Mengapa harga sawit anjlok saat ini

Anjloknya harga sawit di Indonesia bukan tanpa sebab. Salah satunya adalah karena sawit Indonesia kalah bersaing di mana pasar ekspor direbut negara lain. Selain karena pasar sawit global kini semakin ketat.

    Baca Juga

  • Pembebasan Tarif Pungutan Ekspor CPO Diperpanjang Hingga Oktober 2022
  • Launching Sekolah Tani, PKS Empat Lawang: Harus Ada Alternatif Selain Sawit dan Karet
  • Petani Sawit Surati Jokowi, Minta Cabut DMO dan Pungutan Ekspor

“Khusus untuk harga CPO (crude palm oil/minyak mentah) di pasar global saat ini sedang turun tajam,” kata pengamat ekonomi Universita Syiah Kuala (USK), Rustam Effendi, di Banda Aceh, Sabtu (16/7).

Rustam menyebutkan, pekan lalu harga CPO dibandrol sekitar 1.720 dolar AS per ton. Kini harganya di bawah 1.500 dolar AS per ton.

Menurut dia, dorongan ekspor CPO masih lemah berdampak pada kelancaran ekspor. Sehingga CPO masih banyak yang belum terjual, serta jauh dari target.

“Ekspor CPO ditargetkan sebanyak 1 juta ton, itu belum tercapai,” paparnya. “Dengan kondisi ini akan berdampak pada kemampuan menyerap tandan buah segar (TBS) sawit dari petani.”

Kejadian itu, membuat serapan TBS dari petani menjadi rendah. Berbanding terbalik dengan hasil panen yang berlimpah, padahal permintaan berkurang.

Di samping itu, Rustam menilai persoalan yang paling rumit ialah perusahaan produsen CPO memiliki kebun sawit sendiri. Otomatis mereka lebih fokus menggunakan CPO dari mereka sendiri.

Di sisi lain, menurut Rustam, penentuan harga tertinggi (HET) minyak goreng oleh pemerintah juga mengekang pembelian CPO oleh pihak produsen migor.

“Situasi ini ikut berpengaruh dan menjadikan rendahnya harga sawit,” ujar dia.

Rustam menilai, persoalan tersebut masih belum terselesaikan hingga sekarang, juga menjadi biang kerok harga sawit rendah.

“Malah harga sawit petani tidak laku meski ditawarkan dengan harga rendah. Jauh di bawah harga domestic price obligation (DPO),” kata dia.

Menurut Rustam, jika dulu harga minyak goreng dilepas ke pasar dengan tidak adanya larangan ekspor CPO, harga sawit tentu masih mahal. Meski keran ekspor CPO dibuka, kata dia, sayangnya pasar CPO Indonesia sudah direbut oleh negara lain.

“Seperti Malaysia. Nah, sekarang kabarnya di Malaysia panen besar,” sebut Rustam.

Sehingga solusi yang tepat agar harga sawit menjadi lebih mahal yaitu dengan mencari pasar ekspor yang baru. Sehingga penjualan CPO meningkat. Termasuk membuka peluang alternatif menggunakan CPO sebagai sumber untuk bioenergi.

“Ini dimungkinkan, mengingat mahalnya harga bahan bakar berbasis fosil di dunia saat ini,” demikian Rustam.

Mengapa harga sawit anjlok saat ini

    Baca Juga

  • Harga TBS Sawit dan CPO di Sumsel Periode II September 2022 Turun
  • Pembebasan Tarif Pungutan Ekspor CPO Diperpanjang Hingga Oktober 2022
  • Penghapusan Tarif Pungutan Ekspor Sawit Diperpanjang Sampai 31 Oktober 2022

Mengapa harga sawit anjlok saat ini
Apkasindo mengajukan lima tuntutan pada Presiden Jokowi untuk mengatasi harga tandan buah segar (TBS) sawit yang anjlok. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, CNN Indonesia --

Asosiasi PetaniKelapa SawitIndonesia (Apkasindo) mengajukan lima tuntutan pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengatasi harga tandan buah segar (TBS) sawit yang anjlok.

Tuntutan itu disampaikan melalui surat yang ditandatangani oleh Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung dan Sekretaris Jenderal Apkasindo Rino Afrino.

Dalam surat tersebut Apkasindo meminta Jokowi melakukan lima langkah strategis dalam upaya menyeimbangkan antara ketersediaan, kebutuhan dan keterjangkauan minyak goreng dengan tata kelola kelapa sawit.

Pertama, mencabut domestic market obligation (DMO), domestic price obligation (DPO), dan Flush Out (FO) untuk crude palm oil (CPO). Apkasindo menilai ketiga kebijakan itu sudah tidak efektif.

