Pengembangan Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia mulai mendapat tantangan setelah

Jawaban:

Tidak jarang ia menggantikan ayah tirinya untuk menyampaikan ajaran Mu'tazilah. Berkat kemahirannya ini, dan juga posisinya sebagai anak tiri dari salah seorang tokoh utama Mu'tazilah, banyak orang memperkirakan bahwa suatu saat ia akan menggantikan kedudukan ayah tirinya sebagai salah seorang tokoh Mu'tazilah.

Namun harapan itu tidak sesuai dengan kenyataannya. Fakta berbicara lain. Setelah Imam Asy'ari mendalami ajaran Mu'tazilah, terungkaplah bahwa ada banyak celah dan kelemahan yang terdapat dalam aliran tersebut. Sesudah mengetahui beberapa kelemahan ini, beliau menyendiri dan ber-tafakkur selama 15 hari. Ia meminta kepada Allah SWT agar diberi petunjuk tentang langkah terbaik yang akan dilaluinya

Dalam perenungan tersebut, sampailah beliau pada kesimpulan bahwa sudah saatnya untuk kembali pada ajaran Islam yang murni, yakni ajaran yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat, serta dilanjutkan oleh para ulama salaf al-shalil. Imam Asy'ari beranggapan apabila tetap mengamalkan ajaran Mu'tazilah yang sangat mengandalkan akal pikirannya, berarti telah melakukan dosa sosial karena mengajak orang lain untuk berbut kemunafikan. Akhirnya beliau meninggalkan ajaran Mu'tazilah. Iman Asy'ari kemudian memproklamirkan diri dan mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran para Ahl al-Sunnah wa al-Jamaa'ah , seperti yang telah diajarkan para salaf al-shalih .(Abi Al-Hasan al-Nadwi, dalam Muqadimmah al-Ibanah,30-31)

Setelah peristiwa ini, banyak kalangan yang memuji keberanian Imam Asy'ari. Ia dijuluki sebagai orang yang telah menyelamatkan akidah umat Islam dari gangguan kelompok-kelompok yang akan merusak kemurnian agama Islam. Beliau diposisikan sebagai pelopor gerakan kembali ke Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah.Gerakan yang beliau pimpin itu kemudian dikenal sebutan golongan Asya'irah. Untuk mengokohkan akidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Imam Asy'ari menulis banyak kitab.

Karena keberaniannnya ini pula. Para ulama yang selama itu dibungkam dan ditindas oleh 'penguasa' Mu'tazilah memberikan dukungan pada gerakan yang ia rintis. Maka wajar,jika pengikut beliau berasal dari berbagai kalangan. Para Muhaditsin (ahli hadits),Fuqaha (ahli fiqih) serta para ulama dari berbagai disiplin ilmu ikut mendukung serta pengikut Imam Asy'ari . Di antara para ulama yang mengikuti ajaran beliau dalam bidang aqidah adalah Imam Nawai (wafat tahun 676 H . Pengarang kitab Riyadh al-Shalihin). Syaikh Ibn Hajar al-Asqalani (wafat tahun 852 H, penulis kita Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari . Pengarang Tafsir al-Qurthubi, Ibn Hajar al-Haitami (wafat tahun 974 H . mu'alif  kitab al-zawajir. Tidak sedikit pula ahli tashawwuf terkenal yang menjadi pengikut aqidah Asy'ariyah ini, seperti Abu al-Qasim Abdul Karim bin Wahazin al-Quraisyi.,, penulis kitab al-Risalah al-Qusyairiyah (376-465H), dan Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (505 H) . (Tabyin Kidzb al-Muftari,291).

Inilah gambararan tentang kelompok Asy'ariyah. Berkat kegigihan kelompok ini, agama islam terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh menjamurnya berbagai aliran yang merusak kemurnian Islam. Karena jasanya yang sangat besar bagi agama Islam , mereka dijuluki sebagai kelompok yang telah menyelamatkan sendi sendiri ajaran Islam.

2. Tokoh Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah  yang kedua adalah Imam Al-Maturidi. Nama beliau adalah Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi. Beliau lahir di daerah Maturid dan wafat di Samarkand pada tahun 333 H/944 M.

Seperti telah dijelaskan, beliau adalah seorang yang menganut madzhab Abu Hanifah. Maka wajar, jika kebanyakan ajaran yang beliau usung masih merupakan bagian dari madzhab Abu Hanifah , terutama dalam bidang aqidah . Karena itu banyak pakar menyimpulkan bahwa yang menjadi landasan pijakan Imam Maturidi adalah pendapat-pendapat Abu Hanifah dalam bidang akidah.

