Jelaskan terjemahan dan isi kandungan ayat tersebut * gambar tanpa teks

Ilustrasi surat Al Furqan ayat 67 dalam Al Quran. Foto: iStock

Dalam Islam, umat Muslim diajarkan untuk hidup dalam kesederhanaan dan tidak bertindak secara berlebihan, termasuk dalam menggunakan hartanya. Perintah ini telah tertulis langsung dalam Al Quran, tepatnya pada surat Al Furqan ayat 67.

Surat Al Furqan merupakan surat ke-25 dalam kitab suci Al Quran. Surat ini terdiri atas 77 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Nama Al Furqan diambil dari ayat pertama surat ini yang memiliki arti pembeda.

Lalu, bagaimana bacaan surat Al Furqan ayat 67? Apa isi kandungan dari ayat tersebut? Selengkapnya, simak penjelasan berikut.

Bacaan Surat Al Furqan ayat 67

Berikut bacaan surat Al Furqan ayat 67 dilengkapi dengan latin dan artinya.

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

Wallaziina izaaa anfaquu lam yusrifuu wa lam yaqturuu wa kaana baina zaalika qawaamaa.

Artinya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.”

Ilustrasi membaca Al Quran. Fo

Isi Kandungan Surat Al Furqan Ayat 67

Mengutip buku Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi oleh Dr. H. Azhari Ahmad Tarigan, M.Ag. (2012), surat Al Furqan ayat 67 memiliki keterkaitan yang erat dengan makna al-iqtishad dan al-muqtashid yang mengandung arti penghematan dan tidak berlebih-lebihan. Artinya, ayat tersebut mengajarkan umat Muslim untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam membelanjakan harta mereka.

Sementara itu, dikutip dari jurnal berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Surat Al-Furqon Ayat 63-67 oleh Umi Rochmatul Ummah (2017), dalam tafsir al-Maraghi dan tafsir An-nuur, keduanya menuliskan bagaimana sifat seorang mukmin dalam membelanjakan dan menggunakan harta yang dimilikinya seperti yang telah Allah wahyukan dalam ayat tersebut.

Hamba Allah yang benar-benar mukmin tidak akan melampaui batas atau berlebihan dalam mengeluarkan hartanya. Mereka juga tidak berlaku kikir terhadap diri sendiri maupun keluarga. Mereka mengeluarkan nafkah secara seimbang, tidak berlebihan dan tidak kekurangan.

Tak sampai di situ, ayat ini juga berisi anjuran Rasulullah supaya umatnya berhemat dalam mengelola harta yang dimiliki. Seseorang dengan harta yang dapat mencukupi kebutuhannya agar menyisihkan sebagian harta itu untuk menjalankan amalan sunnah. Misalnya seperti berinfak tetapi tetap dalam batasan yang wajar dan tidak berlebihan, disesuaikan dengan kondisi masing-masing serta situasi yang dihadapi.

2 dari 4 halaman

Jelaskan terjemahan dan isi kandungan ayat tersebut * gambar tanpa teks
© Shutterstock

Tafsir surat Al Hujurat ayat 10 menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Asy Syawi akan dijelaskan berikut ini.

“ Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” Firman ini menunjukkan sebuah perjanjian yang ditunaikan Allah di antara sesama orang-orang beriman. Siapapun orang yang berada di belahan timur maupun barat yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-Nya, serta beriman kepada hari akhir, maka mereka adalah saudara orang-orang yang beriman.

Tentu persaudaraan ini mengharuskan orang-orang mencintai saudara lainnya sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri. Oleh sebab itu Rasulullah Saw telah memerintahkan umat muslim untuk bersaudara atas adasar keimanan. “ Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzalimi dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sementara itu dalam hadis lainnya disebutkan, “ Seorang mukmin bagi mukmin yang lain itu seperti bangunan yang saling menguatkan satu dengan lainnya,” lalu beliau SAW menyilangkan jari-jarinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada manusia untuk menunaikan hak-hak kaum mukmin satu sama lain yang bisa mewujudkan persatuan, saling mencintai, dan saling menyambung di antara mereka. Semua itu dimaksudkan untuk memperkokoh hak sesama manusia.

