Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah

Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah
Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah

Metode Dakwah Ideal Q.S An-Nahl 125

Beberapa tahun belakangan, wajah Islam sedikit tercoreng dengan adanya gerakan dakwah yang terkesan politis dan rasis serta ekslusif. Wacana sertifikasi ulama menjadi bukti bahwa aktivitas dakwah sedang tidak baik-baik saja. Sebab sudah banyak didapati pendakwah yang tidak kompeten serta tidak menerapkan metode dakwah ideal.

Al-Quran sebagai sumber ajaran umat Islam telah memberikan panduan mengenai metode dakwah ideal. Metode dakwah ideal itu didapati dalam Q.S. al-Nahl [16]: 125:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Ath-Thabari menjelaskan bahwa yang disebut dengan (بِالْحِكْمَةِ) dalam ayat di atas adalah perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk menyeru para umatnya  dengan menggunakan wahyu yang telah diturunkan kepada beliau. Sementara imam al-Maraghi memaknainya dengan perkataan yang bijaksana dan berisi kebenaran.

Baca Juga: Ibn Jarir At-Thabari: Sang Bapak Tafsir

Kalimat (الْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ) menurut Imam Nawawi al-Bantani merupakan metode dakwah yang lebih menekankan pada pengajaran, baik secara qouly (melalui penyampaian secara lisan), maupun fi’li (melalui contoh tindakan/ perilaku). Kata al-hasanah merupakan sifat dari kata mau’izah. Ini menunjukkan bahwa pengajaran yang disampaikan haruslah dengan baik. Kekerasan dan diskriminasi tentu tidak termasuk dalam kategori “hasanah”.

Metode mujadalah dalam penggalan ayat (وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ) dimaknai oleh Imam Nawawi al-Bantani kepada metode dakwah yang lebih bersifat adu argumen atau dialogis. Senada dengan itu, Ibn Katsir juga menguraikan bahwa kata (جَادِلْ) tidak semata-mata diartikan sebagaimana arti aslinya yakni perintah berdebat namun lebih erat dengan makna diskusi atau dialog kepada objek dakwah dengan perkataan dan argumen yang lebih baik (musyawarah).

Maka ada beberapa poin penting yang patut diulas dari ketiga metode ini. Pertama, dakwah diisi dengan kebenaran ajaran al-Qur’an dan dilandasi kebijaksanaan. Artinya dalam berdakwah, seorang da’i tidak boleh bersikap egois dan tidak adil dalam menyampaikan isi dakwahnya. Apalagi sampai mengklaim dirinya yang paling benar kemudian menyalahkan pendakwah yang lain.

Kedua, dakwah adalah bentuk pengajaran (tarbiyah) yang harus disampaikan dengan cara yang baik. Artinya tidak dibenarkan apabila dakwah dibawakan dengan cara-cara yang tidak baik/ beradab meskipun materinya baik. Maka akhlak menjadi salah satu aspek paling penting yang harus diperhatikan oleh seorang da’i.

Ketiga, dalam menghadapi rintangan dalam berdakwah hendaklah menyelesaikannya dengan jalan terbaik. Berdialog maupun bermusyawarah dengan adab yang baik merupakan salah satu cara mengatasi masalah yang dihadapi sekaligus menunjukkan jati diri Islam sebagai agama yang mengedepankan perdamaian.

Ulasan atas metode dakwah ideal dalam tafsir Q.S. al-Nahl [16]: 125 ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang kompleks. Agama yang tidak hanya mengatur urusan antara makhluk dan Tuhannya namun juga hubungan antara sesama makhluk. Wallahu a’lam

Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah

Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah
Lihat Foto

KOMPAS.Com

Karena cemas dengan berbagai isu sara, rasisme dan hoax menjelang Pilkada, Brigadir polisi, Muhlis berdakwah dari mesjid ke mesjid.

KOMPAS.com - Dakwah merupakan penyiaran agama dan pengembangan di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.

Dakwah merupakan pekerjaan yang sangat mulia bagi para rasul dan nabi Allah, sejak rasul pertama hingga rasul terakhir.

Selanjutnya para ulama dan salafus salih yang berdakwah atau menyebarkan agama.

Setiap muslim dan muslimah pada dasarnya mempunyai kewajiban untuk berdakwah.

Mengingat penting dan mulianya kegiatan dakwah. Sebagai langkah awal dakwah harus dilakukan dengan hikmah.

Mengapa dakwah harus dilakukan dengan hikmah?

Baca juga: Pengertian Iman Menurut Istilah

Dakwah dengan hikmah

Berdakwah harus dilakukan dengan hikmah dan bijaksana.

Dalam firman Allah SWT dalam Surah An Nahl ayat 125 yang artinya:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

Dalam buku Etika Muslim karya Ichwan Fauzi, dalam Surah An Nahl ayat 125 dakwah itu salah satunya harus dilakukan dengan hikmah.

Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at cp.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah

This is a List of Available Answers Options :

  1. amar ma`ruf
  2. nahi munkar
  3. amar ma`euf nahi munkar
  4. jalan Tuhan


Click to See Answer

Dhafi Quiz Is an online learning educational site to provide assistance and insight to students who are in the learning stage. they will be able to easily find answers to questions at school.We strive to publish Encyclopedia quizzes that are useful for students. All facilities here are 100% Free. Hopefully, Our site can be very useful for you. Thank you for visiting.

Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah
Yang dimaksud materi dakwah menurut surah an-nahl ayat 125 ialah

Surat An Nahl ayat 125 adalah ayat tentang metode dakwah. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan An Nahl ayat 125.

An Nahl merupakan surat ke-16 dalam Al Qur’an dan termasuk Makkiyah. Tema utama surat An Nahl adalah penetapan uluhiyah dan rububiyah Alllah dengan melimpahkan berbagai nikmat kepada makhluk-Nya. Salah satu nikmat itu adalah An Nahl yang menjadi nama surat ini. An Nahl yang artinya lebah adalah binatang menakjubkan yang mengeluarkan banyak nikmat terutama madu.

Nikmat terbesar adalah nikmat iman. Maka kesyukuran terbesar seharusnya adalah mensyukuri iman. Di antara cara mensyukurinya adalah dengan berdakwah menyampaikan risalah iman kepada sesama manusia. Bagaimana caranya? Surat An Nahl ayat 125 menjelaskannya.

Surat An Nahl Ayat 125 Beserta Artinya

Berikut ini Surat An Nahl Ayat 125 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia:

اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

(Ud’u ilaa sabiili robbika bil hikmati wal mau’idhotil hasanati wajaadilhum bil latii hisa ahsan, inna robbaka huwa a’lamu biman dlolla ‘an sabiilihi wahuwa a’lamu bil muhtadiin)

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Baca juga: Ayat Kursi

Tafsir Surat An Nahl Ayat 125

Tafsir Surat An Nahl ayat 125 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami.

Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dari redaksi ayat dan artinya. Setelah itu baru tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.

1. Kewajiban dan Metode Dakwah

Poin pertama dari Surat An Nahl ayat 125 adalah kewajiban berdakwah.

اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyeru manusia kepada-Nya dengan cara yang bijaksana. Yakni dengan hikmah dan mauidhah hasanah (nasehat yang baik). Jika diperlukan, barulah jidal (membantah atau mendebat) dengan cara yang baik.

Hikmah, mauidhah hasanah dan jidal ini adalah metode dakwah yang Allah ajarkan. Penyebutannya secara berurutan menunjukkan prioritas dalam menggunakan metode dakwah ini.

Dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa sabiili rabbik dalam ayat ini sama dengan sabilillah, shiratal mustaqim dan ad diinul haq. Agama yang benar, yakni Islam.

Meskipun khitab ayat ini ditujukan kepada Rasulullah, ia juga berlaku untuk umatnya. Dakwah menyeru manusia kepada Allah adalah kewajiban setiap muslim dan metode dakwah ini juga harus diamalkan kaum muslimin.

Buya Hamka menjelaskan, hikmah adalah kebijaksanaan. Yakni cara yang bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih guna menarik hati orang kepada agama Allah. Hikmah itu bukan sekedar kata-kata melainkan juga sikap hidup dan perbuatan. Bahkan sikap hidup dan perbuatan bisa lebih berhikmah daripada kata-kata.

Mauidhatul hasanah adalah pengajaran yang baik, pesan-pesan yang baik sebagai nasehat. Pengajaran yang baik ini, menurut Buya Hamka, akan lebih berpengaruh kepada anak-anak yang dalam diri mereka belum terisi oleh ajaran lainnya.

Jidal adalah debat. Metode ini hanya ditempuh jika diperlukan. Ketika dakwah dibantah, disanggah atau ditantang untuk beradu argumentasi maka hendaklah perdebatan dilakukan dengan cara yang lebih baik.

“Yakni lemah lembut, tutur kata yang baik serta cara yang bijak,” terang Ibnu Katsir. Sebagaimana firman-Nya:

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ

Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka… (QS. Al Ankabut: 46)

Baca juga: Surat An Nahl Ayat 114

2. Tugas Kita Berdakwah, Allah Yang Memberi Hidayah

Poin kedua dari Surat An Nahl ayat 125 mengisyaratkan bahwa kewajiban kita adalah berdakwah, bukan memberi hidayah. Hanya Allah Yang Kuasa memberikan hidayah.

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Allah Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang tersesat dan siapa yang mendapat petunjuk. Allah Maha Mengetahui siapa yang mau menentang dakwah dan siapa yang mau menerimanya. Sedangkan kewajiban Nabi dan kaum muslimin hanyalah berdakwah.

“Allah-lah yang lebih mengetahui siapa saja yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. “Sebenarnya debat tidak terlalu dibutuhkan selain untuk menjelaskan. Setelah itu urusannya ada di tangan Allah.”

“Maka serulah mereka untuk menyembah Allah dan jangan kamu merasa kecewa atau bersedih hati terhadap orang-orang yang sesat di antara mereka,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya. “Karena sesungguhnya bukan tugasmu memberi mereka petunjuk. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan dan Kamilah yang akan menghisab.”

Perihalnya sama dengan firman Allah lainnya:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qashash: 56)

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.  (QS. Al Baqarah: 272)

Baca juga: Isi Kandungan Surat An Nahl Ayat 125

Kandungan Surat An Nahl Ayat 125

Berikut ini adalah isi kandungan Surat An Nahl ayat 125:

1. Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah menyeru manusia kepada agama-Nya. Kewajiban berdakwah ini juga berlaku bagi umat Islam.

2. Ayat ini menjelaskan tiga metode dakwah yakni hikmah, mauidhah hasanah (pengajaran yang baik) dan jidal (debat) dengan cara baik.

3. Allah hanya mewajibkan dakwah, sedangkan apakah seseorang mendapat hidayah atau tidak adalah urusan Allah. Bukan kewajiban seorang dai.

4. Allah Maha Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk. Dia Maha Mengetahui siapa yang mau menolak dakwah dan siapa yang mau menerimanya.

5. Ayat ini menenangkan Rasulullah dan para dai agar tidak sedih dan kecewa jika ada orang yang menolak dakwah.

Demikian Surat An Nahl ayat 125 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan membuat kita semangat berdakwah dengan metode dakwah yang benar. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]