Contoh Dialog KOMUNIKASI TERAPEUTIK pada Pasien Remaja


Contoh Dialog Komunikasi Terapeutik berikut ini adalah contoh komunikasi terapeutik kepada lansia khususnya pasien yang mengalami hipertensi. Dialog kami sajikan dari fase persiapan atau fase pra interaksi, tahap perkenalan, tahap kerja, sampai pada tahap akhir yakni tahap terminasi. Berikut penjelasan dan contoh dialognya:

1. Fase Pra Interaksi (Fase Persiapan)

Sebelum berjumpa dengan pasien sebaik nya perawat mengetahui terlebih dahulu berbagai hal diantaranya: indentitas, alamat, pekerjaan dan penyakit yang saat ini sedang diderita oleh pasien, sehingga perawat pada tahap ini secara tidak langsung sudah berkenalan dengan pasien.

2. Tahap Orientasi (Tahap Perkenalan)

Pada tahap ini perawat sudah datang dan bertatap langsung dengan pasien dengan melihat kondisinya secara langsung. Fase ini disebut juga dengan fase perkenalan. Adapun contoh dialognya adalah sebagai berikut:
 

Perawat : Selamat pagi ibu….
Pasien    : Pagi ………..
Perawat : Apa ini benar dengan ibu Yani ……….?
Pasien    : Ia benar na …..
Perawat : Perkenal kan bu’ saya perawat Agus…. Saya yang akan memeriksa ibu pagi hari

               menggantikan piket nya perawat Nining yang biasa 

               memeriksa ibu’…. (senyum lalu bertanya) “ Bagaimana keadaan ibu hari ini …?
Pasien    : Oh iya…., keadaan saya hari ini udah sedikit mendingan dari yang kemarin…
perawat : syukur deh bu…. berarti itu tanda nya ibu akan segera pulih kembali

Pada tahap ini walaupun kita telah mengetahui nama pasien akan tetapi agar lebih dekat sebaiknya kita kembali menanyakan nama pasien, inilah titik awal kerja sama antar perawat dengan pasien.

3. Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari komunikasi terapeutik. Pada tahap ini sudah masuk pada rencana apa yang akan kita berikan sebagai seorang perawat.

Perawat : Apakah saya bisa mula memeriksa ibu’……
Pasien    : iya bisa na Agus ……
Perawat : Saya akan memulai dengan memeriksa tekanan darah ibu

               Bisa kah ibu menjulur kan tangan ibu..
Pasien    : Oh iya bisa na….
Perawat : tekanan darah ibu saat ini 120/80 MmHg ….. lebih baik dari kemarin… 

               yang saya lihat di catatan darah ibu’ 140/90 MmHg..
Pasien    : oohh iya ….? akan tetapi saya sedikit takut karna kepala saya 

              sampai saat ini masih terasa pusing seperti beputar – putar …. 

              Apakah itu tak mengapa ?
Perawat : ooohhh ngga’ kok bu’ itu adalah hal yang wajar akan tetapi seiring
              dengan waktu rasa pusing yang ibu rasa kan akan perlahan–lahan hilang.
Pasien    : Apakah sebaik nya itu tidak diberikan obat saja oleh dokter na Agus…. ?
Perawat : Oohh ngga’ perlu di berikan obat itu bu’ karna ditakutkan jika ibu banyak

               mengonsumsi obat bukan malah sembuh penyakit ibu akan tetapi lebih parah….
Pasien    : Ohh ya na… ? baik lah …. Jika begitu terima kasih untuk saran nya ….
Perawat  : Sama – sama ibu ….

4. Tahap Terminasi

Tahapan Ini merupakan akhir dari pertemuan, dimana seorang perawat harus berpisah dengan seorang pasien.

Perawat : Apakah ibu masih ingin bertanya ….
Pasien    : Tidak na Agus….
Perawat : baiklah, jika ibu sudah tidak ingin bertanya lagi maka saya izin permisi ya ibu, 

               nanti saya akan sering-sering melihat perkembangan ibu.
Pasien    : Baik na ….
Perawat : Permisi ibu, selamat pagi….
Pasien    : Selamat pagi….

Demikian secara sederhana contoh dialog komunikasi terapeutik pada lansia yang pada contoh kali ini adalah dialog komunikasi terapeutik pada pasien hipertensi.