Kedua, memerintahkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk meniadakan Pungutan Ekspor (PE) dan Bea Keluar (BK) untuk sementara waktu. Atau paling tidak menurunkan tarif PE, BK, dan
menghapus FO.

"Asumsi yang digunakan adalah jika beban CPO sudah diturunkan maka harga CPO domestik akan terangkat, Harga TBS kembali baik, Ekspor akan kembali lancar , dan kondisi saat ini harga minyak bumi di atas harga CPO," tulis surat tersebut seperti dikutip pada Kamis (14/7).

Ketiga, menjaga harga CPO global agar tidak terkoreksi akibat ekspor CPO Indonesia. Oleh karena itu Apkasindo menyarankan supaya pemerintah meningkatkan konsumsi CPO dalam negeri melalui memberlakukan mandatori Biodiesel dari B30 ke B40.

Hal ini dapat dilakukan supaya ketersediaan CPO dalam negeri yang diperkirakan mencapai 7 juta ton bisa segera terserap paling tidak 3 juta ton untuk peningkatan dari B30 ke B40.

Keempat, meminta Jokowi memerintahkan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Kementerian BUMN melakukan pengawasan melekat kepada PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN). Dengan begitu, proses tender di KPBN patuh terhadap harga referensi Kemendag sebagaimana diatur dalam Permendag No.55 Tahun 2015.

"Dan memastikan tidak ada yang mengambil keuntungan sepihak di masa pemulihan ini," sambung surat itu.

Kelima, Apkasindo meminta Jokowi untuk memerintahkan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk segera merevisi Permentan 01 Tahun 2018 tentang Tataniaga TBS. Pasalnya, Permentan ini hanya diperuntukkan bagi petani yang bermitra.

Faktanya luas kebun petani yang bermitra tidak lebih dari 7 persen dari total luas perkebunan rakyat, yakni 6,72 juta hektare.

"Sisanya adalah petani swadaya yang melakukan usaha taninya secara mandiri dan menggunakan harga referensi Kemendag untuk menjadi referensi perhitungan TBS," tulis surat tersebut.

Sebelumnya, harga TBS anjlok sejak larangan ekspor CPO yang berlaku mulai April lalu. Sejak itu, harga TBS terus turun, bahkan di bawah Rp1.000 per kg.

Meski saat ini mulai naik, Harga TBS sawit masih melempem. Di sejumlah wilayah, harga TBS sawit naik di kisaran Rp50-Rp100 per kilogram (kg).

Di Sumatera Utara, misalnya, harga TBS sawit periode 13-19 Juli 2022 dipatok Rp1.345 per kg. Harganya cuma naik Rp69 per kg dari Rp1.276 per kg pada periode 6-12 Juli 2022.

Sementara di Bengkulu, harga TBS sawit pada tingkat pabrik pengolahan naik beragam sekitar Rp50-100 per kg. Harga tertinggi sebesar Rp1.000 per kg, dan harga terendah sebesar Rp800 per kg.

Kemudian, di Kalimantan Tengah, harganya berkisar Rp1.600 per kg. Bupati Seruyan, Kalteng, Yulhaidir mengatakan harga TBS sudah disepakati bersama dan seluruh perusahaan kelapa sawit wajib membeli TBS milik pekebun swadaya.

Lalu di Jambi, harga TBS sawit periode 8-14 Juli 2022 turun Rp92 per kg menjadi Rp1.284 per kg. Penetapan harga ini merupakan kesepakatan tim perumus bersama para pengusaha koperasi dan kelompok tani sawit setempat.

(mrh/agt)

[Gambas:Video CNN]

Apa penyebab anjloknya harga sawit?

Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus berpendapat bahwa anjloknya harga TBS sawit petani itu adalah akibat kerusakan rantai pasok terkait dengan moratorium ekspor, mekanisme perizinan ekspor (PE) yang memakan waktu, kebijakan distribusi minyak goreng yang kacau, tingginya beban pungutan ekspor, dan flushing out ...

Kenapa TBS Anjlok?

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan atau Mendag Zulkifli Hasan mengungkapkan penyebab harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani anjlok. Dia menyebut rendahnya harga TBS terjadi karena tangki-tangki crude palm oil (CPO) untuk kegiatan ekspor di tingkat pengusaha masih penuh.

Apa yang mempengaruhi harga sawit?

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga tandan buah segar kelapa sawit adalah Umur Tanaman, Kadar Asam Lemak Bebas, Biaya Operasional Pasca Panen dan Kebijakan Pemerintah.

Kapan naik harga sawit?

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) optimistis harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit bisa naik pada akhir Agustus 2022. Sebab ia sudah melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak harga komoditas tersebut.