Secara etimologi atau bahasa, redaksi kalimat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” dengan maf’ul atau objek yang disebutkan terlebih dahulu daripada fi’il (kata kerja) dan fa’il (subjek) biasa disebut dengan istilah takhshish, sebuah redaksi kalimat yang menunjukkan sebuah pengkhususan. Show Ada sedikit perbedaan makna antara kalimat “na’buduka” dengan kalimat “iyyaka na’budu”. Kalimat “na’buduka” mengandung arti, “Kami menyembah kepada-Mu”. Dengan didahulukannya maf’ul bih (objek), yaitu kalimat “iyyaka” dari fi’il dan fa’il-nya, yaitu kalimat “na’budu”, maka kalimat “iyyaka na’budu” memiliki penekanan makna yang sedikit berbeda. Arti kalimat tersebut tidak lagi “Kami beribadah kepada-Mu” tetapi menjadi “Hanya kepada-Mu kami menyembah”. Dengan demikian, “iyyaka na’budu”, merupakan sebuah pernyataan yang mengandung makna pengkhususan ibadah hanya kepada-Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada yang berhak disembah kecuali Dia. Disebutkan dalam al-Qur‟an,
Kata “Na’budu” pada ayat ini didahulukan menyebutkannya dari “Nasta‟iin”, karena menyembah Allah itu adalah suatu kewajibabn manusia terhadap Tuhannya. Pertolongan dari Tuhan kepada seorang hamba-Nya adalah hak hamba. Maka disini seakan-akan Tuhan mengajarkan kita supaya menunaikan kewajiban lebih dahulu, sebelum kita menuntut hak. Kata “Na’budu” dan kata “Nasta’iinu” (Kami menyembah, Kami meminta pertolongan), bukan “a’budu” dan “asta’iinu” (Saya menyembah, Saya meminta pertolongan) adalah untuk memperlihatkan kelemahan manusia, dan tidak selayaknya mengemukakan dirinya seorang saja dalam menyembah dan memohon pertolongan kepada Allah, seakan-akan penunaian kewajiban menyembah dan memohon pertolongan kepada Allah itu belum sempurna, hanya kalau di kerjakan bersama-sama. Allah menginginkan ketika kita menyembah atau meminta kita harus bersama-sama atau berjamaah. Penggunaan bentuk jamak pada kata “Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”. Kata kami atau kekamian dan kebersamaan yang digunakan oleh ayat ini mengandung beberapa pesan.
Dalam beribadah kepada Allah kita harus selalu melakukan yang diridhai Allah dan melakukan hal-hal yang membuat Allah ridha terhadap apa yang kita lakukan.
Kaum sufi menjelaskan bahwa ada perbedaan antara ibadah (pengabdian) dan ubudiyah (penghambaan diri) kepada Allah. Ibadah adalah melakukan hal-hal yang meridhakan Allah, sedangkan ubudiyah adalah meridhai apa yang dilakukan Allah swt. Dengan demikian penghambaan diri kepada Allah lebih tinggi tingkatannya dari pada ibadah. Ibnu Sina membagi motivasi ibadah menjadi tiga tingkatan.
Syaikh asy-Syanqithi menjelaskan dalam kitab tafsir Adhwa al-Bayan fi Idhah al-Qur’an bi al-Qur’an dalam ayat 5 surat al-Fatihah terdapat dua makna yang pertama makna nafi atau peniadaan dan yang kedua adalah makna isbath atau penetapan.