Ari Gunawan - Komunikasi Terapeutik pada Remaja

Contoh Dialog KOMUNIKASI TERAPEUTIK pada Pasien Remaja

My Widget

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan untuk melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap anak terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai mengalami beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka sendiri secara individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi tekanan dari teman sebayanya, mengalami ketertarikan pada lawan jenis, dan lain sebagainya. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk mengatasinya?

Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat dilakukan. Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak-anak sangat penting dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin dengan baik. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif orang tua perlu memahami karakteristik remaja.

Sebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua dan remaja. Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja, dan selanjutnya orang tua bisa diberitahukan cara mengatasi masalah anaknya. Agar tindakan yang diberikan perawat bisa berjalan lancar, perawat perlu menerapkan strategi pelaksanaan di setiap tindakan keperawatan. Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai komunikasi terapeutik pada klien remaja.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah dalam makalah ini dirumuskan menjadi lima pertanyaan.

1.      Bagaimana perkembangan komunikasi remaja?

2.      Apa tujuan komunikasi remaja?

3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja?

4.      Apa saja teknik komunikasi pada remaja?

5.      Bagaimana penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja?

C.    Tujuan

Berdasarkan latar belakang, tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui:

1.      perkembangan komunikasi remaja;

2.      tujuan komunikasi remaja;

3.      faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja;

4.      teknik komunikasi remaja;

5.      penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada remaja;



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Komunikasi Remaja

Fase Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian pola piker dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas dan stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan/atau orang dewasa yang ia percaya terutama orang tua dan termasuk juga perawat yang selalu bersedia menemani dan mendengarkan keluhannya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan hal  yang prinsip untuk diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya, jangan memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan pikirannya, menghargai pandangan remaja serta menerima perbedaan. Hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya, hindari mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan yang menyelidiki atau interogasi. Kita harus menghormati privasinya dan berikan dukungan atas hal yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan reinforcement positif.

B.     Tujuan Komunikasi Remaja

Tujuan melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah sebagai berikut.

1.      Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja

2.      Membentuk suasana keterrbukaan dan mendengar

3.      Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah

4.      Membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara

5.      Membantu remaja menyelesaikan masalah

C.    Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Remaja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja, yaitu sebagai berikut.

1.      Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara efektif

2.      Pengetahuan

Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif

3.      Sikap

Bila komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak berlangsung efektif

4.      Usia tumbang dan status kesehatan remaja

Bila ingin berkomunikasi, maka harus sesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi tersebut berlangsung efektif

5.      Saluran

Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke komunikan dengan baik

6.      Lingkungan

D.    Teknik Komunikasi pada Remaja

Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, yaitu sebagai berikut.

1.      Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedangberada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan cara memberikan komentar tentang sesuatu.

2.      Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.

3.      Memfasilitasi

Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.

4.      Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.

5.      Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.

6.      Penggunaan skala

Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

7.      Menulis

Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan diam.

E.     Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada Remaja

Strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah remaja dapat diberikan kepada remaja itu sendiri sebagai klien dan diberikan kepada orang tua remaja.

1.      Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada remaja

Fase orientasi:

a.       Salam terapeutik

Selamat pagi/siang/malam adik. Dik perkenalkan saya suster Ana Susanti, adik bisa panggil saya suster Ana, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika boleh tahu nama adik siapa? Ramlan? Nama yang sangat bagus.

b.      Evaluasi/validasi

Baiklah Dik Ramlan, bagaimana keadaannya sekarang? Sudah lebih membaik? Syukurlah kalau begitu.

c.       Kontrak topik, waktu, tempat

Nah Dik Ramlan, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah adik dan mengenai kecelakaan yang adik alami? Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 20 menit cukup? Baiklah. Dimana kita akan berbincang-bincang? Disini saja? Baiklah Dik Ramlan

Fase kerja:

