Topik pembahasan artikel kali ini akan memaparkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan ketika melakukan Public Speaking. Beberapa aspek tersebut diantaranya yaitu Intonasi, Volume, Speed and Pause. Mari kita bahas satu persatu untuk meningkatkan skill public speaking kita! Topik bahasan pertama kita yaitu Intonasi, Intonasi merupakan tinggi rendahnya suara, irama suara atau alunan nada. Ketika melakukan public speaking dihadapan komunikan pastikan nada bicara yang dipakai, merupakan nada biasa sehari-hari ketika melakukan percakapan agar komunikan merasa seperti diajak berkomunikasi dengan intens. Hati-hati jangan sampai kita berbicara dengan monoton agar komunikan tidak mudah merasa bosan. Aspek yang kedua yaitu Volume, komunikator harus memperhatikan dimana dilakukannya public speaking. Jika dilakukan di ruang terbuka, maka komunikator harus menaikkan volume suaranya, sebaliknya apabila dilakukan di ruang tertutup maka komunikator harus bisa menyesuaikan volume suaranya, tidak terlalu keras tapi juga tidak terlalu pelan. Volume yang tinggi dapat digunakan untuk menyampaikan topik yang bersemangat. Selain itu volume rendah juga dapat digunakan untuk menarik perhatian komunikan agar lebih memperhatikan apa yang sedang komunikator sampaikan. Speed and Pause atau kecepatan dan jeda, seorang komunikator harus memiliki kemampuan yang baik untuk mengontrol cepat lambatnya berbicara. Apabila komunikator berbicara terlalu cepat maka komunikan akan sulit untuk menerima informasi yang diberikan oleh komunikator, selain itu komunikan akan kesulitan untuk menyimpulkan makna dari informasi tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila komunikator berbicara dengan lamban maka komunikan akan cenderung jenuh dengan topik bahasan yang disampaikan. Ketika menyampaikan informasi komunikator harus bisa mengatur nafasnya dengan teratur. Pause atau jeda ketika berbicara mempengaruhi isi pesan yang disampaikan, penempatan jeda yang tepat memberikan kesempatan kepada komunikan untuk mencerna isi dan makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator. Kesimpulan dari topik bahasan artikel kali ini aspek yang perlu diperhatikan saat menyampaikan informasi kepada komunikan yaitu Intonasi, Volume, dan Speed and Pause. Dengan menerapkan aspek-aspek tersebut diharapkan komunikator dapat menyampaikan pesan dengan efektif dan dapat dengan mudah diterima pesannya oleh komunikan. By Nourmalyta Kho Key words : Intonasi, Volume, Speed and Pause
https://pixabay.com/id/illustrations/berbicara-di-depan-umum-pembicara-3159217/ Tampil percaya diri saat berbicara di hadapan publik adalah salah satu indikator keberhasilan dalam melakukan public speaking. Menampilkan rasa percaya diri di hadapan publik juga tentunya akan menambah kesan hebat di mata para audiens nya. Contohnya, bapak proklamator kemerdekaan Indonesia, yakni Ir.Soekarno. Tampak tegas, gagah, berani, dan lantang dalam menyampaikan orasi politiknya di hadapan jutaan masyarakat umum. Siapapun yang mendengar, akan hanyut terbawa dalam isi dan maksud pesan yang disampaikan oleh beliau. Percaya diri juga mampu memberikan pengaruh yang signifikan kepada para pendengarnya dalam memahami kejelasan oleh pembicaranya. Namun, apakah yakin semua orang bisa tampil percaya diri ketika berbicara di hadapan banyak orang?.
