Jelaskan bagaimana mengimplementasikan ajaran Islam dalam konteks Kemodernan dan KEINDONESIAAN

(Salah satu bahan kajian di Darussalam tanggal 21 Oktober 2012)

Modernisasi adalah proses gerakan perubahan individu dari cara hidup yang bersifat tradisional atau yang bersifat lama menuju cara hidup yang baru atau yang maju dan bersifat kompleks dan pada arah kemajuan. Adanya proses modernisasi ini melahirkan modernisasi ekonomi, modernisasi sosial. Modernisasi ekonomi penekannya adalah pada perkembangan akan kemajuan ekonomi, kemajuan ekonomi ini ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi dan standar hidup, revolusi teknologi, intensitas modal yang semakin besar dan organisasi birokrasi yang rasional. Kemudian modernisasi sosial, modernisasi sosial ini menekankan pada perubahan dalam kehidupan masyarakat, pola-pola kelembagaan dan peranan status dalam struktur sosial masyarakatnya. Selain itu juga modernisasi sosial ini perhatiannya pada perubahan sosial terencana, sekularisme, perubahan sikap dan tingkah laku, pengeluaran dalam pendidikan umum, adanya revolusi pengetahuan, hubungan sosial kemudian diferensiasi struktural fungsional. Di zaman modern telah muncul istilah globalisasi. Globalisasi adalah penyebaran perkembangan kehidupan ke seluruh kawasan yang ditandai dengan adanya hubungan antar bangsa ataupun antar negara yang meliputi berbagai aspek kehidupan.

Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung.

Agama dan Masyarakat Modern

Hubungan religiusitas dan modernisasi (industrialisasi) merupakan persoalan rumit yang banyak menimbulkan kontroversi, khususnya di kalangan ilmuwan sosial. Suatu ungkapan yang hampir menjadi stereotip dalam percakapan sehari-hari menggambarkan seolah-olah agama merupakan hambatan terhadap proses modernisasi dan industrialisasi. Meskipun pada beberapa kasus mungkin asumsi itu benar, misalnya ada agama yang menentang program Keluarga Berencana (KB) padahal menurut para ahli mutlak diperlukan di negara-negara berkembang. Tetapi generalisasi bahwa agama merupakan rintangan modernisasi dan industrialisasi tidak dapat dibenarkan.

Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Peran Agama dalam Masyarakat Modern

Peran agama di dalam perkembangan masyarakat (1) agama sebagai motivator, agama di sini adalah sebagai penyemangat seseorang maupun kelompok dalam mencapai cita-citanya di dalam seluruh aspek kehidupan. (2) agama sebagai creator dan inovator, mendorong semangat untuk bekerja kreatif dan produktif untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik dan kehidupan akhirat yang lebih baik pula. (3) agama sebagai integrator, di sini agama sebagai yang mengintegrasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai orang-seorang maupun sebagai anggota masyarakat. (4) agama sebagai sublimator, masksudnya adalah agama sebagai mengadukan dan mengkuduskan segala perbuatan manusia. (5) Agama sebagai sumber inspirasi budaya bangsa, khususnya Indonesia.

Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern

  •       Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
  •       Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
  •       Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
  •       Iman memberikan ketenangan jiwa
  •       Iman memberikan kehidupan yang baik
  •       Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
  •       Iman memberikan keberuntungan
  •       Iman mencegah penyakit

Perubahan Kehidupan Masyarakat Islam Indonesia Akibat Modernisasi

  • Perubahan masyarakat Islam Indonesia yang positif

– Ilmu pengetahuan dalam kehidupan masyarakat semakin mendukung perkembangan dunia Islam. Masyarakat Islam tidak hanya mengetahui ilmu agam tetapi juga mengetahui ilmu umum

– Dengan adanya modernisasi umat Islam mampu mengaplikasikan ajaran Islam dala konsep ilmu umum.

– Dengan adanya teknologi sebagai salah satu produk modernisasi, masyarakat islam Indonesia bisa dengan mudah memperluas dakwahnya lewat media dan juga memperluas jaringannya.

  • · Perubahan masyarakat Islam Indonesia yang negatif

– Moralitas semakin menurun

– Ketergantungan terhadap teknologi

– Lebih mengutamakan duniawi dari pda ukhrowi

– Hubungan silaturrahni secar face to face manurun

Simpulan

1)      Peran agama pada masa modern dirasakan masih sangat penting, bahkan menunjukkan gejala peningkatan. Fenomena kebangkitan agama di antaranya dapat diamati dari maraknya kegiatan-kegiatan keagamaan dan larisnya buku-buku agama. Fenomena ini setidaknya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya kesadaran providensi setiap individu, ketidakberhasilan modernisasi dan industrialisasi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna. Di samping itu, kegagalan organized religions dalam mewujudkan agama yang bercorak humanistik, juga disinyalir turut mendorong praktik spiritualitas era modern.

