Sebutkan beberapa bangunan Keraton atau Istana kerajaan Islam yang hingga kini masih berdiri

Merdeka.com - Sumatra Utara tak hanya menyimpan ragam pesona adat dan budaya yang kental dengan Suku Batak. Provinsi ini ternyata juga memiliki sejarah panjang tentang perkembangan Islam di Tanah Air.

Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan yang bercorak kerajaan islam atau kesultanan. Salah satu peninggalan Islam yang paling tersohor di provinsi ini adalah Istana Maimun. Istana ini tak hanya menjadi bukti sejarah perkembangan Islam di Tanah Batak, namun bangunan yang berada di tengah Kota Medan ini juga menjadi ikon kebanggaan masyarakat di sana.

Tak hanya Istana Maimun, Sumatra Utara memiliki peninggalan kerajaan atau kesultanan Islam berupa istana lain yang tersebar di beberapa daerah. Berikut beberapa istana yang bernuansa Islam yang masih berdiri kokoh di Sumatra Utara.

2 dari 6 halaman

Sebutkan beberapa bangunan Keraton atau Istana kerajaan Islam yang hingga kini masih berdiri
Sumber: disporaparbud.serdangbedagaikab.go.id ©2020 Merdeka.com

Dilansir dari correcto.id, Istana Darul Arif berdiri pada 29 Juli 1889, yang didirikan oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah yang merupakan raja kelima dari silsilah Kesultanan Serdang dalam Keraton Kota Galuh.

Istana Darul Arif ini bisa dibilang memiliki bangunan yang sederhana jika dibandingkan dengan istana lainnya. Bahan utama untuk membangun istana ini adalah kayu dan batu bata. Istana yang dibangun menyerupai rumah panggung ini memiliki tiga lantai.

3 dari 6 halaman

Sebutkan beberapa bangunan Keraton atau Istana kerajaan Islam yang hingga kini masih berdiri
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id ©2020 Merdeka.com

Istana Niat Lima Laras berusia di atas 100 tahun, yang merupakan sebuah situs peninggalan sejarah masyarakat Melayu pesisir. Istana Niat Lima Laras ini berada di Dusun I, Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.

Istana ini dibangun pada tahun 1907 dan selesai tahun 1912. Dibangun saat pemerintahan Datuk Muhammad Yoeda, yang bertahta pada tahun 1883 hingga 1919. Pembangunan istana ini menghabiskan biaya 150.000 Golden dan dikerjakan oleh tenaga ahli dari Cina.

4 dari 6 halaman

Sebutkan beberapa bangunan Keraton atau Istana kerajaan Islam yang hingga kini masih berdiri
Sumber: gpswisataindonesia.info ©2020 Merdeka.com

Tanjung Balai merupakan bagian dari Kabupaten Asahan, Sumatra Utara. Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang ada di Sumatra Utara. Raja pertama dari kerajaan ini ini adalah Sultan Abdul Jalil yang diangkat pada tahun 1630.Dulunya Istana Indra Sakti ini terletak dekat dengan lapangan pasir tempat pusat Kota Asahan. Namun, sekarang istana ini di pindahkan ke ujung Tanjung Balai.

Kini, bangunan bersejarah ini sudah sangat jarang dikunjungi dan digunakan oleh masyarakat Tanjung Balai. Hanya pada acara-acara tertentu saja bangunan ini dipakai, itu pun yang memakainya hanya dari keturunan Sultan.

5 dari 6 halaman

Sebutkan beberapa bangunan Keraton atau Istana kerajaan Islam yang hingga kini masih berdiri
Sumber: pariwisatasumut.net ©2020 Merdeka.com

Dilansir dari pariwisatasumut.net, Istana Tunggang Bosar didirikan oleh Sultan Baharuddin Harahap, yang merupakan keturunan marga Harahap dan berasal dari silsilah keluarga Ompu Toga Langit, yang dulunya seorang raja di Tanah Angkola.Istana ini dibangun pada tahun 2007, setelah pertemuan besar seluruh raja di Tapanuli Selatan. Dari pertemuan tersebut, diputuskan untuk membangun kesultanan baru di Sumatra Utara bernama Kesultanan Dhasa Nawalu dengan raja pertama Daulat Tuanku Sultan Haji Baharuddin Harahap.

Bangunan istana ini memiliki dua lantai dengan arsitektur bercorak Angkola dan Melayu. Desainnya mirip seperti rumah adat Bagas Gondang. Secara keseluruhan, istana ini didominasi dengan warna hijau tua yang memadukan desain lokal dan gaya modern.