Murid-murid beliau yang terkenal ada empat orang yakni Abu al-Qasim Ishaq bin Muhammad bin Isma'il yang terkenal sebagai Hakim Samarkand, wafat pada tahun 340 H . Lalu Imam Abu al-Hasan ' Ali bin Sa'id al-Rastghfani. Kemudian Imam Abu Muhammad 'Abdul Karim bin Musa al-Bazdawi, Wafat pada tahun 390 H . Dan yang terakhir adalah Imam Abu al-Laits al-Bukhari. Satu-satunya tulisan Imam Maturidi yang sampai kepada kita adalah kitab al-Tauhid yang di-Tahqiq oleh DR.Fathullah Khulayf.

Penjelasan:

Kisah orang sholeh dalam al-quran adalah

sloka bhagawadgita yang berkaitan dengan yadnya dan beserta artinya​

apa perbedaan antar mad shilah qasirah dan mad shilah tawilah?jika ada beri penjelasan serta contoh! nt:jangan di hapus nt:lagi membutuhkan abang onli … ne... nt: huueee pengen rawon,sate,sama baksont:gak ada yang minat kah??​

TOLONG ADIK TAK TAHULatihan tukar ayat aktif kepada ayat pasif. 1. Encik Sofiah membuat pinjaman bank untuk menjalankan projek penternakan ikan tawar. … 2. Beberapa orang pekerja sedang menebas semak samun di kiri dan di kanan lebur raya itu.3. Hakim telah menjatuhkan hukuman penjara sepanjang hayat terhadap peragut yang menyebabkan kematian seorang wanita yang mengandung. 4. Hakim telah menjatuhi ketua sindiket itu hukuman gantung sampai mati.5. Kini kaum petani telah mengetinkan hasil buah- buahan setelah menjalani kursus industri kecil dan sederhana anjuran MARA. 6. "Saudara perlu segera menghadiri temu duga itu jika hendak mendapat pekerjaan itu," kata kerani itu kepada saya.7. Saya telah menerima surat pelantikan sebagai jurulatih bola sepak pasukan sekolah kamu.8. Ibu telah memasakkan ayah kari kepala ikan. 9. Saya telah memasak lauk ikan untuk ayah. 10. Setelah membuat segala persiapan, kami sekeluarga pun menyambut para tetamu di luar dewan. 11. Kami telah mengesyorkan usul itu kepada pihak berkuasa agar mengambil tindakan dengan segera. 12. Selain berbuat bising, pelajar-pelajar itu juga suka mengganggu guru yang sedang mengajar di dalam kelas.​

bantu kak pls butuh banget​

gue kan lagi makan jambu trus gue tanya ibu itu jambu apa dia bilang jambu boll, nah temen sy nanya boll itu artinya apa kaks​

buatlah cerita demos PMR,tema bebas!!mohon di bantu.mksih​

"dia maryam dia mempunyai perangai yang baik, dia disukai banyak orang kerena perangainya yang baik itu, dia berbakti kepada ke 2 orang tuanya dan dia … juga menghormati orang yang lebih tua darinya. selain itu dia juga murah senyum, suka menolong orang, suka bersedekah, dan tidak sombong kepada siapapun." terjemahan ke b.arab​

1. Pembibitan secara generatif berupa...a. stekb. mikromineralc. komposd. pospor2. Perbanyakan bibit dapat dilakukan dengan cara...a. mencangkulb. men … cangkokc. menanamd. vegeratif dan generatiftlong bantu cmn 2 soalmapel: prakarya​note:• jan asal• asal? auto report• No bhs alien (djdjdhdhddhs)

Sebutkan 4 alat yg digunakan dalam kegiatan pendokumentasian bukti kas kecil?

Pengembangan Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia mulai mendapat tantangan setelah

Oleh : H. Noor Rohman FZ, B.Ed., M.A

(Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi)

Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah (Aswaja) adalah salah satu aliran pemahaman teologis (Aqiedah) Islam. Selain Aswaja ada faham-faham teologi lain seperti Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah dan Syi’ah. Pemahaman teologi Aswaja ini diyakini sebagian besar umat Islam sebagai pemahaman yang benar yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Kemudian secara turun-temurun faham Aswaja diajarkan kepada generasi berikutnya (Tabi’in-Tabi’it Tabi’in) dan selanjutnya diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya sehingga sampai kepada kita. Hal ini – tentu – dapat dibuktikan melalui kajian-kajian literer keagamaan. Berkaitan dengan ini ribuan kitab dan buku telah ditulis oleh banyak ulama dan pakar/ahli.