Surat al-Fatihah diturunkan di Makkah sebelum hijrah. Dalam beberapa riwayat menyebutkan al-Fatihah adalah surat pertama yang diturunkan secara lengkap. Oleh karena itu al-mushaf secara tertulis dan al- Qur‟an secara hafalan dan bacaan diawali dengan al-Fatihah, maka surat ini dinamai “Fatihatul Kitab” (Pembuka al-Qur‟an). Ia memperoleh juga nama-nama lain, masing-masing nama disesuaikan dengan maksudnya, seperti ; Ummul Kitab (Induk al-Qur‟an), As-Sab’ul Matsani (Tujuh yang terulang-ulang), Suratul Hamdi (Surat al-Hamdu) dan sebagainya. Surat ini juga diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan shalat dan diwajibkan membacanya di dalam shalat. Karena itu, ia adalah surat pertama yang diturunkan secara lengkap. Dalam surat ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan al-Qur‟an.64 Meminta dengan Sabar dan Shalat - QS. Al-'A`raf [7] : 128Kepada siapakah kita harus meminta dan bagaimanakah kita meminta agar yang kita mina dikabulkan. Dalam hal meminta kadang kala kita tidak pernah sabar. Ketika kita menginginkan sesuatu agar sesuatu tersebut menjadi milik kita tidak sabar, sabarlah yang harus kita lakukan agar apa yang kita peroleh mendapat nilai ibadah dan keberkahan. Kadang kita selalu terburu dalam melakukan perbuatan baik hal yang bernilai ibadah atau bukan. Allah menyuruh kita untuk selalu bersabar dalam meminta, sabar dalam menghadari cobaan, sabar dalam menghadapi godaan hawa nafsu, dan sabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Biasanya kesabaran seseorang itu tercermin ketika orang tersebut melakukan shalat. Sabar merupakan perbuatan yang sungguh berat dilakukan kecuali bagi orang-orang yang khusus‟. Senada dengan firman Allah surat al-Baqarah ayat 45 yang berbunyi:
Ayat ini ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah menyuruh kita untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Karena sabar merupakan perbuatan yang sangat sulit dilakukan. Dalam shalat seseorang membutuhkan kesabaran yang benar-benar karena perbuatan tersebut sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusus‟. Dalam surat al-baqarah ayat 45 ini ada dua kata yang selalu bergandengan ketika didahului dengan kata isti‟anah. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Kalimat inilah yang menjadi sepasang kata yang selalu berdampingan dalam beristi‟anah kepada Allah. Kata ash-shabr atau sabar, artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenaan di hati, ia juga berarti ketabahan. Sabar menahan diri dalam suatu penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi. Imam Al-Ghazali mendefinisikan sabar adalah suatu kondiri mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama. Sedangkan ash-shalah, dari segi bahasa adalah doa, dan dari segi pengertian syariat islam adalah ucapan dan perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mengandung pujian kepada Allah atas limpahan karunia-Nya, mengingat Allah dan mengingat karunia-Nya, mengantar seseorang terdorong untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya serta mengantarkannya tabah menerima cobaan atas tugas yang berat. Demikian shalat membantu manusia menghadapi segala tugas dan bahkan petaka. Mutawally asy-Sya‟rawi menegaskan dalam kitab tafsirnya, dan mintalah pertolongan dengan sabar bahwa nanti akan terjadi sesuatu yang sulit dan membutuhkan perjuangan serta pengorbanan. Maka dibutuhkan kesabaran yang bisa membawa manusia untuk mampu mengatasi kesulitan itu. Dan jadikanlah sabar dan shalat itu sebagai penolongmu. Mintalah pertolongan dengan dua hal yang selalu terkait satu dengan yang lain, yaitu sabar dan shalat. Mewujudkan sabar harus dengan shalat, dan pelaksanaan shalat harus dengan sabat. Sabat itu pada hakikatnya beban berat yang ditanggung oleh jiwa, dan untuk meringankannya laksanakanlah shalat. Demikian juga shalat itu adalah beban taklif, maka harus dilakukan dengan sabar. Memohon pertolongan dengan sabar ini di ulang-ulang beberapa kali karena sabar ini merupakan bekal yang harus dimiliki di dalam menghadapi setiap kesulitan dan penderitaan. Dan penderitaan yang pertama kali ialah lepasnya kekuasaan, kedudukan, manfaat, dan penghasilan demi menghormati kebenaran dan mengutamakannya, serta mengakui kebenaran dan tunduk kepadanya. Shalat adalah hubungan dan pertemuan antara hamba dan Tuhan. Hubungan yang dapat menguatkan hati, hubungan yang dirasakan oleh ruh, hubungan yang dengannya jiwa mendapat bekal didalam menghadapi realitas kehidupan dunia. Rasulullah saw pabila menghadapi suatu persoalan, beliau segera melakukan shalat. Sedangkan beliau adalah orang gyang sangat erat hubungannya dengan Tuhannya, dan ruhnya selalu berhubungan dengan wahyu dan ilham. M. Quraish Shihab membagi kesabaran itu menjadi dua bagian. Yang pertama, sabar jasmani dan yang kedua adalah sabar rohani.
