Perbuatan manusia banyak yang melampaui batas hal itu dapat dicegah jika manusia merasa

Hidup di dunia ini diyakini tidak lama, yaitu tidak sampai seratus tahun. Seseorang yang berumur 70 atau lama-lamanya 80 tahun sudah kelihatan tua. Bahkan Nabi Muhammad sendiri, usianya hanya 63 tahun. Itulah sebabnya, orang yang berumur lebih dari umur Nabi Muhammad disebutnya sebagai telah mendapatkan tambahan atau perpanjangan.

Memang terasa sekali, waktu itu berjalan amat cepat. Terasa belum lama, seseorang ternyata sudah disebut sebagai orang tua. Orang dimaksud telah berkeluarga, memiliki anak, dan kemudian bercucu. Bagi yang bekerja, belum merasakan bosan atas pekerjaannya itu, ternyata hari pensiun sudah datang. Bersamaan dengan datangnya status pensiunan, ada saja di antara mereka yang justru menjadi tidak sehat, wajahnya tampak semakin tua.

Namun demikian, tidak semua orang mampu menyadari bahwa usia itu sedemikian pendek. Disebutkan dalam ajaran Islam bahwa, hidup di dunia ini adalah sekedar permainan dan waktunya tidak terlalu lama. Manusia adalah berasal dari Tuhan dan pada waktunya akan kembali kepada-Nya. Seharusnya, bagaikan para musafir, mereka datang dalam keadaan baik, maka kelak kembali pula dalam keadaan baik dan selamat.

Oleh karena manusia selalu bersifat sombong, angkuh, berlebih-lebihan atau melampaui batas, dan sejenisnya, maka mereka disadarkan dengan diturunkannya utusan Allah beserta kitab suci-Nya, al Qur'an. Semua hal terkait dengan kehidupan di dunia ini diterangkan, namun oleh karena sifatnya yang buruk tersebut, maka tidak semua mampu menyadarinya.

Diterangkan di dalam kitab suci bahwa hidup di dunia bukan final, melainkan masih ada kelanjutan, yakni di akherat. Siapa saja yang di dalam menjalankan kehidupan di dunia berhasil bermain dengan baik, maka akan diberikan balasan oleh Allah kehidupan yang mulia dan membahagiaan. Kehidupan yang demikian itu disebut surga. Iistilah surga sudah sedemikian populer di tengah kehidupan, hingga orang yang tidak peduli pada agama sekalipun, kata surga dikenalnya.

Sebaliknya, orang yang ketika menjalani hidup di dunia tidak mampu bermain secara baik, maka akan mendapatkan balasan, yaitu neraka. Di dalam al Qur'an dan hadits nabi digambarkan tentang betapa berat siksa di neraka itu. Disebutkan bahwa, hingga bertahun-tahun bagi siapa saja yang melakukan perbuatan dosa, maka harus menjalani siksaan. Memikirkan hal itu, bagi orang yang beriman, akan merasakan ketakutan yang luar biasa. Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman, ancaman itu dianggap biasa. Manusia memang bodoh dan melampaui batas.

Perbuatan seseorang yang disebut salah atau dosa dan kemudian diancam hukuman neraka ada beberapa yang jelas dan bisa dilihat, misalnya berzina, membunuh sesama, mengambil hak orang lain, mengaku bertuhan selain Allah, dan banyak lagi yang semua itu disebutkan di dalam al Qur'an maupun hadits nabi. Akan tetapi selain itu, ada juga yang merupakan perbuatan hati yang bisa jadi tidak terasa bahwa hal itu adalah salah atau dosa dan neraka ancamannya.

Perbuatan hati yang sebenarnya sangat membahayakan, hingga menjadikan orang masuk neraka, jumlahnya cukup banyak, yaitu misalnya takabur, riya', dengki, hasut atau iri hati, memfitnah, pemusuhan, mengadu domba, tama', loba, dan sejenisnya. Semua jenis penyakit hati itu sebenarnya merupakan jalan sesat dan menjadi pintu neraka yang amat lebar bagi siapa saja Penyakit yang amat membahayakan itu kadangkala tidak disadari oleh yang bersangkutan. Seseorang merasa sehat, padahal sebenarnya sakit. Bahkan, sangat mungkin, yang dianggap sakit bukan dirinya sendiri, melainkan justru orang lain.

Menghadapi penyakit hati yang ada pada diri sendiri, adalah bukan perkara mudah. Menghindari berbagai penyakit dimaksud bukan menggunakan kekuatan fisik atau senjata, melainkan dilakukan dengan banyak berdzikir, menjalankan shalat secara khusu', sabar, beramal shaleh, dan menjaga hati dari berbagai macam penyakit tersebut. Tentu menjaga hati agar tetap sehat, harus dilakukan sepanjang waktu dengan sabar, ikhlas, dan istiqomah. Melalui cara itu, dan ditambah dengan bertaubat, maka insya Allah pintu neraka yang berjumlah banyak dan lebar tersebut, akan berhasil dihindari. Wallahu a'lam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Segala sesuatu yang hidup di dunia memiliki batas. Bahkan, hidup pun memiliki batas akhirnya.

Imam Shamsi Ali menyebut batas-batas yang ada dalam hidup manusia akan menjadi acuan setiap perbuatan manusia. Batas-batas itu pula yang akan menentukan bagaimana seseorang dalam mengambil tanggung jawab hidupnya.   