2)      Agama tetap akan memegang peranan penting di masa mendatang, terutama dalam memberikan landasan moral bagi perkembangan sains dan teknologi. Dalam kaitan ini perlu ditekankan pentingnya usaha mengharmoniskan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dengan agama (Imtaq). Iptek harus selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral-agama agara tidak bersifat destruktif terhadap nilai-nilai kemanusiaan (dehumanisasi). Sedangkan ajaran agama harus didekatkan dengan konteks modernitas, sehingga dapat bersifat kompatibel dengan segala waktu dan tempat.

3)      Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik.  Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.

Sumber:

1)       http://punyanyavika.wordpress.com/2011/08/22/implementasi-iman-dan-taqwa-dalam-kehidupan-modern/

2)      http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/09/masyarakat-islam-indonesia-pada-era-modern/

Share the publication

Save the publication to a stack

Like to get better recommendations

The publisher does not have the license to enable download

Jelaskan bagaimana mengimplementasikan ajaran Islam dalam konteks Kemodernan dan KEINDONESIAAN

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Semula diskusi kecil tentang Islam. Pada saat itu yang dibicarakan soal-soal ritual, hukum sesuatu tentang kegiatan dan jenis makanan, hingga berlanjut soal kegiatan proyek yang harus dilaksanakan. Tatkala sampai pada wilayah kegiatan yang bernuansa modern itu, maka timbul pertanyaan tentang relevansi Islam terhadap kegiatan yang dianggap sebagai bersifat duniawi dimaksud. Pesera diskusi kecil dan bersifat informal itu kemudian menanyakan letak relevansi Islam dengan kegiatan modern itu.

Rupanya, membawa Islam ke dalam kegiatan sederhana itu dirasakan menjadi tidak mudah tatkala sudah masuk wilayah yang dianggap bukan bagian agama. Sebuah persoalan dianggap sebagai wilayah agama manakala menyangkut jenis kegiatan ritual seperti shalat, zakat, puasa, haji, berdoa, dan sejenisnya. Atau, juga menyangkut sesuatu yang harus ditinjau dari aspek hukum atau fiqh. Misalnya, benda tertentu hukumnya halal atau haram, kegiatan itu sunnah, mubah, atau makruh, wajib atau tidak, dan sejenisnya. Di luar wilayah itu disebut bukan bagian dari agama atau Islam.

Agar Islam sebagaimana sifatnya, menjadi tetap relevan dengan kehidupan modern, maka yang diperlukan adalah menangkap makna Islam itu sendiri dalam kontek yang luas, seluas wilayah kehidupan itu sendiri. Hal demikian itu sebenarnya mudah, tetapi tidak semua orang berani melakukannya. Kekhawatiran itu juga tidak selalu salah, makakala dilihat dari aspek psikologis, ialah bahwa dalam hal yang menyangkut agama atau keyakinan, maka harus dilakukan dengan kehati-hatian.

Akan tetapi, manakala selamanya tidak ada keberanian keluar dari mindset yang sehari-hari mewarnai kehidupannya, maka juga tidak akan diperoleh jawaban tatkala menghadapi perubahan kehidupan yang semakin cepat seperti yang terjadi sekarang ini. Akibatnya, hingga persoalan mencari relevansi Islam dengan kegiatan proyek saja dianggap sulit. Bahkan yang lebih fatal lagi, sikap itu memunculkan anggapan bahwa, Islam tidak ada kaitannya dengan kehidupan modern. Padahal Islam disebut bersifat universal, dan oleh karena itu, selalu memiliki relevansi dengan zaman apapun.

Lewat diskusi sederhana dan bersifat informal itu akhirnya ditemukan pandangan bahwa, Islam mengajarkan tentang niat. Dalam kegiatan atau memilih apa saja, Islam memberikan tuntunan-------tidak terkecuali mengerjakan proyek, harus dikerjakan dan memilih yang terbaik. Semua pekerjaan harus diselesaikan dengan sabar, ikhlas, istiqomah, penuh amanah, harus tawakkal dan atau menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat Yang Maha Kuasa.

Nilai-nilai tersebut, sudah barang tentu, akan sangat relevan dengan berbagai kegiatan atau proyek apapun. Kegiatan proyek yang dikenal sebagai bersifat modern, seharusnya dijalankan dengan niat yang bersih, yakni dijadikan bagian dari pengabdiannya kepada Tuhan. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya. Bisa saja suatu pekerjaan tampak baik, tetapi manakala niat mengerjaannya buruk, maka akan memperoleh hasil yang buruk pula. Sebaliknya, siapapun tidak boleh melakukan pekerjaan buruk diniati untuk memperoleh kebaikan.

Akhirnya, melihat dari aspek niat itu saja, yang harus dilakukan dengan tepat, maka sebenarnya semua kegiatan akan selalu ada relevansinya dengan Islam. Artinya, Islam harus dihadirkan di dalam semua jenis kegiatan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab persoalan ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqhnya, melainkan akan menjawab perbagai persoalan luas secara tidak terbatas yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari oleh siapapun, di manapun, dan kapanpun. Maka, sebuah proyek disebut telah dikerjakan secara Islami manakala diawali dengan niat yang tepat, dikerjakan dengan jujur, sabar, ikhlas, istiqomah, memilih pendekatan atau cara terbaik, hingga akhirnya pekerjaan itu disebut sebagai sebuah amal shaleh. Wallahu a'lam.