Menurut telaah sejarah, istilah Aswaja muncul sebagai reaksi terhadap faham kelompok Mu’tazilah, yang dikenal sebagai “kaum rasionalis Islam” yang ekstrim. Kelompok ini mengedepankan pemahaman teologi Islam yang bersifat rasionalis (‘aqli) dan liberalis. Faham Mu’tazilah ini antara lain dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filsafati dari Yunani. Mereka berpegang teguh pada faham Qadariyah atau freez will, yaitu konsep pemikiran yang mengandung faham kebebasan dan berkuasanya manusia atas perbuatan-perbuatannya. Artinya, perbuatan manusia itu diwujudkan oleh manusia itu sendiri, bukan diciptakan Tuhan. Di samping reaksi terhadap faham Mu’tazilah, Aswaja juga berusaha mengatasi suatu faham ekstrim yang lain, yang berlawanan faham secara total dengan kaum Mu’tazilah, yaitu faham kaum Jabariyah.di mana mereka berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan atau kuasa dalam berkehendak dan berbuat. Kehendak (iradah) dan perbuatan manusia terikat dengan kehendak mutlak Tuhan. Jadi segala perbuatan manusia itu dilakukan dalam keadaan terpaksa (mujbar). Mereka akhirnya befikir fatalistic. Mengapa? Karena kelompok ini cenderung berfikir skriptualistik sementara kelompok Mu’tazilah berfikir rasionalistik.

Dalam menghadapi kedua faham yang sama-sama ekstrim tersebut, Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari (W.324 H) dan Imam Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H) merasa berkewajiban untuk meluruskan kedua kelompok tersebut sehingga sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Mereka berdua memunculkan kembali pola pikir yang mengambil jalan tengah antara kedua faham teologi yang ekstrim tersebut. Dan perlu diketahui bahwa selama 40 tahun al-Asy’ari adalah pengikut faham Mu’tazilah. Karena adanya argumentasi Mu’tazilah yang tidak benar dan ditambah dengan hasil mimpinya bertemu Nabi SAW; di mana Nabi SAW  berkata kepadanya bahwa yang benar adalah mazhab ahli Hadits (al-Sunnah), bukan mazhab Mu’tazilah, maka ditinggalkanlah faham Mu’tazilah. Keduanya akhirnya ingin mengembalikan faham aqiedah umat Islam sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya, dengan mengemukakan dalil-dalil naqliyah (nash-nash al-Qur’an dan Hadits) dan dalil-dalil aqliyah (argumentasi rasional). Karena faktor dari kedua tokoh tersebut, Aswaja juga dikenal dengan istilah al-Asy’ariyyun dan al-Maturidiyyun. Berkait dengan hal tersebut perlu diketahui bahwa mayoritas umat Islam di negeri kita, terlebih lagi kaum Nahdliyyin (NU), dan wilayah-wilayah Asia Tenggara lainnya, adalah Asy’ariyyun. Sebagai catatan buat kita, bahwa meskipun kedua ulama tersebut dikenal sebagai pencetus dan sekaligus pembela faham Aswaja, namun di antara keduanya ada perbedaan-perbedaan yang bersifat far’iyyah (cabang), bukan dalam masalah-masalah pokok aqiedah; Al-Asy’ari lebih condong ke faham Jabariyah sementara al-Maturidi lebih condong ke faham Qadariyah. (Alangkah baiknya bila mana kita dapat mempelajari konsep pemikiran al-Maturidi juga sehingga kita dapat memiliki pemahaman teologi Aswaja secara lebih luas).

Secara ideologi politik penganut Aswaja juga sering disebut dengan “kaum Sunni”. Istilah ini sering diantonimkan dengan “kaum Syi’i”. Hal ini pada awalnya terjadi karena adanya perbedaan pandangan di kalangan para sahabat Nabi mengenai  kepemimpinan setelah wafatnya Nabi. Setelah itu persoalannya berlanjut menjadi persoalan yang bersifat politik. Dari ranah yang terpolitisasikan inilah akhirnya persoalannya berkembang ke dalam berbagai perbedaan pada aspek-aspek yang lain, terutama pada aspek teologi dan fiqih. Inilah realitas sejarah perjalanan umat Islam. Dan perlu untuk diketahui bahwa mayoritas umat Islam di dunia ini adalah berfaham Aswaja (kaum Sunni). Dalam berfiqih mereka (kaum Sunni) menjadikan empat mujtahid besar, Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali RA sebagai rujukan utamanya. Karena mayoritas ulama Asia Tenggara bermazhab Syafi’i, maka umat Islam di Indonesia, termasuk kaum Nahdliyyin, mengikuti mazhab Syafi’i.

Telah disebut di atas bahwa secara teologis kaum Nahdliyyin (warga NU) adalah bermazhab Aswaja. Artinya, mereka adalah bagian dari kaum Sunni. Dengan demikian maka secara otomatis faham teologi mereka tidaklah bersifat ekstrim, akan tetapi bersifat moderat (tengah-tengah). Jadi tidak ada warga NU, misalnya, yang terlibat kegiatan melawan Pemerintah yang sah, seperti teroris. Melalui kecerdasan-kecerdasan intelektualitas dan spiritualitas para ulama NU, terumuskanlah beberapa nilai ajaran yang luhur yang diyakini dapat membawa umatnya – baik secara individual maupun komunal – ke jalan yang benar, sejahtera lahir dan batin, selamat di dunia dan di akherat serta diridloi Allah SWT, termasuk cara kebersamaan hidup  berbangsa dan bernegara yang diliputi dengan kedamaian. Di antara nilai-nilai penting yang diajarkan adalah sikap at-tawassuth, al-i’tidal, at-tawazun, at-tasamuh dan amar ma’ruf nahi mungkar.