Jadi ayat tersebut mempunyai makna bahwa meminta pertolongan kepada Allah dengan jalan tabah dan sabar dalam menghadapi segala tantangan serta dengan melaksanakan shalat. Bisa juga bermakna, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dalam arti jadikanlah ketabahan menghadapi segala tantangan bersama dengan shalat yakni doa dan permohonan kepada Allah sebagai sarana untuk meraih segala macam kebajikan. Setelah Allah menerangkan bahwa iman itu berbentuk suri tauladan, dan setelah Allah menjelaskan bahwa taurat menuntut kaum yahudi agar beriman kepada Muhammad saw, disini Allah menuntut kaum muslim untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong, disisi lain selama kaum yahudi terbiada menukar ayat Allah dengan nilai yang rendah, dan juga terbiasa dengan praktek riba atau bunga bank dan lain sebagainya dari praktek yang diharamkan, maka mereka harus menjadikan sabar sebagai penolongan jika ingin kembali kejalan iman. Dalam ayat lain ada yang memahaminya sebagai lanjutan tuntutan kepada orang-orang Yahudi atas dasar penyebutannya sesudah tuntutan dan kecaman diatas. Thalib Ibnu Asyam mengatakan : ayat ini ditujukan kepada Bani Israil sebagai petunjuk guna membantu mekera melaksanakn segala apa yang diperintahkan oleh ayat-ayat yang lalu. Petunjuk yang dikandung ayat ini sungguh pada tempatnya, karena setelah mereka diajak disertai janji dan ancaman, maka dapat diduga keras bahwa tidak ada lagi jalan masuk bagi setan kedalam hati mereka, tidak ada juga tempat untuk mundur bahkan kini mereka telah bersiap untuk melaksanakan perintah Allah. Namun demikian, kebiasaan lama memberatkan langkah mereka. Ayat ini menyuguhkan resep yang amat ampuh agar mereka dapat melangkah maju menuju kebajikan. Kandungan resep ini adalah sabar dan shalar. Kemudian perintah Allah yang menyuruh kepada kita agar menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong terdapat pula pada surat al-Baqarah ayat 153 yang berbunyi :
Dalam ayat 153 ini juga kita diperintah oleh Allah untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Karena Allah lebih senang bersama orang- orang yang sabar dibandingkan orang yang terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan suatu tindakan. Dalam kitab Tafsir al-Misbah kata sabar mencakup banyak hal, sabar menghadapi ejekan dan rayuan, sabar melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan, serta sabar dalam berjuang menegaskan kebenaran dan keadilan. Allah menyuruh kita untuk meminta pertolongan kepada-Nya dengan cara sabar dan shalar, serta melaksanakan seluruh perintah-Nya. Kenapa mesti sabar? Karena sabar dapat menyangkat derajat manusia. Sabar disebutkan di dalam al-qur‟an secara berulang-ulang. Hal ini karena Allah mengetahui bahwa dalam melaksanakan aktivitas secara istiqomah menurut usaha benar yang benar. Dan, hal ini pun biasanya masih sering diiringi dengan adanya desakan-desakan dan hambatan. Begitu juga dalam berdakwa dijalan Allah dimuka bumi akan menghadapi pergolakan-pergolakan tekanan jiwa sehingga memerlukan kesabaran lahir batin. Sabar dalam taat kepada Allah, sabar dalam meninggalkan maksiat, sabar dalam arti tegar dalam menghadapi kesulitan karena Allah, sabar atas segala fitnah dan tipu daya, sabar atas lambatnya pertolongan, sabar dalam menghadapi tekanan, sabat atas sedikirnya penolonga, sabar atas panjangnya jalan orang yang membuat ragu, sabar atas