Apa apa saja tentang mahasiswa jepang

JAKARTA - Jepang dikenal sebagai negara yang produktif dalam menciptakan berbagai teknologi canggih. Tidak heran, kemajuan teknologi tersebut menjadi penarik minat banyak mahasiswa asing menuntut ilmu di Negeri Sakura.

Termasuk juga para pelajar Indonesia. Jepang menjadi tujuan studi karena kemajuan teknologinya, terutama dalam misi generasi penerus bangsa ini untuk pembangunan negeri.

"Jepang memiliki teknologi yang canggih dan ilmu pengetahuan yang bisa membantu pembangunan Indonesia," ungkap Wakil Duta Besar Jepang, Honsei Kozo, usai pelepasan 50 mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Pemerintah Jepang di Kedubes Jepang, Jakarta, Kamis (31/3/2016).

Selain itu, selama ini Jepang juga memiliki hubungan yang baik dengan Indonesia. Faktor tersebut turut mendorong banyak mahasiswa Indonesia yang tertarik untuk belajar di Jepang.

"Selain itu mungkin karena hubungan antara Indonesia dan Jepang itu sangat bagus. Jurusan yang ditawarkan dalam beasiswa pun tidak hanya berpusat pada teknologi, tapi juga ada mahasiswa yang mengambil sastra juga," ujarnya.

Dengan adanya beasiswa pemerintah Jepang ini, Kozo berharap hubungan Indonesia dan Jepang akan semakin baik. Selain itu, hal lain yang bisa menguntungkan kedua negara dari beasiswa ini adalah adanya kerjasama yang lebih baik di masa depan.

"Jadi kalau ada perusahaan Jepang dan Indonesia ingin bekerja sama, bisa lebih lancar. Selama ini kerjasamanya juga sudah lancar," tambahnya. (afr)

(rfa)

KOMPAS.com – Tak sedikit pelajar Indonesia batal kuliah di Jepang karena takut berhadapan dengan berbagai kendala di sana. Tidak bisa dimungkiri bahwa budaya kedua negara ini memang jauh berbeda. Banyak pelajar enggan kuliah di Jepang karena khawatir dengan biaya mahal atau perbedaan bahasa. Padahal, keduanya bukan masalah.   Berikut ini beberapa anggapan yang salah mengenai kuliah di Jepang:

Menyesuaikan gaya hidup

Banyak mahasiswa Indonesia kesulitan menyesuaikan diri dengan kebiasaan hidup di Negeri Sakura. Pasalnya di sana semua begitu teratur, mulai dari naik kereta sampai membuang sampah memiliki tata cara masing-masing. Anda hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Lama-lama Anda akan terbiasa karena tinggal di Jepang tidaklah sulit. Di samping warganya terkenal ramah dan santun, fasilitas umum di Jepang sudah tertata rapi. Jika Anda butuh bantuan, warga lokal tak akan sungkan untuk menolong.

Mahal!

Kenyataannya biaya pendidikan dan hidup di Jepang memang mahal. Satu hal yang tidak diketahui banyak orang adalah hal itu berbanding lurus dengan banyaknya kucuran beasiswa. Seleksi beasiswa di Jepang hanya berdasarkan prestasi akademik. Ragamnya bermacam-macam, seperti beasiswa kampus, swasta, bantuan daerah, serta berupa potongan biaya studi. Anda dapat menerima beasiswa itu sepanjang masa kuliah, asal mampu mempertahankan nilai baik. Informasi seputar beasiswa pun terbuka dan tersebar di kampus-kampus.

Susah cari makanan halal

Hari ini sudah banyak restoran bersertifikat halal di Jepang dan bisa dicari lewat internet. Kedai makanan halal juga cenderung mudah ditemukan di sekitar universitas.

Solusi lainnya, pesan makanan berbahan dasar ikan dan produk laut lainnya saat di restoran. Selain itu, memasak sendiri juga bisa menjadi pilihan sekaligus membantu Anda berhemat.

Kendala bahasa Mahasiswa asing memang disyaratkan lolos tes kemampuan bahasa Jepang (JLPT) level 1 atau 2 sebelum menempuh pendidikan di Negeri Matahari Terbit. Jangan takut, terdapat banyak sekolah bahasa tersebar di negeri itu. Jika ingin lebih mudah, Anda bisa mencari universitas yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Program English Track (E-Track) dari Tokyo International University, misalnya. E-Track membuka kesempatan kuliah untuk mahasiswa internasional dari berbagai negara. Calon mahasiswa dapat memilih jurusan Hubungan Internasional atau Bisnis Ekonomi.

Mahasiswa E-Track punya peluang mendapatkan beasiswa berupa potongan biaya kuliah 30 persen sampai 100 persen per tahun. Terdapat juga kesempatan menempuh pendidikan double degreedi Amerika yang bekerja sama dengan Willamete University.

Tahun ini, E-Track membuka pendaftaran masuk kuliah serta beasiswa mulai 6 November sampai 20 November 2015. Pendaftaran program kuliah dan beasiswa E-Track hanya dilakukan melalui seleksi dokumen. 

Anda dapat membawa satu esai berbahasa Inggris dan sertifikat kemampuan bahasa Inggris, misalnya IELTS (minimal skor 5,5 ), TOEFL IBT (minimal skor 61), atau TOEIC (minimal skor 700) saat pendaftaran. Calon mahasiswa dapat melakukan pendaftaranonline lewat https://tiu.applyjapan.com dengan formulir pendaftaran dapat diunduh lewat situs ini.

E-Track juga membuka kesempatan konsultasi berbahasa Indonesia dengan PIC TIU di Jakarta (Fuji Staff) lewat sambungan telepon 021-252-3716 atau e-mail: . Anda bisa pula menghubungi Tokyo Office memakai bahasa Inggris atau Jepang melalui telepon +81-3-3362-9644 dan e-mail:.

