sampai ke bagian pencernaan ditandai dengan luka lambung dan diare yang parah ditambah dengan daya tahan tubuh yang rentan,  dan berakhir dengan kematian. Hanya sedikit orang yang selamat, tetapi sering kali mereka pun kehilangan jari tangan, jari kaki, alat vital atau pengelihatan mereka. Itulah gambaran tentang pandemi pertama di dunia yang tercatat dalam sejarah.

          Penyakit ini disebabkan oleh virus Influenza A subtipe H1N1 memiliki tingkat kematian tinggi dan menyerang orang dengan usia 20 sampai 40 tahun bukan kelompok lansia. Penyakit ini menular dengan sangat cepat dengan membunuh 25 juta orang dalam waktu enam bulan. Seperlima warga dunia terinfeksi. Sampai hari ini, asal jenis flu manusia itu belum pernah ditemukan tetapi penelitian baru yang dilakukan oleh Institut Penyakit Menular pada Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar penyakit influenza berasal dari burung. Influenza kemudian menghilang begitu saja setelah menewaskan sekitar 40 juta orang. Jumlah ini lebih besar dari korban jiwa dalam Perang Dunia Pertama.

Flu Spanyol terjadi dari Maret 1918 sampai Juni 1920, menyebar sampai ke Arktik dan kepulauan Pasifik. Diperkirakan 50 sampai 100 juta orang di seluruh dunia meninggal. Seorang pakar influenza mengomentari, ā€¯Angka harapan kehidupan di Amerika Serikat anjlok hingga lebih dari 10 tahun pada tahun 1918. Identifikasi kapan dan dimana flu Spanyol muncul tidak diketehui dan tentu saja bukan dari Spanyol.

Wabah flu tersebut secara sederhana dapat dibagi menjadi 3 gelombang, musim semi 1918 adalah gelombang pertama, yang pada dasarnya hanyalah wabah flu biasa. Musim gugur 1918 adalah gelombang kedua dengan angka kematian tertinggi. Sedangkan gelombang ketiga terjadi pada musim dingin 1919 sampai musim semi tahun berikutnya, dengan angka kematian berkisar antara gelombang pertama dan kedua.

Sepanjang 1918, seiring dengan jalur pelayaran perdagangan, virus pun dibawa hingga ke seluruh dunia, menyebar ke seluruh dataran Amerika Utara, Eropa, Asia, Brasil dan Pasifik Selatan, dan membawa dampak mematikan yang amat parah, di antaranya tingkat kematian di India paling tinggi, yakni setiap 100 orang yang terjangkit 5 orang di antaranya mati akibat wabah flu.