Maka dari itu apabila terjadi perpecahan di antara sesama muslim yang bisa menyebabkan perpecahan hati, saling membenci, serta membelakangi satu sama lain, maka hendaklah kaum mukmin yang lain mendamaikan saudara-saudaranya serta berusaha melenya[kan kedengkian di antara mereka yang berperang.

Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk bertakwa secara umum serta menyebutkan kasih sayang sebagai akibat dari menunaikan ketakwaan serta hak-hak kaum mukminin.

Allah berfirman, “ supaya kamu mendapat rahmat.” Jika sudah mendapatkan rahmat, maka kebaikan dunia dan akhirat pun didapatkan oleh mereka. Hal ini menunjukkan bahwa tidak menunaikan hak-hak kaum mukmin merupakan salah satu penyebab terbesar terhalangnya rahmat.

Jelaskan terjemahan dan isi kandungan ayat tersebut * gambar tanpa teks

Surat Ali Imran (آل عمران) adalah surat ke-3 dalam Al Quran. Apa saja isi kandungan surat Ali Imran ayat 190-191, berikut ini penjelasannya.

Terjemahan Surat Ali Imran Ayat 190-191

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ  . الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 190-191)

Baca juga: Isi Kandungan Surat At Taubah Ayat 105

Intisari Tafsir Surat Ali Imran Ayat 190-191

Surat Ali Imran ayat 190-191 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. Ulil albab yang diterjemahkan sebagai orang-orang berakal memiliki dua ciri utama yakni dzikir dan pikir.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, melalui Surat Ali Imran ayat 190, Allah mengarahkan hamba-Nya untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Dia mengarahkan agar hamba-Nya mempergunakan pikirannya dan memperhatikan pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah.

Orang yang mampu memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka itulah ulul albab. Yang menurut Ibnu Katsir, mereka adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi memiliki kecerdasan. Sedangkan menurut Sayyid Qutb, mereka adalah orang-orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar.

Surat Ali Imran ayat 191 menjelaskan ciri-ciri ulul albab. Bahwa ulul albab adalah orang yang banyak berdzikir dan berpikir. Ia berdzikir dalam segala kondisi baik saat berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga mentafakkuri (memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan bahwa Allah menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun berdoa kepada Allah, memohon perlindungan dari siksa neraka.

Baca juga: Ayat Kursi

Isi Kandungan Surat Ali Imran Ayat 190-191

Berikut ini isi kandungan Surat Ali Imran ayat 190-191 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.

  1. Surat Ali Imran ayat 190 menegaskan bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda kekuasaan Allah.
  2. Tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini –termasuk dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantiang malam dan siang- hanya diketahui oleh ulul albab.
  3. Surat Ali Imran ayat 191 menjelaskan dua ciri ulul albab. Yakni berdzikir dan berpikir. Ulul albab selalu ingat kepada Allah dalam segala kondisi dan ulul albab juga mempergunakan akalnya untuk bertafakkur, memikirkan penciptaan alam semesta.
  4. Tafakkur atau berpikir yang benar akan mengantarkan pada kesimpulan bahwa Allah menciptakan alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya tidak ada yang sia-sia. Semuanya benar, semuanya bermanfaat.
  5. Tafakkur atau berpikir yang benar juga melahirkan kedekatan kepada Allah, mengakui kelemahan makhluk dan mengakui kekuasaan Allah,  serta memperbanyak doa kepada-Nya.

Demikian isi kandungan Surat Ali Imran ayat 190-191. Semoga bermanfaat dan memotivasi kita untuk banyak berdzikir dan berpikir sehingga menjadi ulul albab yang dipuji Allah. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/WebMuslimah]

*Untuk tafsir lengkap, bisa dibaca di artikel Surat Ali Imran Ayat 190-191