Anak yang hormat dan Bhakti kepada Catur guru disebut

1. Guru Pengajian atau Guru Waktra adalah guru yang memberikan pendidkan dan pengajaran      kepada kita            disekolah. kewajiban yang harus kita lakuakan adalah kita selalu menghormati guru, mentati tata         tertib        sekolah, selalu berbudi luhur, dan tdak boleh mencaci guru.

2. Guru Rupaka atau guru Reka dalah guru yang ada d rumah yaitu orang tua kita sendiri. awal pendidikan  
   diperoleh dari  orang tua. Orang tualah yang paling mengetahui karakter dari anaknya. Kewajiban yang harus           dilakukan  selalu menghormati orang tua, menyanyangi orang tua, berbakti kepada orang tua, mrnjunjung tinggi

   mengikuti dan melaksnakan nasehat orang tua.

3.Guru Wisesa adalah pemerintah, pemerintah yang selalu berusaha mendidik dan mengyomi rakyatnya, selalu       mensejahterakan  dan memrikan perlindungan. kewajiban yang seharusnya dilakukan adalah memelihara dan       menjaga nama baik bangsa dan negara, menjunjung tinggi NKRI.
4.Guru Swadyaya adalah guru sejati yaitu Ida Sang Hyang Widhi. Beliau adalah yang menciptakan alam semesta    ini beserta isinya, memelihara dan melindungi dan menghakhirinya juga. Beliau adalah pembimbing utama bagi       umat manusia tidak bandingannnya, Kewajiban yang harus kita lalkukan adalah melakukan sembahynag memuja beliau, mempelajari kitab suci Weda, menyakiani 

1. Bhakti Kepada Guru Swadyaya

Guru Swadyaya disebut pula guru sejati. Dinamakan guru sejati karena Beliau adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dinyatakan sebagai guru karena Tuhan adalah pembimbing utama bagi umat manusia yang tidak ada bandingannya. Beliau Mahatau, beliau juga Mahakuasa, dan Mahasakti. Karena itu sebagai manusia kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tulus ihklas. Selalu bersyukur atas karunia-Nya

2.  Bhakti Kepada Guru Rupaka

Guru Rupaka atau Guru Reka adalah orang tua atau Ibu Bapak kita dirumah, sebagai orang pertama yang memberikan pendidikan kepada kita. Manusia tumbuh dan berkembang adalah berkat pendidikan dan asuhan orang tuanya. Karena itu anak-anak harus menghargai orang tuanya.

3.  Bhakti Kepada Guru Pengajian

Guru pengajian atau Guru Waktra adalah guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada kita di sekolah. Guru di sekolah memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, sehingga murid menjadi pandai dan terhindar dari kebodohan berarti lenyaplah penderitaan. Karena itulah murid-murid harus menghargai dan menghormati gurunya. .

4. Bhakti Kepada Guru Wisesa

     Guru wisesa adalah Pemerintah. Disebut gutu wisesa karena Guru itulah yang ngawisesa atau memerintah, melayani, menciptakan ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.

Bhakti Kepada Catur Guru

Catur Guru terdiri dari dua kata yaitu: Catur artinya empat dan Guru artinya guru.  Jadi Catur Guru artinya empat tugas berat yang harus dipikul atau diemban untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam mencari kesucian serta keutamaan hidup.

Demikian sepintas tentang pengertian guru, selanjutnya bila kita meninjau tentang jenis-jenis yang disebut guru atau yang berfungsi sebagai guru, maka sebagai guru tertinggi dari alam semesta ini tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Guru Param Brahma atau Paramestiguru yang dinyatakan dalam Gurupùjà 2, berikut:

“Oý Gurur Brahma

 Gurur Viûóu Gurur deva Maheúvara,

 Gurur sàkûat Param Brahma

 tasmai Úrì gurave namaá.”

Artinya:
(Om Hyang Widhi, Engkau adalah Brahma, Viûóu dan Maheúvara, sebagai guru agung, pencipta, pemelihara pelebur alam semesta. Engkau adalah Guru Tertinggi, Param Brahma, kepada-Mu aku memuja)

Untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat Hindu tidak terlepas dari disiplin dalam setiap tingkah laku kita sehari- hari lebih- lebih terhadap Catur Guru.

