Pernyataan dibawah ini yang tidak termasuk faktor penyebab konflik di Indonesia adalah

Pernyataan dibawah ini yang tidak termasuk faktor penyebab konflik di Indonesia adalah

RG Squad, apakah di lingkungan kalian masih sering terjadi tawuran antarwarga? Sangat mengerikan ya? Kalian pasti sudah tahu kalau tawuran itu salah satu bentuk konflik sosial yang ada di masyarakat. Tapi, kalian tahu gak apa aja penyebab konflik sosial tersebut terjadi? Konflik sosial yang ada di masyarakat tidak terjadi begitu saja. Ada satu atau lebih pemicu dalam masyarakat tersebut yang menyebabkan antar individu atau kelompok bisa terlibat perselisihan dan konflik. 

Nah, RG Squad, berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat:

  • Perbedaan Antarindividu
  • Perbedaan Antarkebudayaan:
  • Perbedaan Kepentingan:
  • Perbedaan Etnis:
  • Perbedaan Ras:
  • Perbedaan Agama:

Ego masing-masing individu yang tidak dikendalikan secara tepat dapat menimbulkan konflik dengan individu lainnya, seperti pertengkaran antar siswa di sekolah, misalnya.

Karakter seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sedangkan tidak semua masyarakat memiliki kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Perbedaan kebiasaan, nilai dan norma sosial yang dianut oleh masing-masing orang atau kelompok dapat menjadi pemicu konflik jika seluruh pihak tidak mencoba mengerti nilai dan norma satu sama lain.

Tingkat kebutuhan hidup yang berbeda-beda seringkali menyebabkan adanya perbedaan kepentingan antar individu dan kelompok. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Contoh konflik yang biasanya disebabkan oleh perbedaan kepentingan adalah pengurangan pegawai di suatu perusahaan untuk efisiensi operasionalisasi biaya produksi. Pegawai merasa masih membutuhkan gaji tetap, sedangkan pemilik perusahaan perlu menghemat biaya produksi untuk memaksimalkan keuntungan.

Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi pergesekan sistem nilai dan norma sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya. Adanya fenomena primordialisme dan etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnis, maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang memicu terjadinya konflik sosial. Sebagai contoh, dalam perekrutan pegawai, masing-masing pemerintah daerah akan memprioritaskan etnisnya sendiri, padahal di daerah tersebut masih ada etnis lain.

Konflik rasial didasari oleh paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia, konflik ras terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang menjadi minoritas, tetapi memiliki kekuatan ekonomi yang jauh lebih besar daripada ras mayoritas.

Baca Juga: Dampak Konflik Sosial di Masyarakat

Agama sebenarnya bukan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial. Dalam banyak kasus yang sering terjadi, konflik agama adalah dampak negatif dari rentetan konflik yang terjadi sebelumnya. Contohnya bisa dilihat dari kasus mantan gubernur DKI Jakarta yang dijadikan tersangka penistaan agama beberapa waktu yang lalu.

Pernyataan dibawah ini yang tidak termasuk faktor penyebab konflik di Indonesia adalah

Itulah RG Squad beberapa faktor penyebab konflik sosial yang ada di masyarakat. Memang akhir-akhir ini sering kali kita sama-sama lihat masih ada saja konflik sosial di sekitar kita. Nah, tugas kalian sebagai pemuda Indonesia harus menjadi contoh yang baik dalam menangani konflik sosial. Dimulai dari yang paling sederhana yuk, seperti meningkatkan toleransi dan tenggang rasa kepada teman-teman kalian sendiri.

Mau belajar ditemani dengan tutor yang andal? Atau menonton video animasi sesuai pelajaran sekolahmu? Semua bisa kamu dapatkan dengan bergabung di ruangbelajar. Yuk, daftar sekarang!

 

Pernyataan dibawah ini yang tidak termasuk faktor penyebab konflik di Indonesia adalah

Referensi:

Wrahatnala, Bondet.  2009. Sosiologi 2: Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Artikel diperbarui pada 24 November 2020.

“Tak ada asap jika tidak ada api”, begitulah kira-kira perumpamaan terjadinya konflik di masyarakat. Dimana, pasti ada penyebab yang membuat suatu ras, golongan, agama, dan suku dapat terlibat dalam pertentangan. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang majemuk dan rentan terhadap adanya konflik, sehingga memerlukan suatu keharmonisan guna menjaga keamanan dan ketentraman.

Konflik sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “configure” yang memiliki arti saling memukul. Secara sosiologis, konflik berarti sebagai sebuah proses sosial yang terjadi diantara dua orang atau bahkan lebih (bisa juga dalam bentuk kelompok). Pada umumnya, konflik dikenal sebagai suatu bentuk pertentangan atau perbedaan ide, pendapat, faham, atau juga kepentingan yang terjadi diantara dua pihak atau lebih.

Ahli sosiologi di Indonesia, yaitu Soerjono Soekanto menyimpulkan bahwa ada empat (4) faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat. Keempat faktor itu adalah perbedaan antar kebudayaan, perbedaan antar perorangan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial yang cepat.

Perbedaan Antar Perorangan (individu)

Dalam bermasyarakat, individu satu dengan yang lainnya tidak selalu sependapat mengenai pandangan tertentu. Tentunya hal ini disebabkan setiap individu mempunyai sifat dan karakter berbeda-beda, sehingga perbedaan inilah yang menjadi faktor terjadinya konflik di masyarakat.

