LATAR BELAKANG Salah satu faktor penting keberhasilan usaha peternakan adalah kecukupan kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan pada ternak harus tidak dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan), disukai ternak, bebas dari penyakit, mudah didapat, dan harganya murah. Pakan juga harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh hewan ternak seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Pada usaha peternakan rakyat, pakan yang diberikan pada umumnya sesuai dengan kemampuan peternak, bukan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Pasokan pakan berkualitas rendah merupakan hal yang biasa. Namun jika terjadi terus menerus dalam waktu yang cukup lama, maka cara ini akan berpengaruh negative terhadap produktivitas ternak. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pemberian pakan yang baik juga perlu dilakukan untuk memenuhi :
Dalam memilih bahan pakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
JENIS – JENIS PAKAN Ternak ruminansia mempunyai daya cerna yang efektif terhadap berbagai jenis bahan pakan, termasuk pakan kasar seperti hijauan atau rerumputan. Pakan ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni pakan hijauan, konsentrat dan pakan tambahan (suplemen). Pakan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
Sebelum diberikan kepada ternak, rumput segar harus dilayukan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk menghindari kembung pada ternak. Rumput juga sebaiknya dicacah terlebih dahulu agar ternak mudah memakannya. Lakukan pencacahan menggunakan arit atau chopper. Untuk mengatasi kekurangan hijauan makan dapat dimanfaatkan limbah-limbah pertanian seperti jerami padi, batang jagung, kelobot jagung, dll). Gambar 1. Rumput gajah merupakan salah satu rumput unggul yang dibudidayakan (lokasi kebun hijauan milik UPT Kelapa Kabupaten Bangka Barat) Gambar 2. Cacahan pelepah dan daun sawit sebagai limbah perkebunan kelapa sawit dapat juga dijadikan sebagai sumber pakan hijauan alternatif
Gambar 3. Jerami padi termasuk salah satu hijauan kering yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan baik sebagai hay maupun sebagai bahan baku amoniasi jerami
Gambar 3. (a) Proses pembutan silase pelepah dan daun kelapa sawit, (b) Proses pembuatan amoniasi jerami padi (dokumentasi saat pembinaan pengolahan pakan dikelompok tani ternak diwilayah Kabupaten Bangka Barat) Konsentrat merupakan pakan yang mengandung energi dan protein yang tinggi serta serat kasar yang rendah. Bahan pakan konsentrat meliputi biji-bijian (seperti jagung), hasil ikutan industri pertanian (seperti bekatul, bungkil kelapa, bungkil kedelai, bungkil kelapa sawit). Gambar 4. Konsentrat yang diberikan pada ternak sapi potong sebagai bahan pakan tambahan Pakan suplemen merupakan pakan tambahan bagi ternak ruminansia yang mengandung vitamin dan mineral, seperti Urea Mollases Blok (UMB). Gambar 5. UMB sebagai pakan suplemen (dokumentasi pembinaan pengolahan pakan dikelompok tani/ternak diwilayah Kabupaten Bangka Barat) ATURAN PEMBERIAN PAKAN Untuk ternak ruminansia dalam hal ini dicontohkan untuk pakan ternak sapi, pakan yang diberikan adalah sebanyak 10 persen dari bobot badan, dan pakan tambahan sebanyak 1-2 persen dari bobot badan. Pemberian pakan ternak sapi dapat dilakukan dengan pengembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening) yaitu cara pemberian pakan melalui penjatahan atau penyuguhan.) dan kombinasi cara keduanya. Pemberian pakan pada sapi potong dapat diberikan secara terus-menerus (ad libitum) dan secara dibatasi (restricted). Pemberian secara terus menerus (add libitum) sering kali tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang. Pakan yang tersisa ini lalu akan membusuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya. Akibatnya tentu saja membahayakan ternak sapi yang memakannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa untuk program penggemukan hanya dengan mengandalkan bahan pakan berupa hijauan, kurang memberikan hasil yang optimum dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu cara mempercepat proses penggemukan memerlukan kombinasi pakan antara hijauan dan konsentrat. Rasio pemberian hijauan dan konsentrat tergantung dari ketersediaan hijauan dilokasi penggemukan. Umumnya rasio pemberian hijauan dan konsentrat untuk penggemukan yang digunakan adalah 75 : 25. Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi terutama pada penggemukan adalah dengan mengatur jarak waktu pemberian pakan konsentrat dan pakan hijauan. Pakan hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan meningkatkan pencernaan bahan kering hijauan. Konsentrat sebaiknya diberikan kepada ternak dalam bentuk kering (tidak dicampur air), namun pemberian bentuk basah juga dapat dilakukan. Apabila pemberian konsentrat dalam bentuk basah maka konsentrat harus habis dalam sekali pemberian sehingga tidak terbuang. Perubahan jenis pakan yang dilakukan secara mendadak dapat menyebabkan ternak sapi stress, sehingga tidak mau makan. Oleh karena itu pemberian pakan harus dilakukan sedikit demi sedikit agar ternak dapat beradaptasi dengan pakan barunya. Untuk selanjutnya pemberian ditambah sampai jumlah pakan yang sesuai kebutuhannya, sedangkan air minum diberikan secara terus menerus (add libitum). CARA MANDIRI DALAM MERAMU RANSUM Ransum adalah jumlah total bahan makanan yang diberikan kepada sapi selama 24 jam. Ransum merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan karena ransum berpengaruh langsung terhadap produksi sapi. Perubahan ransum secara kualitas maupun kuantitas, juga perubahan komponennya, dapat menyebabkan penurunan produksi yang cukup serius. Akibatnya, cukup sulit untuk mengembalikan produksi seperti semula sebelum perubahan ransum dan akan memakan waktu lama. Ransum sapi umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi keduanya akan memberi peluang terpenuhinya nutrisi. Apabila ransum hanya terdiri dari hijauan, maka biaya yang dikeluarkan relative murah dan lebih ekonomis. Akan tetapi produksi yang tinggi akan sulit tercapat dengan cepat, seperti pertambahan bobot badan pada proses penggemukan. Sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, namun biaya ransumnya relatife mahal dan kemungkinan dapat terjadi gangguan pencernaan pada ternak sapi. Dalam menyusun ransum, diusahakan agar kandungan nutrisi didalam ransum sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan ternak sapi demi memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksinya. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul,bungkil kelapa, ampas tahu, gaplek biasanya diberikan dengan cara langsung kedalam tempat pakan. Selain itu dapat ditambahkan mineral sebagai penguat berupa garam dapur dan kapur. Berikut ini beberapa langkah dalam meramu pakan :
Tabel 1. Kandungan zat gizi (nutrisi) dalam bahan pakan
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi ternak sapi secara individual
Keterangan : PBBH : Pertambahan Berat Badan Harian BK : Berat Kering TDN : Total Digestible Nutrient
Lampiran : Penyusunan Komposisi Bahan Pakan (Ransum) Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi bahan pakan dalam kilogram
Tabel 4. Kandungan gizi bahan pakan
Cara menghitung komposisi bahan makanan adalah sebagai berikut : Kebutuhan BK bahan pakan (rumput lapang) = 60/100 x 3,84 = 2,304 kg (60/100 merupakan persentase rumput lapang dan 3,84 adalah kebutuhan bahan kering asal hijauan) sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5. Perhitungan komposisi bahan pakan
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6. Perhitungan berat segar bahan pakan
DAFTAR PUSTAKA Abidin Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta. Mcilroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita. Jakarta. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Utomo R. 1995. Bahan Ajar Teknologi Pakan : Hijauan Kering (Hay) dan Predigesti Hasil Sisa Tanaman Pertanian. Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Disusun oleh : Nama : Dessy Parlina, S. Pt NIP : 19821228 201101 2 004 Jabatan : Pengawas Mutu Pakan Pertama Instansi : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Page 2