Didalam etika atau susila agama hindu, ada disebutkan catur guru yang harus kita hormati, catur guru bhakti merupakan bhakti kepada empat guru yang mempunyai tugas yang sangat berat. Berbhakti kepada keempat guru itu adalah suatu kewajiban. Keempat guru  tersebut adalah :

1.        Bhakti Kepada Guru Swadyaya

Anak yang hormat dan Bhakti kepada Catur guru disebut

Gbr Guru Swadyaya

Guru Swadyaya disebut pula guru sejati. Dinamakan guru sejati karena Beliau adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Beliaulah yang telah menciptakan alam semesta dengan segenap isinya ini, kemudian memelihara dan melindunginya dan akhirnya juga melebur atau mengembalikan ke dalam bentuk asalnya. Dinyatakan sebagai guru karena Tuhan adalah pembimbing utama bagi umat manusia yang tidak ada bandingannya. Beliau Mahatau, beliau juga Mahakuasa, dan Mahasakti. Karena itu sebagai manusia kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tulus ihklas. Cara mewujudkan rasa bhakti kepada Guru Swadyaya itu antara lain dengan :

o  Selalu ingat kepada-Nya,

o   Melakukan persembahyangan (Tri Sandhya)

o    Berdoa sebelum melakukan kegiatan

o   Meyakini kebesaran Tuhan

o   Selalu bersyukur atas karunia-Nya

o   Mempelajari ajaran ketuhanan,

o  Melaksanakan upacara piodalan,

o  Ngayah di Pura,

o  Melaksanakan tapa, brata, yoga, samadhi.

o  Menjaga kesucian pura,

o  Mempelajari kitab suci Weda,

o  Medana punia dan lain-lain.

2.        Bhakti Kepada Guru Rupaka

Anak yang hormat dan Bhakti kepada Catur guru disebut

Gbr Guru Rupaka

Guru Rupaka atau Guru Reka adalah orang tua atau Ibu Bapak kita dirumah, sebagai orang pertama yang memberikan pendidikan kepada kita. Manusia tumbuh dan berkembang adalah berkat pendidikan dan asuhan orang tuanya. Karena itu anak-anak harus menghargai orang tuanya. Rasa bhakti kepada Guru Rupaka dapat diwujudkan antara lain dengan :

o   Mengikuti dan melaksanakan nasehat orang tua,

o   Membantu orang tua dalam melaksanakan tugas pekerjaannya,

o   Menjunjung tinggi kehormatan keluarga,

o   Membantu dan memperhatikan kesehatan orang tua jika sedang sakit,

o   Melaksanakan upacara Pitra Yadya sebagaimana mestinya.

3.     Bhakti Kepada Guru Pengajian

Anak yang hormat dan Bhakti kepada Catur guru disebut

Gbr Guru Pengajian

 Guru pengajian atau Guru Waktra adalah guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada kita di sekolah. Guru di sekolah memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, sehingga murid menjadi pandai dan terhindar dari kebodohan berarti lenyaplah penderitaan. Karena murid-murid harus menghargai dan menghormati gurunya. Murid-murid pun dapat mewujudkan rasa bhaktinya kepada Guru Pengajian antara lain dengan :

o   Menyapa dan memberi hormat kepada guru,

o   Melaksanakan semua nasihat dan ajarannya,

o   Tidak mencaci maki guru,

o   Menjaga nama baik guru dan sekolah,

o   Selalu mengingat guru, meskipun sudah tidak menjadi muridnya lagi,

o   Tidak menantang guru,

o   Mentaati tata tertib sekolah,

o   Rajin belajar,

o   Selalu berbudi luhur.