sulitnya dan beratnya jiwa, sabar atas beratnya kedurhakaan, dan sabar atas serangan orang-orang yang berpaling. Ketika usaha sedemikian sulit maka kadang-kadang kesabaran menjadi lemah. Karena itulah, diiringi dengan shalat dalam kondisi seperti ini. Sebab, shalart adalah penolong yang tidak akan hilang dan bekal yang tidak akan habis. Shalat juga merupakan penolong yang akan selalu memperbaharui kekuatan dan bekal yang selalu memperbaiki hati. Dengan shalar, kesabaran akan tetap ada dan tidak akan terputus. Justru shalat akan mempertebal kesabaran. Sehingga kita akan ridha, tenang dan yakin. Minta pertolongan itu hanya kepada Allah. Dan bentuk pertolongan dalam pergaulan manusia adalah kebajikan dan ketakwaan. Shalat atau sembahyang adalah cara untuk menyatukan diri dengan Tuhan. Di dalam shalat orang berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam shalat ada doa. Di dalam shalat orang merenungi batinnya dengan ayat-ayat dan doa. Sehingga terciptalah sebuah proses input, output, dan limbah. Inputnya adalah energi batin (energi metafisik) yang masuk bersama dengan ayat-ayat dan doa yang dibaca dalam shalat. Outputnya adalah bangkitnya kesadaran. Dan, yang dibuang adalah semua rekaman bahwa sadar yang menjadi limbah dalam batin manusia. Itulah sebabnya dalamshalat sering muncul ingatan bawah sadar yang sudah terlupakan. Limbah di dalam tubuh nafsani manusia harus dibuang agar tidak meracuni jiwa. Jika manusia bebas dari kotoran atau racun batin, maka jiwa manusia menjadi jernih atau cerah. Manusia yang tercerahkan adalah manusia yang hidup penuh kesadaran. Dan, manusia yang sadar tak akan melakukan sesuatu yang keji dan munkar. Dari kedua ayat tersebut dapat dipahami bahwa kita diperintahkan oleh yang maha kuasa untuk selau beribadah dan bersabar dalam menghadapi segala cobaan, baik berupa cobaan jasmani maupun cobaan rohani. Yang demikian akan menjadikan kita manusia yang bersabar dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larang-Nya. Dan Allah lebih mencitai dan menyayangi dan Allah lebih senang berada bersama orang-orang yang sabar. Orang yang tidak berbuat kekejian dan kemungkaran, sama dengan orang yang berusaha menolong dirinya. Karena orang yang demikian ini berusaha hidup saling menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. Sedangkan orang yang sabar adalah orang yang tidak mau berhenti dalam perjuangannya, orang yang tidak menyerah dalam upaya meraih cita-cita luhurnya. Dengan melaksanakan shalat dan sabar berarti telah memasuki tahap awal dalam mencari pertolongan. Jiwa yang jernih, dan upaya yang dilakukan dengan penuh kesabaran mengantarkan pencarinya ke tahap berikutnya yaitu mendapatkan petunjuk pemecahan masalah. Shalat dan sabar yang dipraktikan dengan benar bisa mengantarkan pelaksananya ke situasi yang jernih. Dan, dalam situasi yang jernih, yang terang, yang tidak semrawut, yang tidak penuh hiruk pikuk, maka seseorang, masyarakat atau bangsa dapat mencari jalan yang lurus sehingga keluar dari krisis yang menimpanya. Jadi, kalau bangsa ini terus mengalami kesulitan, terus terjebak dalam krisis, berarti bangsa ini tidak menjalankan shalat dan kesabaran dengan benar. Hal ini jelas yang dilakukan oleh elit-elit dan kelompok-kelompok masyarakat kita adalah formalitas dari shalat dan kesabaran. Shalat dilakukan untuk hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Segala