TIU akan hadir pula di Education Fair Jasso yang akan diadakan pada 14 November 2015 di The Square Ballroom, Surabaya; dan pada 15 November 2015 di Jakarta Convention Center, Jakarta. 

Siap berangkat ke Jepang?

Bagaimana Kehidupan Mahasiswa di Jepang? Kehidupan pelajar atau mahasiswa pada suatu negara pasti berbeda-beda. Baik dari segi kurikulum yang diterapkan maupun dari segi kebiasaan pada kampus tersebut. Lalu bagaimana dengan kehidupan mahasiswa di Jepang?

Mahasiswa di Jepang: Metode Perkuliahan

Pada umumnya, kehidupan dan kebiasaan mahasiswa Jepang di dunia perkuliahan memiliki kemiripan dengan kehidupan dan kebiasaan mahasiswa di Indonesia. Metode perkuliahan di Jepang dilakukan melalui komunikasi, observasi dan literasi. Komunikasi dilakukan dengan dosen (sensei) dan teman-teman di perkuliahan, bahkan seminar. Diskusi dan presentasi menjadi makanan sehari-hari bagi mahasiswa.

Metode observasi juga dilakukan oleh mahasiswa dengan melakukan penelitian pada lingkungan. Dalam hal ini, baik lingkungan alam maupun lingkungan budaya dan manusia. Tentunya sesuai dengan bidang dan jurusan yang ditekuni oleh masing-masing mahasiswa. Bahkan banyak juga mahasiswa-mahasiswa di Jepang yang ikut aktif dalam lembaga-lembaga sosial. Mereka tanpa ragu mengajukan diri sebagai sukarelawan.

Sedangkan yang dimaksud dengan metode literasi adalah pembelajaran melalui buku-buku literatur yang disediakan oleh perpustakaan kampus, perpustakaan kota dan pemerintah, maupun sumber literasi lainnya yang dapat mendukung sistem pembelajaran di kampus. Masyarakat Jepang selalu menekankan budaya membaca sehingga tidak heran mahasiswa di sana sangat gemar membaca.

Hal yang menjadikan pendidikan kuliah di Jepang menarik adalah universitas sebagai sumber riset dan pengetahuan yang mumpuni bagi pelajar di dalamnya. Bukan hanya dilihat dari kampus sebagai lembaga pendidikan, namun juga kebiasaan para mahasiswa dan dosen di Jepang yang sangat komunikatif satu sama lainnya.

Sistem kuliah di Jepang sangat mendukung interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa. Setelah dosen selesai menjelaskan materi, mahasiswa akan diberikan kesempatan untuk memberikan opini, saran ataupun pendapat. Apabila mahasiswa masih kurang puas dengan penjelasan materi di kelas, maka mereka dapat mengirimkan email kepada dosen tersebut untuk bertanya.

Selain itu, mahasiswa pun dapat berdiskusi secara personal dan mengatur jadwal untuk bertemu secara langsung dan membahas materi yang masih kurang dimengerti. Banyak sekali waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dengan dosen. Para pengajar pun dengan mudah dapat meluangkan waktunya untuk memberikan arahan ataupun penjelasan tambahan kepada mahasiswanya. Tidak seperti di Indonesia yang terkadang beberapa pengajar sangat sulit untuk ditemui.

Mahasiswa di Jepang: Gaya Hidup, Berpakaian dan Kehidupan Kampus

Di negara yang terkenal dengan keindahan bunga sakura ini, kuliah menjadi salah satu momen bagi mahasiswa untuk bisa hidup mandiri sepenuhnya dan menjadi kesempatan untuk mengekspresikan diri. Pada masa-masa sekolah, mereka mengenakan seragam sekolah dan harus rapih. Sedangkan di dunia perkuliahan ini mereka bisa mengenakan pakaian bebas dengan berbagai model pakaian dan aksesoris sesuai dengan seleranya masing-masing. Kebanyakan dari mahasiswa Jepang memiliki gaya berbusana yang modis dan unik.

Tidak jauh berbeda dengan mahasiswa Indonesia, mahasiswa di Jepang juga cenderung tinggal sendiri. Kebanyakan dari mereka memilih tinggal di beberapa apartemen maupun asrama kampus. Hal ini menjadi salah satu pelajaran hidup dimana mereka secara nyata belajar untuk hidup mandiri hingga belajar untuk menghemat keuangannya. Tidak sedikit mahasiswa di Jepang yang mengambil kerja sambilan untuk menambah uang jajan mereka.

Lalu apa saja kebiasaan mahasiswa Jepang dalam menghabiskan hari libur mereka? Berbagai kegiatan dan aktivitas banyak dilakukan mahasiswa Jepang dalam menghabiskan hari libur mereka. Beberapa diantaranya ada yang menghabiskan waktu dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler kampus. Beberapa diantaranya juga ada yang menghabiskan hari libur mereka dengan bersenang-senang, seperti berbelanja ke pusat perbelanjaan, bercengkrama dengan teman sekampus di kafe atau restaurant, melakukan hobi dan lain sebagainya. Namun banyak juga mahasiswa di Jepang yang menghabiskan waktu liburan mereka untuk bekerja paruh waktu. Masyarakat Jepang memang terkenal sebagai pekerja keras.

Bagi Anda yang memiliki rencana untuk melanjutkan studi di Jepang, alangkah lebih baiknya untuk mempelajari terlebih dahulu Bahasa Jepang. Tensai Kawarang Jasa Penerjemah Jepang terpercaya dan professional. Anda dapat dengan mudah belajar bahasa tersebut.

Referensi