6 dari 6 halaman

Sebutkan beberapa bangunan Keraton atau Istana kerajaan Islam yang hingga kini masih berdiri
Sumber: indonesia.go.id ©2020 Merdeka.com

Istana Maimun dibangun pada tanggal 28 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana ini didirikan oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang merupakan pendiri Kota Medan pada saat itu.Kemudian, sejak tahun 1946, istana ini ditempati oleh para ahli waris keturunan Kesultanan Deli Serdang. Pada waktu-waktu tertentu, istana ini sering kali digunakan sebagai tempat pertunjukkan musik tradisional Melayu.

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Istana Maimun ini dibangun selama 3 tahun dengan dana sebesar 1 juta Golden dengan kurs mata uang Belanda. Bangunan istana yang kini menjadi cagar budaya ini memiliki gaya dan karakter tradisional khas Indonesia bersentuhan Melayu, dengan warna kuning keemasan yang identik dengan etnis Melayu.

Penyebaran agama Islam di Nusantara sudah dilakukan sebelum Indonesia merdeka. Hampir di seluruh penjuru negeri mendapatkan pengaruh Islam. Persebaran Islam ditandai dengan adanya kerajaan Islam di Indonesia.

Kerajaan Islam di Indonesia

Mengutip dari “Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia”, berikut ini beberapa kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia.

Kerajaan Islam di Indonesia adalah Samudera Pasai. Letaknya di Pantai Utara Aceh tepatnya di muara Sungai Psangan (Pasai) yang di dua kota bernama Samudera (jauh dar laut) dan Pasai (kota pesisir pantai).

Bukti sejarah dari kerajaan ini terlihat pada tulisan di nisan makan Sultan Malik As-Saleh, berita dari Marcopolo dan Ibnu Batutah, serta kronika raja Pasai. Kerajaan ini dibangun oleh Marah Silu yang berhasil menyatukan Samudra dan Pasai.

Raja pertama Samudera Pasai yaitu Setelah Marah Silu yang memeluk Islam dan  mendapatkan gelar Sultan Malik As-Saleh.

Letak kerajaan ini sangat strategis, sehingga menjadi pusat perdagangan dan pusat belajar Islam pada waktu itu. Banyak pedangan dari Benggala, Gujarat, Arab, dan Cina yang datang untuk bertransaksi jual beli di tempat tersebut.

Advertising

Advertising

Sayangnya kerajaan ini mengalami kemunduran saat mendapat serangan Majapahit yang ingin menyatukan Nusantara. Lalu adanya perpindahan pusat perdagangan ke Pulau Bintan dan Aceh Utara. Akhirnya Samudera Pasai benar-benar runtuh setelah ditaklukan oleh Kesultanan Aceh.

Baca Juga

Kerajaan ini terletak di Semenanjung Malaya dengan ibu kota Malaka. Raja pertama Kerajaan Malaka yaitu Iskandar Syah Masa keemasan kerajaan Islam ini yaitu pada era Sultan Mansyur Syah. Saat itu, Malaka berhasil menjadi pusat perdagangan sekaligus penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Kerajaan Malaka mulai melemah pada masa Sultan Muhammad Syah. Dan runtuh saat Portugis berhasil menguasai Malaka di tahun 1511.

3. Kerajaan Aceh

Secara geografis kerajaan Aceh ada di Sumatera bagian Utara dengan dengan jalur pelayaran dan perdagangan internasional. Letaknya yang strategis membuat Kerajaan ini berkembang cukup pesat.

Sultan pertama kerajaan ini yaitu Sultan Ali Mughayat Syah dan mengalami masa kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda. Di masa kejayaannya, Aceh berkembang sebagai penghasil lada. Dari sinilah banyak negara yang melakukan perdagangan di Aceh.

Kerajaan Aceh mengalami kemunduran pada masa Sultan Iskandar Thani yang menggantikan Sultan Iskandar Muda. Beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan ini mengalami kemunduran antara lain:

  • Kalah melawan Portugis di Malaka.
  • Tidak ada tokoh cakap setelah Sultan Iskandar Muda wafat.
  • Daerah taklukan seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak. mulai melepasakan diri.

4. Kerajaan Demak

Kerajaan Islam di Jawa yang pertama adalah Kerajaan Demak. Raja pertama Demak yaitu Raden Patah yang merupakan keturunan Raja Brawijaya V (raja Majapahit) dan ibunya penganut Islam dari Jeumpa.

Kerajaan ini mengalami masa kejayaan pada saat dipimpin Sultan Trenggono. Daerah kekuasaannya bahkan sampai ke Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.