Kata at-tawassuth mempunyai arti mengambil posisi di pertengahan, kata al-i’tidal berarti tegak lurus, tidak memihak, karena kata ini berasal dari kata al-‘adl yang berarti keadilan, kata at-tawazun berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, yakni tidak melebihkan sesuatu dan tidak menguranginya dan kata at-tasamuh mempunyai arti toleransi, yakni menghormati perbedaan pendapat dan keyakinan.  Semuanya itu diintisarikan  dari al-Qur’an dan Hadits/Sunnah. Nilai-nilai tersebut diamalkan dalam pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi mungkar yang merupakan ruh kehidupan umat dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Inilah ciri-ciri penting yang melekat pada kehidupan kaum Sunni. Dan nilai-nilai inilah yang senantiasa disandang oleh para ulama NU semenjak kelahirannya hingga kini. Semua itu tiada lain adalah merupakan warisan para wali (pendakwah Islam) yang telah berjasa dalam penyebaran Islam di Tanah Air kita ini.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, pola pikir NU yang didasari dengan nilai-nilai tersebut dapat dinilai sebagai suatu cara yang paling efektif, feasible, akurat dan tepat. Hal ini dimaksudkan bahwa eksistensi NU, baik secara kelembagaan (jam’iyyah/organisasi), perkumpulan (jama’ah-jama’ah), ajaran (pemahaman keagamaan) maupun kultur keagamaan dan kemasyarakatannya dapat diterima bahkan didukung dan diikuti oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.   Hal ini terbukti dengan penilaian positif dari para pemimpin pemerintahan Republik Indonesia. Berita terakhir yang patut dikemukakan di sini adalah tawaran Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di saat kunjungan Rais Am dan Ketua Umum PBNU di Istana Negara, 2 Juni 2010, kepada PBNU untuk bekerjasama (MoU) dalam  5 bidang.  Pertama, adalah masalah penanggulangan gerakan radikalisasi. Menurut penilaian beliau pendekatan kultural dan keagamaan yang dilakukan NU sangatlah efektif. Kedua, adalah di bidang peningkatan ekonomi, terutama dalam peningkatan ketahanan pangan, pengembangan usaha ekonomi mikro dan ketahanan energi. Program ini perlu dilakukan secara luas agar bisa menjangkau lapisan rakyat yang paling bawah. Ketiga, kerjasama dalam bidang pendidikan, terutama dengan pendidikan moral dan penguatan character building. Dikatakan, agenda ini sangat penting mengingat saat ini pendidikan telah kehilangan aturan dan tata nilai. ”Kita bisa kembali menata moral bangsa dengan pendidikan moral dan dengan penguatan character building. ” Demikian kata Said Aqil, Ketua Umum PBNU. Keempat, adalah penanggulangan climate change. Peran ulama dalam masalah ini sangat penting. Sebab hal ini amat berkaitan dengan pembinaan moral bangsa. Dengan penanaman nilai-nilai moral yang luhur diharapkan masyarakat akan lebih bisa menghormati lingkungan dan menjaga kelestariannya. Kelima, adalah  pengembangan dialog peradaban untuk mewujudkan perdamaian dunia. Saat ini Indonesia dan NU diminta lebih aktif dalam forum internasional dan diharapkan menjadi leader dalam semua bidang.

Dari uraian singkat di atas, dapat diambil beberapa simpulan. Di antaranya (a) faham Aswaja adalah faham yang benar karena didasari dengan dalil-dalil naqli (al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW) dan ‘aqli, maka faham Aswaja wajib dipertahankan dan  dilestarikan, (b) at-tawassuth, al-i’tidal, at-tawazun dan at-tasamuh adalah nilai-nilai ajaran luhur yang ternyata sangat efektif dalam mendakwahkan Islam di mana saja, termasuk di Indonesia, maka kita kaum Nahdliyyin, terutama kaum mudanya, berkewajiban mengaplikasikannya dalam memperjuangkan faham Aswaja yang sebenarnya sehingga eksistensi NU dapat menjadi rahmatan lil-‘alamien, dan (c) penilaian positif dari Kepala Negara RI wajib direspon secara aktif, proaktif dan sungguh-sungguh sehingga cita-cita bangsa kita dalam masa yang tidak begitu lama dapat menjadi realita yang nyata.  .