Nah Dik Ramlan sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa terjadi kecelakaan? Saya akan mendengarkannya dengan baik. Jadi dik ramlan ini kecelakaan gara-gara balapan motor? Kenapa Dik Ramlan bisa ikut balapan motor? Apakah orang tua adik mengetahui kalau adik sering ikut balapan motor? Lalu? Jadi adik ikut balapan karena orang tua jarang memperhatikan adik? Saya mengerti apa yang Dik Ramlan rasakan. Nah berdasarkan apa yang adik jelaskan tadi, saya bisa pahami kalau masalah Dik Ramlan itu karena jarang berkomunikasi dan mendapat perhatian dari orang tua, apa benar seperti itu? Iya, mungkin itu penyebab masalah adik, tetapi kalau saya boleh berikan pemahaman, yang perlu Dik Ramlan ingat adalah orang tua Adik itu sibuk bekerja untuk mecukupi kebutuhan adik juga. Itu karena mereka sayang dengan adik. Tapi nanti saya juga akan beritahukan kepada orang tua adik agar memberikan sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke adik ya. Nah kalau boleh saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut balapan liar, karena seperti yang adik rasakan sekarang gak enak kan rasanya? Nah sebaiknya Dik Ramlan melakukan hal-hal yang positif mumpung masih muda, seperti mengembangkan hobi yang adik miliki, bermain musik, belajar yang giat, siapa tahu adik bisa berprestasi, tentunya akan membanggakan orang tua dan secara otomatis mereka pasti akan lebih perhatian dengan adik.

Fase terminasi:

a.       Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Bagaimana perasaan Dik Ramlan sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah adik masih ingat pesan saya tadi? Bagus sekali, adik sudah mengingatnya dengan baik

b.      Tindak lanjut klien

Nah Dik Ramlan untuk sekarang bisa beristirahat terlebih dahulu ya

c.       Kontrak yang akan datang yaitu topik, waktu, tempat

Sebentar lagi saya akan kembali ke sini ya dik, saya akan memindahkan Dik Ramlan ke ruangan perawatan, tentunya setelah urusan administrasi selesai ya. Terimakasih atas perhatian adik. Selamat malam.

2.      Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada orang tua

Fase orientasi:

a.       Salam terapeutik

Selamat pagi/siang/malam ibu. Bu perkenalkan saya suster Ana Susanti, ibu bisa panggil saya suster Ana, saya yang bertugas pada pagi/siang/mala ini. Jika boleh tahu nama ibu siapa? Ibu Susi? Nama yang sangat bagus.

b.      Evaluasi/validasi

Baiklah Ibu Susi, bagaimana keadaan anaknya sekarang? Sudah lebih membaik? Syukurlah kalau begitu.

c.       Kontrak topik, waktu, tempat

Nah Ibu Susi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah anak ibu? Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berbincang-bincang? 20 menit cukup? Baiklah. Dimana kita akan berbincang-bincang? Disini saja? Baiklah Ibu Susi

Fase kerja:

Boleh ibu jelaskan bagaimana kebiasaan ibu dan keluarga di rumah dengan Ramlan? Saya mengerti dengan keadaan ibu. Anak usia remaja seperti Ramlan ini terkadang perlu pengawasan yang lebih Bu Susi, karena mereka pada usia ini sangat memerlukan pendampingan, karena jika dibiarkan tanpa pengawasan takutnya anak salah memilih pergaulan. Iya bagus sekali komitmen Ibu Susi kalau begitu, nah akan lebih baik lagi jika Ibu sering berkomunikasi dengan Ramlan bu. Apakah ibu tahu bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dengan keluarga? Jadi ibu belum tahu? Baiklah akan saya jelaskan. Pada usia remaja sebaiknya anak dianggap seperti sahabat, artinya Ibu perlu melibatkan, mendengarkan dan menghargai pendapat dia dan mengarahkan hal-hal yang kurang baik. Apakah ibu mengerti maksud saya? Iya bagus sekali Ibu Susi.

Fase terminasi:

1.      Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Bagaimana perasaan Ibu Susi sekarang? Semoga bermanfaat. Nah apakah ibu masih ingat pesan saya tadi? Bagus sekali, ibu sudah mengingatnya dengan baik

2.      Tindak lanjut klien

Nah Ibu Susi sekarang dan selanjutnya bisa mencoba untuk membangun komunikasi yang lebih baik dengan Ramlan ya.

3.      Kontrak yang akan datang yaitu topik, waktu, tempat

Ibu Susi untuk sekarang bisa ikut saya sebentar ke ruang perawat. Kita akan membahas mengenai administrasi Ramlan kurang lebih 10-15 menit. Mari ibu, ikut saya.

ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN REMAJA

Ilustrasi:

Suatu hari seorang pemuda yang berusia 16 tahun yang bernama Ramlan mengikuti balap motor liar di jalan Ciliwung bersama teman-temannya, namun naas Ramlan mengalami kecelakaan yang menyebabkan kaki dan tangannya luka. Seorang laki-laki yang tepat melihat kejadian itu langsung membawa Ramlan ke IGD RSWB. Perawat dan dokter kemudian langsung memberikan penanganan kepada Ramlan. Setelah diberikan penanganan, kondisi Ramlan membaik dan dia masih ditempatkan di ruangan IGD karena keluarganya belum datang. Perawat Ana kemudian menghampiri Ramlan untuk menanyakan kondisinya.

Perawat Ana   : “Selamat malam” (Tersenyum).

Ramlan            : “Malam suster” (Termenung)

Perawat Ana   : "Dik, perkenalkan saya perawat Ana Susanti, Adik bisa panggil saya suster Ana. Saya perawat yang bertugas pada malam ini. Jika boleh tahu nama Adik siapa?”

Ramlan            : “Nama saya Ramlan Raharjo suster, suster panggil saja Ramlan”

Perawat Ana   : “Baiklah Dik Ramlan, bagaimana keadaannya sekarang?”

Ramlan            : “Ya masih begini-begini saja sus”

Perawat Ana   : “Maaf Dik Ramlan, bisa dijelaskan lagi maksud dari kata masih begini-begini saja itu apa?”

Ramlan            : “Begini sus, tangan dan kaki saya masih sedikit sakit, tetapi saya rasakan sudah lebih membaik setelah diberi tindakan tadi”

Perawat Ana   : “Saya mengerti yang anda rasakan Dik Ramlan. Nah bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai masalah Adik, dan mengenai kronologis kecelakaannya. Apakah Dik Ramlan bersedia?”

Ramlan            : “Hmmm….” (Ragu-ragu)

Perawat Ana   : “Dik Ramlan bisa menceritakannya kepada saya, saya akan berusaha semampu saya untuk membantu” (Mempertahankan kontak mata, sedikit membungkuk, bersikap terbuka)

Ramlan            : “Baiklah saya bersedia suster Ana”

Perawat Ana   : “Nah kalau begitu kita disini akan berbincang-bincang selama kurang lebih 20 menit ya Dik Ramlan?”

Ramlan            : “Iya suster”

Perawat Ana   : “Nah Dik Ramlan sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa terjadi kecelakaan? Saya akan mendengarkannya dengan baik”

Ramlan            : “Hmm… Anu suster, tadi itu saya balapan motor dengan teman-teman saya, nah pas tikungan ban motor saya kepleset dan akhirnya saya seperti ini” (Menggaruk-garuk kepala)

Perawat Ana   : “Jadi Dik Ramlan ini kecelakaan gara-gara balapan motor?”

Ramlan            : “Hehe… Iya suster” (Menggaruk-garuk kepala)

Perawat Ana   : “Kenapa Dik Ramlan bisa ikut balapan motor?”

Ramlan            : “Ya beginilah anak muda suster, biar dibilang gaul gitu loh”

Perawat Ana   : “Nah, terus apakah orang tua Dik Ramlan mengetahui kalau Adik sering ikut balapan?”

Ramlan            : “Orang tua saya itu tidak peduli dengan saya”

Perawat Ana   : (Diam dan mempertahankan kontak mata)

Ramlan            : “Mereka itu sangat jarang di rumah suster, mereka sibuk sendiri dengan pekerjaan mereka”

Perawat Ana   : “Lalu?”

Ramlan            : “Ya saya cari kesibukan juga dong, mendingan saya kumpul dengan anak motor daripada saya dirumah sumpek sendiri”

Perawat Ana   : “Jadi apakah Dik Ramlan sering ikut balapan karena orang tua Adik jarang memperhatikan Adik?”

Ramlan            : “Iya bisa dibilang begitu suster, Apalagi mereka itu galak, kerjaannya ceramahi saya terus. Ya saya jadi kurang betah di rumah”

Perawat Ana   : “Iya, saya mengerti apa yang Dik Ramlan rasakan. Kalau saya perhatikan Adik dari tadi bisa tersenyum menjawab pertanyaan saya, tapi saya rasa ada yang Adik pikirkan”

Ramlan            : “Iya benar suster” (Menunduk)

Perawat Ana   : “Apa yang adik pikirkan kalau begitu?”

Ramlan            : “Ya tentang tadi itu suster, nanti kalau mereka datang pasti akan marah-marah”

Perawat Ana   : “Mengenai masalah itu, nanti saya akan bicarakan dengan orang tua Adik ya, jadi tidak usah cemas dulu, sementara kita tunggu kedatangan dari orang tua Dik Ramlan, tadi sudah dihubungi pihak rumah sakit”

Ramlan            : “Iya suster”

Perawat Ana   : “Nah berdasarkan apa yang Adik jelaskan tadi, saya bisa pahami kalau masalah Dik Ramlan itu sebenarnya karena jarang berkomunikasi dan mendapat perhatian dari orang tua, apakah benar seperti itu?”

Ramlan            : “Benar sus” (Menunduk)

Perawat Ana   : “Iya mungkin itu penyebab adik merasa kurang nyaman di rumah, tetapi kalau saya boleh berikan pemahaman, yang perlu Dik Ramlan ingat adalah orang tua Adik itu sibuk bekerja untuk mecukupi kebutuhan adik juga. Itu karena mereka sayang dengan adik. Tapi nanti saya juga akan beritahukan kepada orang tua adik agar memberikan sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke adik ya. Nah kalau boleh saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut balapan liar, karena seperti yang adik rasakan sekarang gak enak kan rasanya?”

Ramlan            : “Iya sus, saya menyesal” (Menunduk)

Perawat Ana   : “Nah sebaiknya Dik Ramlan melakukan hal-hal yang positif mumpung masih muda, seperti mengembangkan hobi yang adik miliki, bermain musik, belajar yang giat, siapa tahu adik bisa berprestasi, tentunya akan membanggakan orang tua dan secara otomatis mereka pasti akan lebih perhatian dengan adik”

Ramlan            : “Iya suster, saya akan coba untuk berubah”

Ilustrasi:

Saat Perawat Ana dan Ramlan sedang berbincang-bincang, kemudian akhirnya Ibu Ramlan datang dan menemui Ramlan.

Ibu Ramlan     : “Ya ampun anakku, kamu tidak apa-apa kan?” (Cemas)

Ramlan            : (Mengangguk dan menunduk)

Perawat Ana   : “Selamat malam Ibu. Saya perawat Ana. Kondisi anak ibu tidak apa-apa, dia hanya mengalami luka lecet di tangan dan kaki saja, kalau boleh saya tahu nama ibu siapa?”

Ibu Ramlan     : “Syukurlah Ramlan tidak kenapa-kenapa, nama saya Susi sus. Le leee, kamu itu kenapa toh lee..? Kok bisa seperti ini?”

Ramlan            : (Diam dan menunduk)

Perawat           : “Begini Ibu Susi, tadi saya sudah berbincang-bincang dengan Dik Ramlan, adik ini ikut balapan motor dengan temannya dan akhirnya kecelakaan”

Ibu Ramlan     : “Ya ampuun Ram, ibu kan sudah sering peringati jangan ikut balapan lagi, untung saja kamu tidak terjadi apa-apa”

Ramlan            : (Diam dan tertunduk)

Perawat Ana   : “Begini Ibu susi, Adik Ramlan ini ikut balapan karena dia ingin mencari perhatian dari lingkungannya, karena menurut dia di rumah dia tidak pernah diperhatikan. Kalau boleh saya tahu bagaimana kebiasaan ibu dan keluarga di rumah dengan Ramlan?”

Ibu Ramlan     : “Saya di rumah dengan suami saya memang jarang bertemu lama dengan Ramlan karena saya dan suami sibuk dengan pekerjaan, tapi sesekali saya juga sering menegurnya kalau ada kelakuan dia yang menurut saya aneh. Tapi saya sangat sayang dengan anak saya ini”

Perawat           : “Iya saya mengerti dengan keadaan ibu. Anak usia remaja seperti Ramlan ini terkadang perlu pengawasan yang lebih Bu Susi, karena mereka pada usia ini sangat memerlukan pendampingan, karena jika dibiarkan tanpa pengawasan takutnya anak salah memilih pergaulan”

Ibu Ramlan     : “Iya suster, mulai sekarang mungkin saya akan lebih memberikan waktu untuk memperhatikan Ramlan agar tidak terjadi hal seperti ini lagi”

Perawat Ana   : “Iya bagus sekali komitmen Ibu Susi kalau begitu, nah akan lebih baik lagi jika Ibu sering berkomunikasi dengan Ramlan bu”

Ibu Ramlan     : “Komunikasi yang bagaimana ya sebaiknya suster?”