4.        Bhakti Kepada Guru Wsisesa

Anak yang hormat dan Bhakti kepada Catur guru disebut

Guru wisesa adalah Pemerintah yang selalu berusaha mendidik dan mengayomi rakyatnya, selalu mensehjaterakan dan memberikan perlindungan. Karena itu pemerintah harus selalu dihormati dan dihargai. Kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Pemerintah antara lain dengan cara :

o        Selalu menghormati aparatur Pemerintah yang bersih dan jujur,

o        Berpartisipasi dalam mengamankan negara,

o        Berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan,

o        Rajin membayar pajak,

o        Cinta tanah air negara dan bangsa,

o        Mentaati semua ketentuan Pemerintah,

o        Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila,

o        Menghargai dan menghormati para pahlawan bangsa,

o        Memelihara dan menjaga harta benda milik pemerintah,

o        Memelihara hasil-hasil pembangunan bangsa,

o        Bangga menjadi bangsa indonesia. (K.M. sukardana, 2010 : 35-38)

Rasa bhakti dalam catur guru ini menegaskan penting dan agungnya peran dan fungsi guru dalam perjalanan pendidikan seseorang. Keberhasilan  pendidikan seseorang sangat ditentukan oleh guru. Disamping kekuasaan Tuhan sebagai guru swadyaya kualitas guru wisesa, guru pengajian, dan guru rupaka yang kemudian disebut dengan tri guru sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang tak terkecuali kita yang duduk di forum terhormat ini. Model catur guru bagi bangsa dan negara Indonesia eksistensinya sangat kuat terlebih bagi masyarakat Hindu. Peranan catur guru memang sangat menentukan keberhasilan dan kualitas pendidikan termasuk keberhasilan seseorang mencapai tingkat jabatan fungsional tertinggi sebagai seorang profesor. Kita semua yang ada di forum ini sudah pasti tidak luput dari guru yang telah banyak memberikan sentuhan perubahan. Tanpa sentuhan guru tidak mungkin kita bisa menempati posisi dan duduk di bangku kuliah ini.

 Di era teknologi informasi dan komunikasi di antara ketiga guru itu sesungguhnya tidak bisa dikatakan yang satu lebih berpengaruh atau lebih tinggi kedudukannya dari yang lain karena peranan dan fungsinya yang saling komplementer. Bersinerginya tri guru merupakan faktor penting penentu peningkatan kualitas pendidikan. Guru wisesa/pemerintah memainkan peran penting dalam mengembangkan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, rencana, dan program kerja yang jelas bagi penyelenggaraan pendidikan di seluruh tanah air. Guru pangajian mendapat penghormatan karena guru pangajian adalah guru yang tidak hanya memberikan kesejahtraan jasmani, tetapi ia yang memberikan kebahagiaan rohani yang disebut Dharma, yaitu pendidikan suci berupa kebajikan dan kesucian peribadi (Oka Puniatmaja,1976).

 Menurut Titib istilah Guru pangajian adalah perubahan metathesis dari Guru Pangadhyayan atau Guru Adhyàya atau guru kerohanian. Sedangkan Guru rupaka meletakkan kehormatannya sebagai guru karena perannya didalam keluarga. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dalam pengenalan nilai-nilai dan usaha penanamannya sejak dini mendahului anak mulai bersekolah. Lingkungan keluarga merupakan lahan pertama tempat berseminya perilaku normatif. Karenanya lingkungan keluarga dibawah arahan guru rupaka harus menjadi andalan bagi pengakraban antara anak dengan nilai-nilai unggul/luhur sebagai acuan perilaku baik yang bersifat preservatif maupun progresif (Slamet PH, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhardana, K.M. 2010. Catur Guru Bhakti Bhakti Kepada Empat Guru Dilengkapi Sila Kramaning Aguron-guron dan Siwa Sarana. Surbaya: Paramita.

Japa, Bagus. 2007. Guru Tak Berbadan. Denpasar: PT. Empat Warna Komunikasi.

Wibawa, I Made Aripta. 2005. Siapakah Yang Disebut Guru? (Suatu Kajian Theoogis dan Sosiologis). Denpasar: PT. Empat Warna Komunikasi.

http://groups.yahoo.com/group/BeCeKa/join

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=142&Itemid=79


Page 2