LATAR BELAKANG Salah satu faktor penting keberhasilan usaha peternakan adalah kecukupan kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan pada ternak harus tidak dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan), disukai ternak, bebas dari penyakit, mudah didapat, dan harganya murah. Pakan juga harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh hewan ternak seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Pada usaha peternakan rakyat, pakan yang diberikan pada umumnya sesuai dengan kemampuan peternak, bukan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Pasokan pakan berkualitas rendah merupakan hal yang biasa. Namun jika terjadi terus menerus dalam waktu yang cukup lama, maka cara ini akan berpengaruh negative terhadap produktivitas ternak. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pemberian pakan yang baik juga perlu dilakukan untuk memenuhi :
Dalam memilih bahan pakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
JENIS – JENIS PAKAN Ternak ruminansia mempunyai daya cerna yang efektif terhadap berbagai jenis bahan pakan, termasuk pakan kasar seperti hijauan atau rerumputan. Pakan ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni pakan hijauan, konsentrat dan pakan tambahan (suplemen). Pakan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
Sebelum diberikan kepada ternak, rumput segar harus dilayukan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk menghindari kembung pada ternak. Rumput juga sebaiknya dicacah terlebih dahulu agar ternak mudah memakannya. Lakukan pencacahan menggunakan arit atau chopper. Untuk mengatasi kekurangan hijauan makan dapat dimanfaatkan limbah-limbah pertanian seperti jerami padi, batang jagung, kelobot jagung, dll). Gambar 1. Rumput gajah merupakan salah satu rumput unggul yang dibudidayakan (lokasi kebun hijauan milik UPT Kelapa Kabupaten Bangka Barat) Gambar 2. Cacahan pelepah dan daun sawit sebagai limbah perkebunan kelapa sawit dapat juga dijadikan sebagai sumber pakan hijauan alternatif
Gambar 3. Jerami padi termasuk salah satu hijauan kering yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan baik sebagai hay maupun sebagai bahan baku amoniasi jerami
Gambar 3. (a) Proses pembutan silase pelepah dan daun kelapa sawit, (b) Proses pembuatan amoniasi jerami padi (dokumentasi saat pembinaan pengolahan pakan dikelompok tani ternak diwilayah Kabupaten Bangka Barat) Konsentrat merupakan pakan yang mengandung energi dan protein yang tinggi serta serat kasar yang rendah. Bahan pakan konsentrat meliputi biji-bijian (seperti jagung), hasil ikutan industri pertanian (seperti bekatul, bungkil kelapa, bungkil kedelai, bungkil kelapa sawit). Gambar 4. Konsentrat yang diberikan pada ternak sapi potong sebagai bahan pakan tambahan Pakan suplemen merupakan pakan tambahan bagi ternak ruminansia yang mengandung vitamin dan mineral, seperti Urea Mollases Blok (UMB). Gambar 5. UMB sebagai pakan suplemen (dokumentasi pembinaan pengolahan pakan dikelompok tani/ternak diwilayah Kabupaten Bangka Barat) ATURAN PEMBERIAN PAKAN Untuk ternak ruminansia dalam hal ini dicontohkan untuk pakan ternak sapi, pakan yang diberikan adalah sebanyak 10 persen dari bobot badan, dan pakan tambahan sebanyak 1-2 persen dari bobot badan. Pemberian pakan ternak sapi dapat dilakukan dengan pengembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening) yaitu cara pemberian pakan melalui penjatahan atau penyuguhan.) dan kombinasi cara keduanya. Pemberian pakan pada sapi potong dapat diberikan secara terus-menerus (ad libitum) dan secara dibatasi (restricted). Pemberian secara terus menerus (add libitum) sering kali tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang. Pakan yang tersisa ini lalu akan membusuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya. Akibatnya tentu saja membahayakan ternak sapi yang memakannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa untuk program penggemukan hanya dengan mengandalkan bahan pakan berupa hijauan, kurang memberikan hasil yang optimum dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu cara mempercepat proses penggemukan memerlukan kombinasi pakan antara hijauan dan konsentrat. Rasio pemberian hijauan dan konsentrat tergantung dari ketersediaan hijauan dilokasi penggemukan. Umumnya rasio pemberian hijauan dan konsentrat untuk penggemukan yang digunakan adalah 75 : 25. Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi terutama pada penggemukan adalah dengan mengatur jarak waktu pemberian pakan konsentrat dan pakan hijauan. Pakan hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan meningkatkan pencernaan bahan kering hijauan. Konsentrat sebaiknya diberikan kepada ternak dalam bentuk kering (tidak dicampur air), namun pemberian bentuk basah juga dapat dilakukan. Apabila pemberian konsentrat dalam bentuk basah maka konsentrat harus habis dalam sekali pemberian sehingga tidak terbuang. Perubahan jenis pakan yang dilakukan secara mendadak dapat menyebabkan ternak sapi stress, sehingga tidak mau makan. Oleh karena itu pemberian pakan harus dilakukan sedikit demi sedikit agar ternak dapat beradaptasi dengan pakan barunya. Untuk selanjutnya pemberian ditambah sampai jumlah pakan yang sesuai kebutuhannya, sedangkan air minum diberikan secara terus menerus (add libitum). CARA MANDIRI DALAM MERAMU RANSUM Ransum adalah jumlah total bahan makanan yang diberikan kepada sapi selama 24 jam. Ransum merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan karena ransum berpengaruh langsung terhadap produksi sapi. Perubahan ransum secara kualitas maupun kuantitas, juga perubahan komponennya, dapat menyebabkan penurunan produksi yang cukup serius. Akibatnya, cukup sulit untuk mengembalikan produksi seperti semula sebelum perubahan ransum dan akan memakan waktu lama. Ransum sapi umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi keduanya akan memberi peluang terpenuhinya nutrisi. Apabila ransum hanya terdiri dari hijauan, maka biaya yang dikeluarkan relative murah dan lebih ekonomis. Akan tetapi produksi yang tinggi akan sulit tercapat dengan cepat, seperti pertambahan bobot badan pada proses penggemukan. Sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, namun biaya ransumnya relatife mahal dan kemungkinan dapat terjadi gangguan pencernaan pada ternak sapi. Dalam menyusun ransum, diusahakan agar kandungan nutrisi didalam ransum sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan ternak sapi demi memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksinya. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul,bungkil kelapa, ampas tahu, gaplek biasanya diberikan dengan cara langsung kedalam tempat pakan. Selain itu dapat ditambahkan mineral sebagai penguat berupa garam dapur dan kapur. Berikut ini beberapa langkah dalam meramu pakan :
Tabel 1. Kandungan zat gizi (nutrisi) dalam bahan pakan
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi ternak sapi secara individual
Keterangan : PBBH : Pertambahan Berat Badan Harian BK : Berat Kering TDN : Total Digestible Nutrient
Lampiran : Penyusunan Komposisi Bahan Pakan (Ransum) Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi bahan pakan dalam kilogram
Tabel 4. Kandungan gizi bahan pakan
Cara menghitung komposisi bahan makanan adalah sebagai berikut : Kebutuhan BK bahan pakan (rumput lapang) = 60/100 x 3,84 = 2,304 kg (60/100 merupakan persentase rumput lapang dan 3,84 adalah kebutuhan bahan kering asal hijauan) sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5. Perhitungan komposisi bahan pakan
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6. Perhitungan berat segar bahan pakan
DAFTAR PUSTAKA Abidin Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta. Mcilroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita. Jakarta. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Utomo R. 1995. Bahan Ajar Teknologi Pakan : Hijauan Kering (Hay) dan Predigesti Hasil Sisa Tanaman Pertanian. Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Disusun oleh : Nama : Dessy Parlina, S. Pt NIP : 19821228 201101 2 004 Jabatan : Pengawas Mutu Pakan Pertama Instansi : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Page 3
