Dampak positif yang ditimbulkan dari konversi lahan pertanian menjadi Lahan industri adalah

Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah dan pertumbuhan penduduk. Perkembangan industri dan manufaktur yang terdapat di Kecamatan Ceper merupakan representasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian, yang akan mempengaruhi perkembangan wilayah, dan berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Permasalahan yang muncul apakah pengaruhnya berdampak positif atau justru berdampak negatif bagi masyarakat. Kajian ini mengidentifikasi berbagai macam karakteristik dari proses alih fungsi lahan, mengidentifikasi faktor � faktor penyebab alih fungsi lahan, dan menganalisa perbandingan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah terjadi alih fungsi lahan di Kecamatan Ceper. Metode yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif kuantitatif menggunakan perbandingan tabulasi silang (crosstab). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus. Alat penelitian yang digunakan yaitu citra foto udara tahun 2016 untuk plotting lokasi lahan yang beralih fungsi, serta kuisioner untuk memperoleh data primer di lapangan. Unit penelitian yang dikaji adalah masyarakat pemilik lahan pertanian yang beralih fungsi. Analisis Tabulasi silang dilakukan menggunakan indikator karakteristik dan proses alih fungsi lahan, indikator penyebab alih fungsi lahan, serta indikator kondisi sosial dan ekonomi masyarakat untuk mengetahui perbandingkan kondisi wilayah dan masyarakat sebelum dan sesudah terjadi alih fungsi lahan. Hasil penelitian menunjukkan proses alih fungsi lahan sebagian besar dilakukan oleh Investor dari luar daerah (PT). Proses negosiasi kesepakatan harga sebagian besar langsung dengan pemilik lahan tanpa perantara makelar. Lahan yang paling banyak beralih fungsi adalah sawah, pada tahun 2014 � 2015 dengan harga jual lahan berkisar 600 juta rupiah sampai 800 juta rupiah untuk lahan pertanian dengan luas 2000 m2 sampai 2500 m2. Faktor utama penyebab alih fungsi lahan adalah nilai harga jual yang tinggi serta lokasi lahan yang strategis. Untuk kondisi sosial perubahan signifikan hanya pada kondisi keamanan, dimana tingkat kerawanan kecelakaan lalu lintas bertambah besar setelah terjadi alih fungsi lahan. Secara mikro, alih fungsi lahan tidak mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat pemilik lahan, karena hanya terdapat proses alih kekuasaan harta/asset dari yang sebelumnya berbentuk lahan berubah menjadi uang yang diwariskan kepada anak/keluarga pemilik lahan. naiknya pendapatan masyarakat setelah menjual lahan berbanding lurus dengan bertambah tingginya pengeluaran untuk pemenuhan berbagai kebutuhan rumah tangga. Sedangkan dampak positif secara makro dari alih fungsi lahan berupa tersedianya lowongan kerja baru untuk bekerja di pabrik, serta terdapat berbagai peluang usaha baru disekitar pabrik industri dari lahan yang beralih fungsi seperti warung dan pertokoan.

Land conversion from agricultural land into built area is a consequence of regional development and population growth. The development of various industry and manufacture existed in Kecamatan Ceper is a representation of agricultural land conversion that will affect regional development and also social-economic condition of society. Problems arised is whether it created positive impact or negative impact towards society. This research identifies various characteristics from land conversion, identifies the factors that causing land conversion, and analyzes the social and economic condition of society, before and after land conversion happened in Kecamatan Ceper. The method used is quantitative descriptive statistik analysis, using crosstabs. Sampling technique used is sensus method. While the tools used in this research is satellite imagery taken on 2016. Both are used to plot the land location that change. Other instrument needed are questionnaire to get primary data in research location. Research unit is society owning agricultural land that change. Crosstabs analysis done using indikator of characteristic and land conversion process, indikator of land conversion factors, and also indikator of social and economic condition of society, before and after land conversion happened. The result shows that the process of land conversion mostly conducted by limited liability company and investor coming from outside the region. Negotiation process of value agreement mostly conducted directly by land owner without mediator. Land conversion dominated by ricefield, changed mostly on 2014-2015 with the value between 600 million rupiahs till 800 million rupiahs for agricultural land with area of 2000 m2 till 2500 m2. The main factors causing land conversion are high value/high selling price and strategic land location. For social condition, the significant change is on security condition, where the vulnerability level of traffic accident is getting bigger after the land conversion. Generally, land conversion does not affect the economic condition of the land-owning community, there is only a process of asset transfer from the former into inherited money to the another landowner's family. the rising income after selling the land is directly proportional to the increased expenditure for the fulfillment of various household needs. Positive impact is new job vacancy, and there are a lot of food stalls and new shopping blocks around industrial factory from the agricultural land that is already changed.

Kata Kunci : Alih fungsi lahan, lahan pertanian, industri, kondisi sosial dan ekonomi, masyarakat penjual lahan

Jakarta -

Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman tanpa pengawasan dapat berdampak negatif bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Apa saja dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman?

Alih fungsi lahan atau konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula atau yang seperti direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri, seperti dikutip dari buku Perubahan Alih Fungsi Lahan oleh Fauziyah, S.H., M.H. dan Muh. Iman, S.H., M.H.

Alih fungsi lahan merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan wilayah yang merespons pertambahan penduduk. Hal ini tampak dari alih fungsi lahan sawah menjadi lahan pemukiman perkotaan. Sebagian besar alih fungsi lahan tersebut menunjukkan ketimpangan penguasaan lahan yang didominasi pemilik izin mendirikan bangunan pemukiman, baik secara horizontal (real estate) atau vertikal (apartemen).

Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yakni sebagai berikut.

1. Turunnya produksi pertanian

Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yaitu produktivitas pangan akan menjadi berkurang atau menurun, seperti dikutip dari buku Xplore Ulangan Harian SMP/MTs Kelas 8 oleh Tim Foton Edukasi.

Lahan pertanian yang menjadi lebih sempit karena alih fungsi menyebabkan hasil produksi pangan juga menurun, seperti makanan pokok, buah-buahan, sayur, dan lain-lain.

2. Hilangnya kesempatan petani

Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman membuat petani kehilangan kesempatan untuk menggarap lahannya secara berkelanjutan dan menjadikannya mata pencaharian. Petani juga jadi kehilangan kesempatan untuk mendapat manfaat panen atau hasil pertaniannya, baik untuk keluarga sendiri atau untuk dijual.

3. Investasi pemerintah di bidang pengairan jadi tidak optimal

Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman selanjutnya yakni investasi pemerintah di bidang pengairan jadi tidak optimal. Sarana dan prasarana dalam irigasi yang sudah didanai pemerintah jadi tidak difungsikan optimal karena sebagian sasarannya kini tidak lagi lahan pertanian, tetapi pemukiman.

4. Berkurangnya ekosistem sawah

Berkurangnya ekosistem sawah di antaranya disebabkan oleh pembangunan pemukiman penduduk, industri, pertokoan, dan pariwisata. Ekosistem sawah yang berkurang karena alih fungsi lahan menjadi pemukiman meliputi komponen biotik dan abiotik.

Sebagai informasi, contoh komponen biotik sawah yaitu tumbuhan seperti padi dan jagung, serangga, burung, dan keong. Sementara itu, komponen abiotik sawah yaitu seperti cahaya matahari, suhu, air, angin, batu, dan kelembaban tanah.

Nah, jadi dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman yaitu produktivitas pangan akan menjadi berkurang atau menurun, di samping dampak-dampak di atas lainnya. Selamat belajar ya, detikers.

Simak Video "Upaya Indonesia Bersihkan Sampah yang Mengancam Ekosistem Mangrove"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/pal)


KOMPAS.com – Di suatu desa telah berdiri sebuah pabrik kertas di atas lahan sawah petani. Dampak negatif konversi lahan pertanian menjadi industri bagi desa tersebut adalah sebagai berikut!

Dampak negatif konversi lahan pertanian menjadi lahan industri

Berkurangnya produksi pangan

Dampak pertama yang terasa dari konvensi lahan pertanian menjadi lahan industri adalah berkurangnya produksi pangan. Alih fungsi lahan akan membuat sawah dan lahan pertanian lainnya semakin sempit, secara otomatis lahan pertanian semakin sedikit.

Kerentanan pangan

Dilansir dari Food and Agriculture Organization of the United Nations, pada tahun 2050 diperkirakan akan terjadi peningkatan 70 persen kebutuhan pangan global. Namun, jika lahan pertanian terus dialihfungsikan menjadi lahan industri maka kebutuhan pangan tidak akan tercukupi.

Bila hal ini terus dibiarkan, produksi pangan akan semakin sedikit sedangkan kebutuhan pangan semakin meningkat. Akhirnya, akan terjadi kerentanan pangan yang berujung pada kelaparan.

Baca juga: Berkurangnya Ketersediaan Ruang dan Lahan

Meningkatnya harga pangan

Harga pangan kerap naik ketika permintaan tinggi. Konvensi lahan pertanian menjadi insutri menurunkan produksi pangan. Persediaan pangan akan semakin sedikit dan mengakibatkan naiknya harga pangan.

Berkurangnya daerah resapan air

Dilansir dar World Wild Life, setelah dari lapisan tanah planet ini telah hilang dalam 150 tahun terakhir. Konvensi lahan pertanian ke industri adalah salah satu penyebabnya.

Lahan pertanian yang dibangun industri akan mengurangi permukaan tanah, akibatnya daerah resapan air akan berkurang. Ketika hujan besar, tanah yang hilang tidak akan bisa lagi menahan air sehingga dapat mengakibatkan banjir.

Berkurangnya pasokan air tanah

Ketika lahan pertanian masih luas, sumur air juga mata air tanah mengandung banyak air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, ketika lahan pertanian digantikan menjadi lahn industri tidak jarang sumur dan mata air mengering.

Hal tersebut dikarenakan tidak adanya tanah untuk meresap air hujan. Sehingga, batuan penyimpan air (akuifer) menjadi lebih kosong dan pasokan air bersih berkurang.

Baca juga: Pengertian Akuifer dan Macamnya

Kerusakan ekosistem

Lahan pertanian merupakan suatu ekosistem yang ditinggali banyak makhluk hidup. Misalnya, ekosistem sawah memiliki berbagai rantai makanan yang membentuk jaring-jaring makanan. Ada belalang yang dimakan katak, katak yang dimakan ular, ular yang dimakan elang, dan sebagainya.

Namun ketika lahan pertanian diubah menjadi lahan industri, ekosistem menjadi rusak. Para hewan dan tumbuhan terusir dari habitatnya dan tidak ada lagi ekosistem di sana.

Pencemaran

Konversi lahan pertanian menjadi industri akan menghasilkan pencemaran. Industri mengemisikan berbagai polutan yang menghasilkan polusi udara, polusi tanah, polusi air, dan juga polusi suara.

Polusi tersebut merusak lingkungan dan memberikan dampak buruk bagi manusia. Udara desa yang awalnya bersih, sejuk, dan segar, ketika dipenuhi dengan industri dapat berubah menjadi pengap, panas, dan membawa berbagai macam penyakit.

Baca juga: Penyebab Polusi Udara di Kota Besar

Dilansir dari World Health Organization, polusi udara membunuh sekitar tujuh juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Hal tersebut karena polusi udara mengakibatkan berbagai penyakit pernafasan dan penyakit organ dalam lainnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.