Kehidupan sosial masyarakat Demak diatur sesuai dengan ajaran Islam. Namun masih ada juga masyarakat yang melakukan tradisi lama. Dari segi ekonomi, Demak berkembang di sekor perdagangan dan pertanian. Kerajaan Demak mengalami kemunduran pada masa Sultan Prawoto karena terjadinya perebutan kekuasaan.

Baca Juga

Mataram Islam berada di Kotagede atau yang saat ini Yogyakarta. Raja pertama dan pendiri kerajaan bernama Sutawijaya. Masa kejayaan Mataram Islam yaitu pada masa Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung Hanyokrokusumo. Beberapa prestasi yang ditorehkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo antara lain:

  • Mampu mempertahankan kekuasaan dari pengaruh Belanda.
  • Mampu mendundukan bupati yang tidak mengakui kekuasaan pusat Mataram.
  • Menyusun kitab undang-undang Surya Alam.
  • Mengirim armada serta pasukan untuk menyerang Batavia yang pada saat itu dikuasai VOC.

Sepeninggalan Sultan Agung, Mataram Islam kemudian dipimpin oleh Amangkurat I dan dilanjutkan oleh Amangkurat II.

Setelah Sultan Amangkurat II meninggal, Mataram Islam terbagi menjadi dua berdasarkan perjanjian Giyanti. Mataram kemudian dibagi menjadi Kasultanan Jogjakarta yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Daerah Kasuhunan Surakarta yang dipimpin Susuhunan Pakubuwono I.

6. Kerajaan Islam Cirebon

Berdirinya kesultanan Cirebon bermula dari Pangeran Cakrabuana yang merupakan anak Prabu Siliwangi dan Subanglarang. Pangeran Cakrabuana beragama Islam seperti ibunya sehingga tidak bisa meneruskan tahta Kerajaan Pajajaran.

Pangeran Cakrabuana kemudian mendalami Islam dan mendirikan pemerintahan di Cirebon pada 1430 masehi. Setelah itu pemerintahan kerajaan Cirebon diberikan kepada Sunan Gunung Jati yang merupakan keponakan sekaligus menantu Pangeran Cakrabuana.

Baca Juga

Mengutip dari Patanjala Vol. 4, No. 1, pada masa pemerintahan Sunang Gunung Jati, Cirebon berkembang pesat di segala bidang seperti keagamaan, politik, dan perdagangan. Namun sayangnya, masa kejayaan tersebut tidak bertahan lama.

Setelah Sunan Gunung Jati meninggal, pengaruh bangsa asing terutama Belanda membuat kerajaan ini runtuh. Hal tersebut terjadi karena ada penandatangan perjanjian antara penguasa Cirebon dengan Belanda pada tahun 1681.

Perjanjian tersebut lebih menguntungkan Belanda. Hingga akhirnya Belanda secara resmi menghapus Kesultanan Cirebon.

7. Kerajaan Banten

Kerajaan Islam di Indonesia ini terletak di Jawa Barat bagian utara. Sejarah kerajaan ini bermula saat Fatahilah berhasil merebut Sunda Kelapa pada tahun 1527.

Raja Banten yang pertama sekaligus peletak dasar kerjaan yaitu Hasanuddin, putra Fatahilah. Raja selanjutnya setelah Hasanuddin yaitu Maulana Muhamad.

Setelah itu, Banten dipimpin oleh Abu Mufakir. Namun berita kepemimpinan Abu Mufakir tidak banyak diketahui. Sebab pada saat itu Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman mendarat di Banten. Kedatangan Belanda menjadi berita yang menggemparkan.

Kerajaan Belanda mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng juga memiliki sikap tegas dan berani terhadap Belanda yang saat ini tengah menduduki Batavia.

Sikap tegas tersebut tidak dimiliki putranya yang bernama Sultan Haji. Putra Sultan Ageng tersebut cenderung kompromi dengan VOC. Akibatnya terjadi perang antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. VOC ikut campur tangan dengan membantu Sultan Haji. Peristiwa kemenangan Sultan Haji menjadi petanda runtuhnya Banten.

Baca Juga

Gowa dan Tallo merupakan dua kerajaan Islam di Sulawesi tepatnya di Sulawesi Selatan. Kedunya saling berhubungan baik. Kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Makasar. Raja yang pernah memimpin Gowa dan Tallo yaitu Sultan Aludin, Sultan Hasanuddin, dan Raja Mapasoma.