sesuatunya tidak dikerjakan sesuai dengan aturan atau ketetapan- ketetapan yang benar dan tepat. Tentang keterkaitan ayat ini dengan ayat sebelumnya, bahwa pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan tentang syukur. Pada ayat 153 ini Allah menjelaskan sabar, permintaan petunjuk dan pertolongan melalui sabar dan shalat. Karena bila seorang hamba mendapat nikmat, maka dia mensyukurinya, atau mendapat musibah bencana, maka dia bersabar menghadapinya. Allah menjelaskan sarana terbaik yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai musibah, yaitu sabar dan shalat. Ayat ini mengajak orang-orang yang beriman, menjadikan shalat seperti yang diajarkan Allah dan dengan mengarah ke kiblat dan kesabaran sebagai penolong untuk menghadapi cobaan hidup Allah Yang Maha Menolong - QS. Yusuf : 18Siapakah yang maha segala-galanya, siapakah yang memilii kekuatan yang tak terbatas. Allah adalah tuhan yang menciptakan alam ini, yang mempunyai kekuatan tidak terbatas, yang mempunyai hari pembalasan. Allah mempunyai sifat pengasih dan penyayang kepada setiap ummat manusia. Dalam hal meminta pertolongan kita sering kali lupa bahwa hanya Allah yang berhak dimintai pertolongan bukan kepada yang lain. Sebagai mana Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 18 yang berbunyi:
Pada surat Yusuf ayat 18 ini Nabi Yusuf yang ketika kecilnya di dzalami oleh saudara-saudaranya yang ingin agar Nabi Yusuf itu lenyap dari muka bumi ini dengan dibuang kedalam sumur dan membohongi ayahnya dengan darah palsu sebagaimana yang telah Allah tetapkan di dalam al-Qur‟an “Mereka datang membawa gamisnya dengan darah palsu. Ya‟qub berkata: sebenarnya kamu sendiri yang memandang baik perbuatan itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku) dan, Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan. Allah ta‟ala menceritakan tentang tipu daya yang dilakukan oleh saudara- saudara Yusuf untuk menghadapi ayahnya setelah mereka melemparkan Yusuf ke dasar sumur. Mereka pulang pada malam hari sambil menampakkan kesedihannya atas Yusuf, dan mengemukakan alasan atas apa yang terjadi menurut versi mereka. Mereka berkata, “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf didekat barang-barang kami,” yaitu baju-baju dan barang-barang kami, “lalu dia diterkam serigala”. Dan inilah yang dikhawatirkan Ya‟qub dan ditakutinya. Firman Allah, “Kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami sekalipun kami merupakan orang- orang yang benar”. Yakni, kami tahu bahwa engkau tidak akan membenarkan kami walaupun kami ini orang-orang yang benar. Mengapa engkau berprasangka buruk terhadap kami? Karena engkau mengkhawatirkan Yusuf akan diterkam serigala dan sekarang menjadi kenyataan. Kami maklum jika engkau tidak mempercayai kami karena kejadian itu aneh dan mengherankan. Sebab apa yang engkau khawatirkan bertepatan dengan apa yang kami alami. Allah swt berfirman : “Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran darah) dengan darah dusta”, maksudnya, darah yang palsu. Ini termasuk perbuatan yang mereka pergunakan untuk meyakinkan tipu daya yang telah mereka sepakati. Mereka sengaja menangkap seekor anak kambing lalu menyembelihnya dan melumurkan darahnya kepakaian Yusuf, sambil berpura-pura mengatakan bahwa itulah baju yang dipakai Yusuf ketika dimakan serigala tersebut, dan baju tersebut terkena darahnya, akan tetapi mereka lupa