"Batas membuat manusia terikat sekaligus terukur akan siapa dirinya. Menjaga batas-batas itu adalah bentuk tanggung jawab dan keadilan. Melampaui batas-batas itu adalah bentuk tidak tanggung jawab dan kezaliman," ujar Imam Shamsi Ali dalam sebuah pesan yang diterima Republika.co.id, Sabtu (16/5). 

Alquran kerap menjelaskan tentang batas-batas yang dimiliki manusia. Melampaui batas-batas yang ada, dalam bahasa Alquran dikenal dengan thogut (transgresi). 

Perilaku thoghut atau melampaui batas-batas (hudud) itulah yang menjadi penyebab segala kerusakan atau fasad dalam hidup.   

"Ambillah makan sebagai salah satu contoh. Makan yang berlebihan akan menimbulkan banyak masalah kesehatan. Makan berlebihan bisa menimbulkan kolesterol, darah tinggi, hingga obesitas," lanjutnya.  

Dalam surat Ar Ruum ayat ke-41, Allah SWT berfirman, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." 

Imam Shamsi Ali menyebut kata 'tangan' yang dimaksud ayat tersebut adalah kemampuan manusia. Namun di lain sisi juga bisa diartikan sebagai otoritas atau kekuasaan. 

Manusia akan kehilangan kontrol terhadap kekuatan dan otoritasnya di saat hawa nafsu menjadi komando hidupnya. Akibatnya, batas-batas hidup yang ada sudah tidak lagi menjadi pertimbangan.  

Di sinilah esensi puasa yang sesungguhnya muncul. Dengan puasa, manusia melatih diri dalam mengontrol kecenderungan hawa nafsu. Hawa nafsu yang terkontrol dalam pembangunan dunia akan tetap terjaga dalam batas-batas kehidupan.   

Tapi, Imam Shamsi Ali menyebut untuk memungkinkan manusia menahan hawa nafsu, diperlukan kesabaran bahkan rasa takut kepada Tuhan alam semesta.   

Sebaliknya, kegagalan manusia dalam mengontrol hawa nafsunya, sehingga keluar dari batas-batas kehidupan, banyak disebabkan oleh hilangnya kebesaran Allah dalam jiwanya.  

"Allah SWT telah menggambarkan itu di surat An Nazi'aat. Barangsiapa toghaat (melampuai batas) dan mencintai dunia secara berlebihan, maka sungguh neraka jamannam menjadi tempat kembalinya," ucapnya. 

Hawa nafsu yang tidak terkontrol melahirkan perilaku melampaui batas (i’tidaa). Perilaku-perilaku yang melampaui batas itulah yang mengakibatkan ragam jahannam atau penderitaan hidup. 

Dalam dunia modern saat ini, ada dua bentuk neraka yang paling umum menimpa manusia. Mereka adalah al-khauf atau rasa takut dan al-hassan  atau rasa sedih.  

Kekhawatiran atau ketakutan itu bisa terkait dengan masa depan. Sementara kesedihan menyangkut dengan masa lalu. Manusia adalah makhluk yang erat dengan rasa takut kehilangan. Jika sudah merasa kehilangan, mereka pasti mengalami kesedihan berlebihan. 

"Manusia kerap merasa takut kekurangan di masa depannya. Jika kekurangan menimpanya, mereka akan bersedih. Padahal jika saja beriman, keduanya juga masuk dalam kategori karunia Tuhan. Asal diposisikan pada posisi yang proporsional," lanjut Imam Shamsi Ali. 

Puasa mengandung esensi menahan diri, dengan mendekatkan dan menghadirkan kebesaran Allah SWT dalam hidup. Mendekatkan diri kepada Yang Mahaesa menjadi kunci jannah atau ketenangan dalam hidup. 

Hal ini sesuai dengan surat An Nazi'at ayat 40-41 disebutkan, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." 

 "Kesimpulannya, surga dan neraka atau kebahagiaan dan penderitaan hidup itu akan banyak ditentukan bagaimana manusia menjaga batas-batas hidupnya. Di sini pulalah puasa memiliki peranan signifikan menumbuhkan kesadaran manusia tentang itu," kata dia. 

Tag :

  • Ramadhan
  • puasa Ramadhan
  • hikmah ramadhan
  • ramadhan 2020

Berita Lainnya

12. Tulislah tiga contoh kerja ASEAN di bidang politik dan keamanan.​

Sebagai bukti bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyayangi binatang, beliau melarang ... binatan

Makhluk Allah SWT yang mendapatkan sebutan khalifah di bumi adalah...bantu jawab dong, besok mau dikumpul​

AL QURAN HADIST2. Budi selalu mengerjakan apa yang diperintah Allah SWT dan rasulnya, begitu juga perintah orang tua. Selain itu dia selalu berbuat ba … ik terhadap siapa saja, menolong, dan membiasakan ber- sedekah. Budi yakin bahwa dengan 2 syarat tersebut, ia tidak akan menjadi orang yang direndahkan oleh Allah SWT serendah-rendahnya. Dua syarat manusia akan selamat (tidak direndahkan) adalah sesuai dengan pesan Surah At-Tin ayat ke.....​

Sebutkan nama ayah Muhammad, Ibu Muhammad ,Paman Muhammad, kakek Muhammad ,istri Muhammad, pengasuh Muhammad sewaktu kecil, yang menyusui Muhammad set … elah ibu kandungnya ,pendeta Nasrani yang mengatakan bakalan menjadi orang besar.......​