Kehidupan masyarakat di kerjaan ini bertumpu pada sektor kelautan. Hingga akhirnya Makasar berkembang menjadi pelabuhan internasional yang banyak dikunjungi pedagang asing. Beberapa peninggalan kerajaan Islam di Indonesia ini antara lain alat penangkap ikan, kapal pinisi dan Kitab Lontar.

9. Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Islam di Indonesia selanjutnya yaitu Ternate dan Tidore. Berbeda dengan Gowa Tallo yang saling berhubungan baik, Ternate dan Tidore justru sering mengalami pertikaian. Hal tersebut dikarenakan keduanya saling berkompetisi untuk menjadi nomor satu di daerah Maluku

Perselisihan antar keduanya bahkan sampai melibatkan bangsa Eropa. Kerajaan Tenate dibantu oleh Portugis. Sedangkan Tidore dibantu Spanyol. Karena melibatkan Protugis dan Spanyol, akhirnya Paus turun tangan dengan membuat Perjanjian Saragosa.

Isi perjanjian tersebut yaitu Spanyol harus meninggalkan Maluku dan Portugis tetap tinggal di Maluku. Dari perjanjian tersebut menandakan kemenangan Ternate atas Tidore.

Setelah itu kerajaan Ternate berkembang pesat dengan beberapa raja yang pernah memimpin anatar  lain:

  • Sultan Zainal Abidin
  • Sultan Tabariji
  • Sultan Hairun
  • Sultan Baabullah

Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia

Runtuhnya kerajaan Islam di Nusantara tidak berarti ceritanya hilang begitu saja. Pasalnya beberapa bukti peninggalan kerajaan Islam di Indonesia masih bisa dilihat hingga saat ini.

Mengutip dari “Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia”, berikut ini beberapa peninggalan kerajaan Islam yang pernah berdiri di tanah air.

1. Masjid

Saat ini mungkin kita hanya menjadikan masjid sebagai tempat ibadah. Namun dahulu, bangunan ini digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Masjid-masjid peninggalan kerajaan Islam biasanya memiliki ciri khas tersendiri, seperti;

  • Atap bertingkat dan berbentuk bujur sangkar.
  • Memiliki serambi.
  • Terdapat kolam di depan atau samping masjid.
  • Memiliki menara.
  • Biasanya terletak di kota menghadap alun-alun.

Contoh masih peninggalan kerajaan Islam yang masih bisa ditemui hingga saat ini yaitu Masjid Demak.

Baca Juga

Keraton merupakan simbol pusat kekuasaan. Ciri khas dari keraton, antara lain;

  • Bangunan keraton dikelilingi oleh pagar tembok, parit, dan sungai.
  • Halaman keraton terdiri atas bagian belakang, tengah, dan depan.

Beberapa keraton peninggalan kerajaan Islam di Indonesia antara lain Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Mangkunegara, dan lain sebagainya.

3. Makam

Makan peninggalan masa kerajaan Islam biasanya memiliki ciri antara lain; memiliki jirat atau kijing, nisan, dan cungkup. Contoh makam yang bercorak Islam yaitu makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, makam Sultan Malik As-Saleh di Aceh, makam Fatimah binti Maimun di Gresik, dan lain sebagainya.

4. Seni rupa

Seni rupa dalam bentuk kaligrafi dan ukuiran menjadi contoh peninggalan kerajaan Islam selanjutnya. Kaligrafi merupakan sebuah seni menulis indah yang merangkai huruf Arab, biasanya berupa ayat Al-Qur’an atau kata mutiara.

5. Seni sastra

Beberapa seni sastra yang memiliki corak Islam, antara lain:

  • Hikayat: karya sastra yang berisi cerita kehidupan manusia. Contohnya Hikayat Sultan-sultan Aceh.
  • Babad: karya sastra berisi cerita dengan latar belakang sejarah. Contohnya Babad Cirebon.
  • Suluk: kitab berisi masalah gaib, ramalan hari baik-buruk, dan makna atau simbol tertentu yang dijumpai manusia. Contohnya Suluk Wijil.
  • Syair: puisi lama yang setiap baitnya memiliki empat baris dengan akhiran bunyi yang sama. Contohnya Syair Perahu.
  • Seni pertunjukan: bentuk pertunjukan peninggalan Islam seperti permainan debus di Banten, Tari Seudati di Aceh, rebana, dan kasidah.

6. Upacara dan Tradisi

Beberapa upacara dan tradisi yang masih dilestarikan umat Islam hingga saat ini antara lain, sekaten, nisfu syaban, acara grebek mulud, dan lain sebagainya.