Kegiatan pembukaan lahan baru dengan membakar hutan dapat berdampak pada

Kegiatan pembukaan lahan baru dengan membakar hutan dapat berdampak pada

Kegiatan pembukaan lahan baru dengan membakar hutan dapat berdampak pada
Lihat Foto

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Kebakaran hutan dan lahan di kawasan Rambutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (13/9/2017). Kebakaran itu terjadi sekitar pukul 14.00. Petugas darat dan udara berusaha memadamkan api kebakaran itu sejak pukul 14.30 hingga 18.00. Hingga Rabu petang, kebakaran masih terjadi. Kebakaran ini diduga kuat akibat ulah manusia yang sengaja membakar untuk membuka lahan pertanian.

KOMPAS.com - Edukasi kepada masyarakat untuk peduli terhadap kebakaran hutan dan lahan yang rawan terjadi di sejumlah wilayah penting disebarluaskan.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), melalui akun resmi Twitter-nya, @infoBMKG, memberikan informasi terkait dampak kebakaran lahan dan hutan (Karhutla), dan beberapa upaya yang bisa dilakukan masyarakat saat peristiwa itu terjadi.

Kepala Pusat Metereologi Publik BMKG Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, BMKG memang ingin memberikan informasi dengan cara yang mudah dipahami masyarakat. Salah satunya menyebarkannya melalui media sosial dalam bentuk infografik.

"Harapannya masyarakat lebih mudah memahami informasi yang kami sampaikan dari tampilan yang interaktif, dan menginformsikan tindakan apa saja yang dilakukan jika terjadi kebakaran hutan," ujar Mulyono saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/8/2018).

Informasi tersebut dirangkum berdasarkan rangkaian aksi pemadaman yang dilakukan BMKG bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Mandala Agni, dan Masyarakat Peduli Api.

Dampak kebakaran hutan

Kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan.

Asap yang ditimbulkan juga menjadi polusi udara yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik.

Selain itu, asap bisa mengganggu jarak pandang, terutama untuk transportasi penerbangan.

Dampak lainnya:

Merdeka.com - Praktik pembukaan lahan dengan cara dibakar memiliki risiko tinggi dan berbahaya. Dari aspek regulasi, kegiatan membuka lahan dengan cara membakar kerap abai mengikuti Ketentuan BMKG mengenai persyaratan dan waktu yang tepat untuk membuka lahan. Akibatnya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bisa terjadi kapan saja.

Staf pengajar Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Basuki Sumawinata menuturkan, pembakaran lahan seperti yang terjadi di Kalimantan Barat, pada awalnya hanya dilakukan pada kegiatan perladangan yang berpindah. Namun dengan kondisi saat ini yakni perladangan menetap, kegiatan membuka lahan harus dikombinasikan dengan mekanisasi pertanian agar tidak berisiko tinggi.

Menurut Basuki, kondisi tanah di Kalimantan Barat agak berbeda dengan tanah di Jawa. Hal ini karena tanah di Kalimantan miskin hara dan tanah bereaksi masam. Tanpa memberikan tambahan unsur hara untuk bercocok tanam di daerah tersebut hasilnya sangat minim.

Para petani tradisional melakukan pembakaran lahan dengan tujuan membersihkan lahan sambil memberikan abu kepada tanah. Pemberian abu dapat dipandang sebagai pemberian oksida dari unsur hara yang meningkatkan pH tanah atau menurunkan kemasaman dan membuat unsur hara lebih tersedia.

"Pembakaran lahan ini hanya cocok untuk bercocok tanam padi palawija. Biasanya, setelah melewati beberapa bulan tanah kembali ke pH asalnya. Begitu juga setelah unsur hara tercuci, tanah menjadi miskin lagi," kata Basuki kepada wartawan, Senin (24/8).

Karena itu, petani untuk siklus berikutnya membuka lahan di lokasi lain, yang setelah beberapa tahun mungkin saja kembali ke siklus semula.

Menurut dia, pembukaan lahan dengan membakar, tidak cocok untuk membangun perkebunan karena lahan yang dibutuhkan sangat luas. Selain itu, kebutuhan hara untuk perkebunan berlangsung terus menerus sehingga tidak bisa dicukupi oleh abu yang terbentuk saat pembakaran lahan pada saat pembersihan lahan.

Basuki mengatakan, terbitnya Pergub 103 tahun 2020 memerlukan bimbingan dan pengawasan ketat dalam luasan yang terkontrol. "Tanpa kontrol ketat, potensi karhutla tetap dapat terjadi kapan saja," tuturnya.

Pernyataan senada dikemukakan pengamat Hukum Lingkungan dan Kehutanan Dr Sadino. Menurut Sadino, kalaupun diterapkan kebijakan punya risiko karena api yang membakar lahan tidak bisa dipastikan hanya dapat diisolasi dalam radius 2 hektare saja.

"Kontrol harus dilakukan mulai dari tingkat tapak yakni masyarakat yang akan membuka lahan. Ketentuannya, misalnya masyarakat hanya diperbolehkan membakar di lahan mineral, pembakaran rumput diawasi secara ketat dan hanya boleh dilakukan pada awal musim basah dan sebagainya," kata Sadino.

Pergub juga harus mampu menjelaskan secara detail mengenai subtansi aturan teknis serta batasan-batasan yang ketat, terutama ketika memasuki kemarau agar tidak menjadi bumerang seperti meluasnya titik api (hotspot).

"Hal ini karena Kalimantan Barat sebagian besar lahannya gambut dan sulit menanganinya ketika terbakar," tutur Sadino.

Sadino mengingatkan, program pencegahan karhutla pada dasarnya perlu mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga ada sinkronisasi dengan kebijakan karhutla yang diterapkan BNPB.

"Sebaiknya untuk mengakomodir kearifan lokal bagi masyarakat harus diciptakan jalan keluar. Misalnya pemerintah daerah dan BNPB yang membantu melakukan penyiapan lahan, agar karhutla dapat terkendali dan mencegah ulah manusia untuk melakukan pembakaran lahan untuk usahanya," sarannya.

Berdasarkan data, jumlah hotspot terbanyak di seluruh Kabupaten Kalimantan Barat terjadi dari tanggal 9-12 Agustus 2020.

Pada 9 Agustus pagi hari mencapai 3.093 hotspot dan Kabupaten Landak mencatat hotspot terbesar sebanyak 931. Sore hari mencapai 501 hotspot dan Kabupaten Sanggau terbanyak 248 hotspot.

Pada 10 Agustus pagi sebanyak 5.406 hotspot dan Kabupaten Sangau terbanyak dengan 2.397 hotspot. Sore hari 6.382 hotspot dan Kabupaten Landa terbanyak dengan 1.976 hotspot.

Pada 11 Agustus pagi sebanyak 6.382 hotspot dan Kabupaten Landak terbanyak dengan 1.976 hotspot. Sore hari 1.100 hotspot dengan Kabupaten Bengkayang terbanyak dengan 488 hotspot.

Pada 12 Agustus pagi sebanyak 1.100 hotspot dan Kabupaten Bengkayang terbanyak 488 hotspot. Sore hari 1.100 hotspot dan Kabupaten Bengkayang terbanyak 488 hotspot.

Kegiatan pembukaan lahan baru dengan membakar hutan dapat berdampak pada

Batanghari – Kepala Manggala Agni Daerah Operasi Muara Bulian, memberikan Pelatihan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar di aula Desa Terentang Baru Kecamatan Batin XXIV – Kabupaten Batanghari, Kamis (11/07/2019). Terhitung tidak kurang dari 20 orang hadir dalam kegiatan tersebut.

Pelatihan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar menyasar masyarakat desa yang diharapkan dapat menularkan ilmunya kepada warga lain untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar.

Turut hadir dalam pelatihan tersebut Kabid LINHUT dan KSDAE Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dan Kepala KPHP Kab. Batanghari.

“Salah satu upaya dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan adalah memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat untuk membuka lahan dengan cara tidak dibakar. Kan kita tidak boleh hanya melarang tapi juga harus memberikan solusi. PLTB ini lah salah satunya. Yang familiar digunakan adalah mengolah biomassa yang ada di lahan menjadi kompos atau cuka kayu”, ungkap Kadaops Manggala Agni Muara Bulian, Rinaldi, S.P.

Kegiatan pembukaan lahan baru dengan membakar hutan dapat berdampak pada

(Rinaldi S.P saat menyampaikan teori mengenai PLTB)

Beberapa materi diberikan kepada warga dalam satu hari mencakup teori dan praktek membuka lahan tanpa bakar. Beberapa materi yang diberikan diantaranya adalah dampak, bahaya, dan kerugian dari pembakaran hutan dan lahan serta cara yang bisa dilakukan dan manfaat dari adanya PTLB.

Praktek PLTB diberikan langsung oleh Rinaldi dan satu orang anggota MA Daops Muara Bulian dengan mempraktekkan pembuatan cuka kayu. Cuka kayu merupakan hasil destilasi pembakaran kayu berbentuk cair yang dilakukan didalam alat secara terkontrol. Cuka kayu ini bermanfaat untuk pengentalan getah karet, campuran bahan pembersih kandang, insektisida, membersihkan bau limbah, dsb.

Rinaldi juga menerangkan bahwa, Pembukaan Lahan Tanpa Bakar itu mudah, konsepnya pengolahan lahan secara berkelanjutan, dimana pada tahapan pembukaan lahan maupun pasca panen tidak melakukan pembakaran. Di awal memang tidak mudah dan terasa lebih mahal jika dibandingkan dengan cara membakar, namun dalam jangka Panjang akan sangat bermanfaat dan menguntungkan.

Kegiatan ini diharapkan memberikan alternatif solusi bagi masyarakat untuk mengolah biomassa yang ada di lahannya sebelum masa tanamn untuk lebih bernilai dan memberikan manfaat ekonomi dan ekologi. (Daops MBL/Deki).

Kegiatan pembukaan lahan baru dengan membakar hutan dapat berdampak pada

(Praktek pembuatan cuka kayu)

Senin, 18 April 2022 | 13:00 WIB

Senin, 18 April 2022 | 10:00 WIB

Senin, 18 April 2022 | 08:00 WIB

Senin, 18 April 2022 | 06:08 WIB

Minggu, 17 April 2022 | 12:42 WIB

Minggu, 17 April 2022 | 11:59 WIB

Kamis, 31 Maret 2022 | 06:00 WIB

Kamis, 24 Maret 2022 | 22:29 WIB

Kamis, 24 Maret 2022 | 16:27 WIB

Kamis, 24 Maret 2022 | 13:53 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 20:05 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 19:05 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 18:10 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 17:20 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 16:40 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 16:05 WIB

Minggu, 20 Maret 2022 | 17:00 WIB

Kamis, 17 Maret 2022 | 14:47 WIB

Kamis, 17 Maret 2022 | 14:35 WIB

Selasa, 15 Maret 2022 | 08:26 WIB


Page 2


Page 3