(Baca juga: Apa Saja Akibat yang Ditimbulkan dari Konflik di Masyarakat?)

Perbedaan Kebudayaan

Indonesia memiliki perbedaan budaya yang beragam. Perbedaan ini dapat mendorong terjadinya konflik. Hal ini disebabkan perbedaan pola pikir, watak, tabiat, dan tingkah laku dari masing-masing kebudayaan berbeda. Selain itu, konflik yang diawali dari kebudayaan umumnya dikarenakan tidak ada rasa saling menghormati satu sama lain.

Perbedaan Kepentingan

Kepentingan dapat berarti luas. Perbedaan kepentingan dapat mencakup dari sisi politik, sosial budaya, ekonomi, keamanan, sumber daya, dan lainnya. Kenapa bisa terjadi? Pasalnya setiap orang memiliki maksud, tujuan dan kepentingan tertentu dalam suatu hal. Selain itu, konflik juga dipicu rasa saling tidak mau mengalah satu sama lain. Inilah penyebab terjadinya konflik di masyarakat.

Terjadinya Perubahan Sosial Yang Cepat

Kehidupan sosial di masyarakat merupakan hal yang dinamis, artinya selalu mengalami pembaharuan dan perubahan. kedinamisan yang terlalu cepat dapat memicu terjadinya disorganisasi serta ketidaksiapan masyarakat dalam menerimanya. Hal ini akan memantik konflik sosial dilingkungan masyarakat.

Pernyataan dibawah ini yang tidak termasuk faktor penyebab konflik di Indonesia adalah
Ilustrasi Konflik Israel Palestina. ©2014 Merdeka.com

JATIM | 4 Oktober 2020 19:31 {news_reporter_link} {news_ext_reporter}

Merdeka.com - Konflik adalah sebuah gejala sosial yang akan selalu hadir dalam kehidupan bermasyarakat. Konflik bersifat inheren, yang artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, di mana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung.

Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.

Pada umumnya istilah konflik sosial mengandung suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas sampai pada pertentangan dan peperangan internasional, mengutip Elly M. Setiadi dan Usman Kolip dalam Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.

Sementara, Coser mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian serta penyebab konflik sosial:

2 dari 5 halaman

Konflik merupakan perbedaan atau pertentangan antar individu atau kelompok sosial yang terjadi karena perbedaan kepentingan, serta adanya usaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan. Menurut Soerjono Soekanto dalam Sosiologi; Suatu Pengantar (2006). Adapun definisi konflik menurut beberapa ahli yaitu:

  1. Menurut Webster istilah conflict dalam bahasa latinnya berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antar beberapa pihak (Pruit dan Rubin, 2009: 9).
  2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun Poerwadarminta, konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak berseberangan (dalam Novri Susan, 2009:4).
  3. Pruitt dan Rubin mendefinisikan konflik sebagai sebuah persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan beranggapan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat menemui titik temu yang sepaham (Pruitt dan Rubin, 2009:9). Kepentingan yang dimaksud adalah perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya diinginkannya, dimana perasaan tersebut cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang yang membentuk inti dari banyak sikap, tujuan dan niatnya.

Dari beberapa pengertian konflik di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu keadaan dari akibat adanya pertentangan antara kehendak, nilai atau tujuan yang ingin dicapai yang menyebabkan suatu kondisi tidak nyaman baik didalam diri individu maupun antar kelompok.

3 dari 5 halaman

Faktor penyebab konflik atau akar-akar pertentangan suatu konflik (Soerjono Soekanto, 2006: 91-92), antara lain:

  1. Perbedaan antara individu-individu. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka, terutama perbedaan pendirian dan perasasaan. Sehingga, hal ini lantas menjadi faktor penyebab konflik yang signifikan.
  2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian, yang sedikit banyak akan mempengaruhi kepribadian seseorang dalam kebudayaan tersebut.
  3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan baik kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya.
  4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang dapat menyebabkan munculnya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya.

4 dari 5 halaman

Ada beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh adanya pertentangan atau konflik (Soerjono Soekanto, 2006: 95-96), yakni:

  1. Bertambahnya solidaritas in-group Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas dalam kelompok tersebut akan bertambah erat.
  2. Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok Pecahnya persatuan dalam kelompok apabila pertentangan dalam satu kelompok itu terjadi.
  3. Perubahan kepribadian para individu.
  4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
  5. Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.

5 dari 5 halaman

Terdapat beberapa cara untuk menyelesaikan konflik (Soerjono Soekanto, 1990: 77-78), yaitu:

1. Coercion (Paksaan)

Penyelesaiannya dengan cara memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah. Coercion merupakan suatu cara dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak harus mengalah dan menyerah secara terpaksa.

2. Compromise (Kompromi)

Suatu cara dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

3. Arbitration (Arbitrasi)

Merupakan suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan diantara kedua belah pihak. Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.

4. Mediation (Penengahan)

Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu.

5. Conciliation (Konsiliasi)

Merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

Konsep sentral dari teori konflik adalah wewenang dan posisi yang keduanya merupakan fakta sosial. Distribusi wewenang dan kekuasaan secara tidak merata menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematik, karena dalam masyarakat selalu terdapat golongan yang saling bertentangan yaitu penguasa dan yang dikuasai (Soetomo, 1995: 33).

Teori konflik melihat apapun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat merupakan pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada di atas dan menekankan peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008 : 153).

(mdk/edl)