Name : Yoga Dwitama Tentunya, persiapan adalah hal yang krusial dalam menjalani sebuah kegiatan atau aktivitas terutama dalam melakukan sebuah pidato. Banyak tokoh-tokoh hebat atau pembicara umum dapat melakukan orasi dan pidato nya secara lancar, lugas, dan bahkan tampak menakjubkan seperti di hadapan umum, sebut saja Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makarin dan pembicara dunia seperti Tony Robbins. Masuk ke dalam benak pertanyaan kita, “Bagaimana mereka melakukannya?”. Mungkin satu dari hal lain jawabannya adalah persiapan. Ya, persiapan. Bahkan seorang tokoh dunia pun perlu melakukan persiapan diri seperti latihan sebelum mereka melakukan speech di hadapan umum. Mulai dari hal yang paling mendasar dalam melakukan persiapan sebelum melakukan speech, yaitu persiapan mental. Seseorang yang akan melakukan speech, hendaknya melakukan persiapan mental seperti mengenali audiens dengan siapa mereka berbicara nantinya. Hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri kita untuk mengetahui bagaimana kita bersikap di hadapan para audiens. Hal ini terdengar klise tetapi sangat penting, Karena apa yang kita pikirkan itu akan di proses melalui tindakan. Setiap Coach Public Speaking selalu menyarankan untuk menggunakan pernafasan perut, karena dengan pernafasan perut pasokan oksigen akan lebih banyak dan kita bisa berpikir lebih jernih. Dengan begitu anda akan merasa percaya diri karena otak anda akan merasa bahwa itu bukan kali pertamanya, tetapi merupakan sebuah pengulangan dan itu adalah hal yang sudah menjadi kebiasaan. Jadi, rasa takut itu pun akan berkurang seiring dengan latihan. Hal kedua ialah, coba untuk menarik minat perhatian audiens. Seseorang yang akan melakukan speech bisa menyiapkan joke, humor, kisah (story), statistik, definisi, kutipan, pertanyaan retoris, atau fakta mencengangkan agar para Audience Anda tidak merasa bosan, jenuh. Hal ini diharapkan dapat membangun antusiasme audiens di tengah berjalannya sebuah speech. Hal yang ketiga ialah, coba untuk melakukan interasi kepada para audiens. Otak manusia tidak secara alami berkembang untuk belajar melalui pengajaran. Kenyataannya, Laboratorium National Training mengemukakan apa yang dikenal sebagai “Piramida Pembelajaran”. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa manusia mendapatkan: • 5% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari sebuah pengajaran (misalnya di universitas atau sekolah) • 10% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari membaca (buku atau artikel) • 20% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari audio-visual (misalnya aplikasi, video) • 30% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari demontrasi • 50% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari terlibat dalam diskusi grup • 75% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari praktek langsung • 90% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka langsung menggunakannya atau mengajari orang lain Ini berarti sehebat apapun presentasimu, jika para penonton tidak belajar dari interaksi atau terlibat langsung, mereka hanya akan mendapatkan sebagian kecil dari apa yang kamu sampaikan.
Channels of Distribution bermakna saluran penerimaan berita. Artinya, agar komunikasi bisa terjalin antara komunikator dan komunikan ada beberapa media/alat komunikasi yang bisa digunakan. Media atau alat komunikasi sebagai saluran distribusi yang sudah biasa digunakan oleh umum, antara lain media cetak (surat kabar, majalah, brosur, dsb) dan media elektronik (telepon, televisi, radio, dsb). Namun seiring perkembangan teknologi, dalam satu dekade terakhir ini kita kenal dengan media baru yakni sosial media dalam wujud berbagai aplikasi seperti Facebook, Line, WhatsApp, dan sebagainya. Dalam banyak penelitian, saat ini efektifitas media baru jauh lebih kuat daripada dua media yang sudah dianggap usang dan terbatas segmentasinya.
Nabilla Kusuma Vardhani “Pedas ya, Mas!” “Saya ulang pesanannya ya Mbak, nasi goreng seafood pedas satu” Percakapan itu terdengar dari meja nomor lima antara pengunjung dan pelayan di sebuah rumah makan. Tak lama kemudian, sepiring nasi goreng seafood disajikan di hadapan perempuan itu. Sebuah kernyitan di dahi menjadi ekspresi pertama darinya setelah suapan yang pertama. ‘Pedas’ yang ia maksudkan tidak sesuai dengan ‘pedas’ yang ia dapatkan. *** Seringkali kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kita telah menyampaikan sebuah pesan dengan sebaik mungkin kepada seseorang. Misalnya saat melakukan order di rumah makan, pelayan akan mengonfirmasi ulang pesanan kita sebagai tanda ia mengerti apa yang kita mau. Namun demikian saat pesanan datang, feedback yang kita dapatkan ternyata tidak sesuai. Kondisi itu telah dirangkum Robert McCloskey dalam untaian katanya yang terkenal: |