mengoyak-ngoyaknya. Oleh karena itu jiwa Nabi Ya‟qub tidak terguncang. Bahkan beliau berkata kepada mereka, menunjukkan bahwa beliau berpaling (tidak mempercayai) ucapan mereka. Beliau mengatakan apa yang terdapat pada dirinya, berupa ketidak jelasan ucapan mereka terhadanya. Kemudian Ya‟qub berkata sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Kata tersebut bisa berarti meminta kelonggaran, karena ketika urat saraf manusia tegang, dia berusaha merenggangkannya dengan sedikit istirahat. Setelah itu, dia akan mendapatkan dalam dirinya rasa lapang dan lega. Kata tersebut juga bisa berarti memudahkan. Selama hal ini telah memudahkan diri kalian, maka Ya‟qub hanya bisa bersabar menerima dengan penus rasa sabar. Allah berfirman :
Selanjutnya
Pada ayat-ayat sebelumnya Allah menerangkan bahwa pada mulanya Ya‟qub enggan membiarkan Yusuf pergi bermain-main dengan saudaranya. Tetapi karena desakan dan jaminan yang kuat dari mereka atas keselamatannya ia mengijinkan juga Yusuf pergi bersama mereka. Pada ayat berikut ini, Allah menerangkan bahwa saudara-saudara Yusuf akan melaksanakan niat jahat mereka dengan memasukannya kedalam sumur dan menyatakan kepada Ya‟qub bahwa Yusuf telah dimakan serigala ketika mereka sedang bermain-main dan mereka membawa bajunya yang berlumuran darah. Kemudian sifat Allah yang maha penolong pun terdapat pada surat al-Anbiya ayat 112 yang berbunyi:
Surat al-Anbiya ini sebenarnya sama bahwa Allah adalah maha penolong dalam segala hal. Karena Allah yang mempunyai kekuatan tidak terbatas. Berbeda dengan makhluk yang mempunyai kekuatan serba terbatas. Setelah Nabi Muhammad saw menyampaikan apa yang diperintahkan kepada beliau untuk disampaikan sebagaimana bunyi ayat 108-111, kini beliau bermohon kepada Allah. Dia berkata: “Wahai Tuhanku pembimbing dan pelimpah kasih sayang kepadaku dan semua ummatku, berilah keputusan terhadap kami yang berbeda aqidah dan pandangan, dengan hukum yang bersifat haq sehingga kami demikian juga para pendurhaka itu memperoleh secara adil apa yang berhak kami peroleh, kenikmatan atau siksa, kemenangan atau kekalahan. Dan Tuhan kami ialah ar-rahman, Tuhan yang maha pemurah, yang selalu melimpahkan rahmat walau kepada yang durhaka. Dialah yang dimohonkan pertolongannya yakni untuk mengatasi dan membatalkan kebohongan-kebohongan yang kamu wahai kaum musyrikin ucapan terhadap Allah dan rasul-Nya. Muhammad Ali ash-Shabuny mengemukakan dalam tafsirnya. Setelah rasulullah saw melaksanakan amanat dan menyampaikan risalah, beliau berdoa, supaya Allah membuat keputusan antara beliau dengan musuh beliau dengan suatu keputusan yang adil. Buatlah keputusan antara aku dan orang-orang musyrik yang mendustakan, buatlah ketetapan diantara kami dengan hukum-Mu yang adil. Engkau adalah rabb, sebaik-baik pemberi pertolongan dan sebaik-baik penolong. Maka Allah memperkenankan doa beliau pada perang Badar. Imam Qatadah berkata, “Para nabi dahulu berkata”
Oleh karena itu, alam memohon pertolongan kepada Allah kita harus selalu beribadah kepada-Nya. Dan ibadah ini tidak hanya pada ibadah ritual atau ibadah shalat melainkan melakukan sesuatu yang bernilai ibadah. Artinya tidak terpaku pada ibadah ritual saja. Sumber : Mukhtarhafifi, Istı’anah dalam Al-Qur’an : Analisis terhadap Q.S. al-Fatihah : 5, Q.S. al-Baqarah : 45 & 153, Q.S. Yusuf : 18,Q.S. al-Anbiya : 112, UIN Syarıf Hıdayatullah Referensi
|