Perawat Ana   : “Nah seperti ini ibu, pada usia remaja sebaiknya anak dianggap seperti sahabat, artinya Ibu perlu melibatkan, mendengarkan dan menghargai pendapat dia dan mengarahkan hal-hal yang kurang baik, seperti itu Ibu”

Ibu Ramlan     : “Iya suster saya akan membiasakan hal seperti itu”

Ramlan            : “Ibu Ramlan minta maaf ya selama ini banyak merepotkan ibu”

Ibu Ramlan     : “Iya Ram, Ibu juga minta maaf sering tidak memperhatikan kamu”

Perawat Ana   : “Nah Dik Ramlan seperti itu seharusnya ya, harus berbakti kepada orang tua. Bagaimana perasaann adik sekarang?”

Ramlan            : “Terimakasih suster, sekarang saya sudah lega, akhirnya hal yang saya tidak bisa sampaikan sekarang sudah diketahui ibu saya langsung”

Perawat Ana   : “Iya, selanjutnya adik bisa lebih terbuka lagi dengan orang tua ya”

Ramlan            : “Iya sus”

Perawat Ana   : “Nah Dik Ramlan masih ingat tentang pesan saya tadi?”

Ramlan            : “Tentu sus, saya harus lebih terbuka dengan orang tua dan melakukan hal yang positif dan harus bisa berprestasi”

Perawat Ana   : “Iya bagus sekali, nah kalau Ibu Susi bagaimana?”

Ibu Ramlan     : “Iya sus, saya dan suami akan lebih meluangkan waktu dan membangun komunikasi yang baik dengan Ramlan”

Perawat Ana   : “Iya seperti itu ya bu. Nah adik sementara bisa istirahat dulu sekarang, nanti adik dipindahkan ke ruangan agar diberi perawatan hingga sembuh ya. Nah untuk Ibu Susi nanti bisa ikut saya sebentar untuk mengurus administrasi ya bu”

Ramlan &        : “Iya suster Ana”

Ibunya

Perawat Ana   : “Nah Dik Ramlan sekarang saya akan ke ruangan perawat dulu bersama Ibu adik ya, nanti kalau sudah selesai saya akan kembali dan mengantar adik ke ruangan ya”

Ramlan            : “Iya, terimakasih banyak bantuannya ya suster”

Perawat Ana   : “Iya sama-sama Dik Ramlan, Saya pamit ya, mari Ibu Susi ikut saya sebentar”

Ilustrasi:

Perawat dan ibunya Ramlan kemudian menuju ruangan perawat untuk menyelesaikan administrasi

BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab II dapat disimpulkan sebagai berikut.

1.      Remaja adalah fase transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, oleh sebab itu diperlukan strategi khusus untuk berkomunikasi dengan remaja.

2.   Tujuan komunikasi pada remaja adalah untuk membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterrbukaan dan mendengar, membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara dan membantu remaja menyelesaikan masalah.

3.  Faktor yang mempengaruhi komunikasi remaja yaitu pendidikan, pengetahuan, sikap, usia tumbang status kesehatan remaja, saluran dan Lingkungan

4.  Teknik komunikasi pada remaja yaitu melalui orang lain atau pihak ketiga, bercerita, memfasilitasi, meminta untuk menyebutkan keinginan, pilihan pro dan kontra, penggunaan skala dan menulis.

5.     Penerapan strategi pelaksanaan untuk mengatasi masalah remaja dapat diberikan kepada remaja itu sendiri sebagai klien dan diberikan kepada orang tua remaja.

B.     Saran

Berdasarkan uraian pada bab II, penulis mengusulkan saran kepada pihak terkait sebagai berikut.

1.      Kepada orang tua dan perawat ketika menghadapi remaja sangat perlu memahami karakteristik remaja dan memiliki strategi untuk berkomunikasi agar komunikasi yang terjadi dapat berjalan efektif

2.    Orang tua dan remaja harus saling membangun hubungan komunikasi yang baik, agar setiap permasalahan yang terjadi dapat bersama-sama diselesaikan antara orang tua dan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Http://haqqienea.blogspot.co.id. 2014. Komunikasi pada Usia Remaja. Diunduh 13 November 2015. Pukul 16.00 WIB.


Page 2