LATAR BELAKANG Salah satu faktor penting keberhasilan usaha peternakan adalah kecukupan kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan pada ternak harus tidak dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan), disukai ternak, bebas dari penyakit, mudah didapat, dan harganya murah. Pakan juga harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh hewan ternak seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Pada usaha peternakan rakyat, pakan yang diberikan pada umumnya sesuai dengan kemampuan peternak, bukan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Pasokan pakan berkualitas rendah merupakan hal yang biasa. Namun jika terjadi terus menerus dalam waktu yang cukup lama, maka cara ini akan berpengaruh negative terhadap produktivitas ternak. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pemberian pakan yang baik juga perlu dilakukan untuk memenuhi :
Dalam memilih bahan pakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
JENIS – JENIS PAKAN Ternak ruminansia mempunyai daya cerna yang efektif terhadap berbagai jenis bahan pakan, termasuk pakan kasar seperti hijauan atau rerumputan. Pakan ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni pakan hijauan, konsentrat dan pakan tambahan (suplemen). Pakan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
Sebelum diberikan kepada ternak, rumput segar harus dilayukan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk menghindari kembung pada ternak. Rumput juga sebaiknya dicacah terlebih dahulu agar ternak mudah memakannya. Lakukan pencacahan menggunakan arit atau chopper. Untuk mengatasi kekurangan hijauan makan dapat dimanfaatkan limbah-limbah pertanian seperti jerami padi, batang jagung, kelobot jagung, dll). Gambar 1. Rumput gajah merupakan salah satu rumput unggul yang dibudidayakan (lokasi kebun hijauan milik UPT Kelapa Kabupaten Bangka Barat) Gambar 2. Cacahan pelepah dan daun sawit sebagai limbah perkebunan kelapa sawit dapat juga dijadikan sebagai sumber pakan hijauan alternatif
Gambar 3. Jerami padi termasuk salah satu hijauan kering yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan baik sebagai hay maupun sebagai bahan baku amoniasi jerami
Gambar 3. (a) Proses pembutan silase pelepah dan daun kelapa sawit, (b) Proses pembuatan amoniasi jerami padi (dokumentasi saat pembinaan pengolahan pakan dikelompok tani ternak diwilayah Kabupaten Bangka Barat) Konsentrat merupakan pakan yang mengandung energi dan protein yang tinggi serta serat kasar yang rendah. Bahan pakan konsentrat meliputi biji-bijian (seperti jagung), hasil ikutan industri pertanian (seperti bekatul, bungkil kelapa, bungkil kedelai, bungkil kelapa sawit). Gambar 4. Konsentrat yang diberikan pada ternak sapi potong sebagai bahan pakan tambahan Pakan suplemen merupakan pakan tambahan bagi ternak ruminansia yang mengandung vitamin dan mineral, seperti Urea Mollases Blok (UMB). Gambar 5. UMB sebagai pakan suplemen (dokumentasi pembinaan pengolahan pakan dikelompok tani/ternak diwilayah Kabupaten Bangka Barat) ATURAN PEMBERIAN PAKAN Untuk ternak ruminansia dalam hal ini dicontohkan untuk pakan ternak sapi, pakan yang diberikan adalah sebanyak 10 persen dari bobot badan, dan pakan tambahan sebanyak 1-2 persen dari bobot badan. Pemberian pakan ternak sapi dapat dilakukan dengan pengembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening) yaitu cara pemberian pakan melalui penjatahan atau penyuguhan.) dan kombinasi cara keduanya. Pemberian pakan pada sapi potong dapat diberikan secara terus-menerus (ad libitum) dan secara dibatasi (restricted). Pemberian secara terus menerus (add libitum) sering kali tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang. Pakan yang tersisa ini lalu akan membusuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya. Akibatnya tentu saja membahayakan ternak sapi yang memakannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa untuk program penggemukan hanya dengan mengandalkan bahan pakan berupa hijauan, kurang memberikan hasil yang optimum dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu cara mempercepat proses penggemukan memerlukan kombinasi pakan antara hijauan dan konsentrat. Rasio pemberian hijauan dan konsentrat tergantung dari ketersediaan hijauan dilokasi penggemukan. Umumnya rasio pemberian hijauan dan konsentrat untuk penggemukan yang digunakan adalah 75 : 25. Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi terutama pada penggemukan adalah dengan mengatur jarak waktu pemberian pakan konsentrat dan pakan hijauan. Pakan hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan meningkatkan pencernaan bahan kering hijauan. Konsentrat sebaiknya diberikan kepada ternak dalam bentuk kering (tidak dicampur air), namun pemberian bentuk basah juga dapat dilakukan. Apabila pemberian konsentrat dalam bentuk basah maka konsentrat harus habis dalam sekali pemberian sehingga tidak terbuang. Perubahan jenis pakan yang dilakukan secara mendadak dapat menyebabkan ternak sapi stress, sehingga tidak mau makan. Oleh karena itu pemberian pakan harus dilakukan sedikit demi sedikit agar ternak dapat beradaptasi dengan pakan barunya. Untuk selanjutnya pemberian ditambah sampai jumlah pakan yang sesuai kebutuhannya, sedangkan air minum diberikan secara terus menerus (add libitum). CARA MANDIRI DALAM MERAMU RANSUM Ransum adalah jumlah total bahan makanan yang diberikan kepada sapi selama 24 jam. Ransum merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan karena ransum berpengaruh langsung terhadap produksi sapi. Perubahan ransum secara kualitas maupun kuantitas, juga perubahan komponennya, dapat menyebabkan penurunan produksi yang cukup serius. Akibatnya, cukup sulit untuk mengembalikan produksi seperti semula sebelum perubahan ransum dan akan memakan waktu lama. Ransum sapi umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi keduanya akan memberi peluang terpenuhinya nutrisi. Apabila ransum hanya terdiri dari hijauan, maka biaya yang dikeluarkan relative murah dan lebih ekonomis. Akan tetapi produksi yang tinggi akan sulit tercapat dengan cepat, seperti pertambahan bobot badan pada proses penggemukan. Sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, namun biaya ransumnya relatife mahal dan kemungkinan dapat terjadi gangguan pencernaan pada ternak sapi. Dalam menyusun ransum, diusahakan agar kandungan nutrisi didalam ransum sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan ternak sapi demi memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksinya. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul,bungkil kelapa, ampas tahu, gaplek biasanya diberikan dengan cara langsung kedalam tempat pakan. Selain itu dapat ditambahkan mineral sebagai penguat berupa garam dapur dan kapur. Berikut ini beberapa langkah dalam meramu pakan :
Tabel 1. Kandungan zat gizi (nutrisi) dalam bahan pakan
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi ternak sapi secara individual
Keterangan : PBBH : Pertambahan Berat Badan Harian BK : Berat Kering TDN : Total Digestible Nutrient
Lampiran : Penyusunan Komposisi Bahan Pakan (Ransum) Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi bahan pakan dalam kilogram
Tabel 4. Kandungan gizi bahan pakan
Cara menghitung komposisi bahan makanan adalah sebagai berikut : Kebutuhan BK bahan pakan (rumput lapang) = 60/100 x 3,84 = 2,304 kg (60/100 merupakan persentase rumput lapang dan 3,84 adalah kebutuhan bahan kering asal hijauan) sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5. Perhitungan komposisi bahan pakan
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6. Perhitungan berat segar bahan pakan
DAFTAR PUSTAKA Abidin Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta. Mcilroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita. Jakarta. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Utomo R. 1995. Bahan Ajar Teknologi Pakan : Hijauan Kering (Hay) dan Predigesti Hasil Sisa Tanaman Pertanian. Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Disusun oleh : Nama : Dessy Parlina, S. Pt NIP : 19821228 201101 2 004 Jabatan : Pengawas Mutu Pakan Pertama Instansi : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung |