Karya seni apa saja yang bisa kita pamerkan?

Karya seni apa saja yang bisa kita pamerkan?
Karya seni apa saja yang bisa kita pamerkan?
Pengunjung berfoto di antara karya para seniman jalanan dalam pameran “Jiwa yang Tersembunyi”. (ROFIK SYARIF G P/JAWA POS RADAR SEMARANG)

RADARSEMARANG.ID, Magelang – Dewan Kesenian Kota Magelang mencoba mengenalkan karya seni jalanan (street art) kepada masyarakat melalui sebuah pameran yang bertajuk jiwa yang tersembunyi. Pameran ini dilaksanakan dari Jumat (1/7) sampai Minggu (10/7) di Gedung Loka Budaya Soekimin Adiwiratmoko, Kota Magelang.

Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang Muhammad Nafi mengatakan tujuan dari pameran ini untuk mengenalkan karya seni jalanan dari para seniman muda. Total ada 16 seniman muda, yang rata-rata berusia 17 sampai 23 tahun. “Mereka ini dari Kelompok Akar Kuas Magelang yang memamerkan 24 karya mural,” jelasnya kepada wartawan koran ini Minggu (3/7).

Para seniman muda ini biasa membuat karya seni di jalanan atau street art. Umumnya baru pertama kali berpameran di gedung. “Kita (DKKM) ingin memberikan ruang bagi semua seniman, sehingga mereka bisa merasakan nuansa yang berbeda. Di mana yang biasanya mereka berkarya di tembok jalanan, sekarang di dalam gedung ini,” ujarnya.

Baca juga:  Pengadilan Agama Magelang Jalin Kerja Sama Lintas Instansi

Karya mural yang ditampilkan dalam pameran ini memperlihatkan entitas-entitas dalam rangkaian hirarki sebagai wujud pemaknaan jiwa yang immaterial dan fisik yang materi-indrawi. Menurut dia, manusia sebagai pusat kosmos dapat berhubungan dengan alam materi melalui tubuh dan pancaindra serta alam spiritual melalui roh dan jiwa.

Ketua panitia pameran dan juga salah satu peserta seniman Galih mengaku menerima ajakan pameran ini karena ingin memperkenalkan kepada masyarakat bahwa street art itu tidak hanya corat-coret di jalan. Ia ingin membuktikan bahwa street art ini bukanlah sebuah vandalisme.

“Jadi kita harus melihat dan memaknai, bahwa seni yang kita lukis di jalan itu ada makna yang terkandung di dalamnya. Baik itu mengenai keadaan sekitar, maupun keadaan kota tersebut,” ujarnya.

Baca juga:  Kontes Foto Kebaya di Tengah Sawah

Galih mengaku masih banyak masyarakat yang memaknai bahwa semua coretan di tembok adalah sebuah vandalisme. Padahal tidak semua coretan di tembok itu vandalisme. Jika hanya sebuah coretan tulisan yang asal-asalan dan tidak bermakna serta di sembarang tempat itu mungkin bisa dibilang vandalisme. Namun, jika coretan di tembok itu tidak asal-asalan dan ada maknanya, itu sebenarnya seni atau karya.

“Kita tidak asal-asalan untuk mencoret di dinding, namun kita juga memilih dinding mana yang di situ diperbolehkan untuk dilukis. Terkadang kita juga meminta izin terlebih dahulu,” jelasnya.

Sementara itu, Kapolres Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang mengatakan dengan adanya pameran seperti ini dapat memberikan wadah bagi semua seniman di Magelang untuk terus berkarya. Dan ia berharap anak-anak muda yang memamerkan karya mural dalam pameran Jiwa yang Tersembunyi bisa terus berkembang dan sukses. “Mereka juga harus belajar manajemen agar bisa menjual dengan berhasil,” ujarnya. (rfk/mg1/ton)

Baca juga:  Hanya Tamu Tertentu Diterima di OHD Private

Jakarta -

Jason Ranti tak hanya dikenal sebagai musisi yang kerap menyentil masyarakat lewat lirik-liriknya lagu. Kecintaan pria yang akrab disapa Jeje terhadap musik, sastra, dan seni rupa menjadi sebuah kesatuan yang utuh.

Di awal 2022, Jason Ranti memamerkan karya seni yang diciptakannya di Ruang MES56, Jalan Mangkuyudan Nomor 53A, Yogyakarta. Eksibisi dibuka pada 7 sampai 21 Februari 2022.

Sebelum menggelar pameran tunggal, Jason Ranti diketahui menjadi seniman residensi di ruang kolektif tersebut. Ruang MES56 adalah kolektif seniman yang bekerja secara koorperatif bersama komunitas dan jejaringnya sebuah rumah yang digunakan sebagai studio kerja.

Ruang MES56 dibentuk sejak 2002 dan kerap memamerkan karya para seniman muda dengan lintas disiplin sekaligus seniman residensi di lokasi tersebut.

Pameran tunggal Jason Ranti yang berjudul Welcome itu dibagikan Ruang MES56 melalui media sosialnya.

"Setelah sering dituduh sebagai seorang musisi, kini Prof. Dr. Jason Ranti., S.Hoax membawa obsesi lain di orbit parallel hidupnya yaitu orbit seni rupa," tulis Ruang MES56, seperti dilihat detikcom.

Aktivitas bermusik dan menggambar telah ditekuni sejak kecil. Jason Ranti kerap membingkainya dengan corak yang hampir sama, yakni liar, nyeleneh, dan humoris namun tajam serta penuh penghayatan.

Setelah berkarya di studionya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Jason Ranti melakukan residensi di Ruang MES56.

"Pameran ini bisa dikatakan sebagai presentasi catatan personal seorang pengelana kehidupan, yg menangkap dan meresapi pengalaman sebagai medan pengetahuan hidup. Dan dalam bilik studio residensinya, ia secara spesifik menangkap kilatan dan hembusan kehidupan di pendek ruang dan waktunya berdialog dengan teman-teman barunya di Ruang MES 56," tulis Ruang MES 56.

Dalam catatan kuratorialnya, Arlingga Hari Nugroho menuliskan pemilihan judul pameran Welcome merujuk pada frasa selamat datang ketika berkunjung ke suatu tempat.

"Kini adalah sebuah panduan untuk mengunjungi ruang kecil seni rupa Jason Ranti. Memasuki ruang kecil ini, maka secara tidak langsung kita sedang menyelami isi hati dan pikiran Jason Ranti," tulisnya.

Jason Ranti mengeksplorasi berbagai tema yang cukup luas dan dibagi ke dalam beberapa seni. Ada seri kitab suci, istri, catur, teman, dan sebagainya.

Setiap seri mewakili hubungan antara pikiran dan pengalaman terhadap suatu hal. Misalnya saja seri kitab Suci, Jason Ranti menampilkan teks-teks gugatan atas dan dengan jargon serta representasi agama dalam kitab suci yang dipahami.

Ada juga seri istri yang menampilkan kompleksitas keintiman dan hubungannya bersama sang istri. Seri catur adalah hubungannya dengan seperangkat papan catur yang sudah dimodifikasi.

Selain itu, ada juga seri teman yang merupakan bentuk reaksi kedekatannya dengan teman-teman di sekitarnya. Sisanya adalah ide-ide yang tertangkap pada rutinitas sehari-hari.

Simak Video "Potret Malam Affandi, Pameran 32 Tahun Kematian Sang Maestro Lukis"



(tia/wes)

Seni rupa merupakan salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif yang menarik untuk dibahas. Tentu saja, seni rupa memiliki potensi besar jika dilihat dari kualitas, kuantitas, pelaku kreatif, hingga potensi pasarnya. Tidak jarang, seni rupa karya seniman tanah air membawa nama Indonesia ke tingkat internasional. Salah satu contohnya bisa dilihat dari banyaknya pameran seni rupa di Indonesia.

Sebelum membahas berbagai pameran seni rupa yang hits di Indonesia, tidak ada salahnya melihat bagaimana peran seni rupa dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia. Mengutip dari OPUS 2020, pada 2017 subsektor seni rupa turut menyumbang PDB nasional sebesar Rp2,238 Triliun.

Angka tersebut didapat berkat 26.415 orang seniman yang pekerjaannya terkait dengan sektor seni rupa. Peningkatan hingga keterlibatan Indonesia dalam ajang seni rupa baik di dalam maupun luar negeri, memberi kontribusi dari sisi peningkatan pendapatan perekonomian dalam sektor ekonomi kreatif, hingga penyerapan tenaga kerja.

Pameran Seni Rupa di Indonesia

Berbagai pencapaian-pencapaian yang diberikan subsektor seni rupa tersebut tentunya tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan Indonesia dalam berbagai pameran seni rupa. Ya, pameran seni rupa ini pun tidak hanya di tingkat nasional saja, melainkan internasional.

Berikut daftar pameran seni rupa yang paling hits di Indonesia hingga menyita perhatian mancanegara.

Art Jog

Berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Art Jog menjadi salah satu wadah seniman dalam dan luar negeri dalam memamerkan karya-karyanya. Pameran seni rupa yang diadakan pertama kali pada 2008 ini menjadi salah satu ruang yang mempertemukan gagasan menarik dalam kesenian dan kreativitas.

Tidak hanya menampilkan karya dari puluhan seniman dalam dan luar negeri, Art Jog juga berhasil menarik minat para pengunjung, baik itu wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Selain sebagai pameran seni rupa, Art Jog turut menghadirkan seniman, kurator, workshop, hingga pertunjukan musik serta tarian kontemporer dan penjualan souvenir seni.

Karya seni apa saja yang bisa kita pamerkan?

Art Jakarta

Sama halnya dengan Yogyakarta, Jakarta juga memiliki pameran seni yang tergolong hits di Indonesia, yaitu Art Jakarta. Sejak pertama kali diadakan pada 2009, Art Jakarta menjadi pameran seni tahunan yang turut diminati banyak pengunjung. Art Jakarta selalu berusaha menghadirkan berbagai karya seni Indonesia dan internasional dari berbagai galeri seni.

Mulai dari lukisan, instalasi, patung, hingga berbagai macam karya seni menarik lainnya. Tidak mengherankan jika Art Jakarta dikenal memiliki pengaruh cukup besar dalam dunia seni kontemporer kelas internasional.

Jakarta Biennale

Kegiatan pameran seni rupa yang hits di Indonesia selanjutnya adalah Jakarta Biennale. Jakarta Biennale adalah pameran seni rupa kontemporer yang juga diadakan di ibu kota Indonesia, Jakarta. Pameran seni ini selalu menampilkan berbagai karya seni rupa dari puluhan seniman Indonesia dan internasional.

Awalnya pameran seni ini sudah diselenggarakan sejak 1968, dengan nama Pameran Besar Seni Lukis Indonesia. Kemudian mengalami perubahan nama pada 1975 menjadi Jakarta Biennale (lukisan) dan Biennale Seni Rupa pada 1993. Lalu, berhenti sejenak 1998. Memasuki 2006, pameran seni rupa ini kembali muncul dengan nama Jakarta Biennale hingga sekarang.

Indonesian Contemporary Art & Design

Satu lagi pameran seni Indonesia yang tidak boleh dilewatkan, yaitu Indonesian Contemporary Art & Design. Cukup unik, pameran seni yang satu ini menjadi pameran yang memprakarsai kolaborasi antara desain, seni, teknologi; hingga melibatkan berbagai desainer, fotografer, pelukis, dan masih banyak lagi.

Diselenggarakan sejak 2009, Indonesian Contemporary Art & Design menjadi salah satu pemeran berskala besar yang memamerkan desain dan seni kontemporer di Indonesia. Bahkan, diadakannya Indonesia Contemporary Art & Design setiap tahunnya akan mengajak kita menggali berbagai kearifan lokal Indonesia secara kontemporer.

Foto: Shutterstock/Rifki Alfirahman