Berilah beberapa bukti bahwa Islam adalah agama yang menjunjung toleransi terhadap agama lainnya

Karanganyar – Dewasa ini masalah kerukunan menjadi topik hangat yang selalu diperbincangkan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Terlebih lagi pasca reformasi dan pemilihan kepala negara/daerah secara langsung yang seringkali menimbulkan gesekan dalam masyarakat. Contoh terdekat adalah pemilihan kepala negara yang saat ini masih terasa gesekannya walaupun sudah berakhir cukup lama. Oleh karenanya topik kerukunan ini senantiasa dibahas sepanjang masa mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas.

Pada dasarnya manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi dengan manusia lainnya. Namun dalam interaksinya ada saja perbedaan antara manusia satu dengan lainnya, sehingga diperlukan kesediaan untuk menerima adanya perbedaan, termasuk didalamnya adalah perbedaan keyakinan/agama dengan orang maupun kelompok lain.

Islam telah mengajarkan umatnya untuk menyikapi perbedaan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat sejak ajarannya diturunkan. Dalam melihat perbedaan tersebut, Islam memandang berdasarkan tiga sudut pandang, pertama adalah sudut pandang dari Firman Allah SWT yang tertuang dalam Al Qur’an, kedua dengan sudut pandang Teladan Nabi Muhammad SAW, dan yang terakhir melalui Teladan Sahabat Rasul dan Orang-orang Sholeh.

Demikian yang disampaikan Kasubbag TU Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar, Wiharso, pada sebuah acara Orientasi Hubungan Antar Umat Beragama dan Kepercayaan yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Katolik di Sarila Hotel Solo, 24 November 2014.

Disamping menjelaskan ayat Al-Qur’an dan Hadist kaitannya dengan kerukunan umat beragama melalui perspektif Islam, beliau juga banyak menceritakan kisah-kisah teladan umat Islam terdahulu yang sangat menghargai pemeluk agama lain. Namun Wiharso memberikan batasan toleransi terkait hubungan bermasyarakat dengan pemeluk agama lain.

“Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam 2 persoalan, yaitu Aqidah dan Ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja sama yang baik”, tegasnya.

Diakhir beliau memberi kesimpulan bahwa, Islam sangat menjunjung tinggi masalah toleransi terhadap pemeluk agama yang lain, terutama dalam masalah akhlak (tingkah laku) orang Islam terhadap siapapun, baik itu terhadap saudara, tetangga, teman dan lain sebagainya. Bahkan terhadap umat yang lain. Ketika ada orang Islam yang membuat retaknya kerukunan hidup antar umat beragama, tentunya hal itu tidak berdasar pada ajaran Islam, melainkan mengikuti hawa nafsunya sendiri. (Hadi)

AKURAT.CO, Islam adalah agama toleran. Anarannya moderat, tidak berat sebelah kanan dan juga tidak berat sebelah kiri. Posisinya berada di tengah-tengah namun tetap memiliki ketegasan dalam menentukan suatu hal.

Bukti bahwa Islam adalah agama yang toleran, disebutkan dalam QS. Al-Baqarah 256 Islam menegaskan bahwa tidak boleh ada paksaan dalam beragama. Agama adalah soal keyakinan yang tidak boleh dipaksakan.

Allah berfirman:

لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat Kuat (Islam) yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Melalui ayat di atas jelas bahwa Islam adalah aga yang tak pernah memaksakan kehendak orang. Ia memberi keleluasaan semua orang memilih agamanya masing-masing tanpa sedikitpun pemaksaan.

Bukti bahwa Islam adalah agama toleran ada banyak ayat Al-Qur'an lain yang menegaskan bahwa Allah meniscayakan keragaman, tidak menjadikan satu saja dalam konteks kehidupan.

Allah berfirman:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ


Page 2

Artinya: "Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya." (QS. Yunus ayat 99).

Bukti bahwa Islam adalah agama yang toleran juga ditegaskan melalui hadis nabi. Diriwayatkan oleh Ibn Abbas berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.

Artinya: "Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran).”

Toleransi Islam bukan hanya dalam soal pemahaman agama dan keagamaan. Akan tetapj dalam segala hal. Misalnya dalam masalah jual beli Islam mengajarkan untuk toleran. Rasulullah SAW kembali bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى.

Artinya: "Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara." Wallahu A'lam.

Semoga bermanfaat.[]

Berilah beberapa bukti bahwa Islam adalah agama yang menjunjung toleransi terhadap agama lainnya

Berilah beberapa bukti bahwa Islam adalah agama yang menjunjung toleransi terhadap agama lainnya
design by photoshop

Assalamualaikum Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).

Setelah beberapa hari terakhir menulis tentang drama Korea (drakor), kali ini mau menulis yang serius akh. Mengapa tiba-tiba menulis tentang Islam itu agama yang toleran? Soalnya belakangan ini, jika ada orang yang menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh itu menjadi orang yang tidak toleran atau intoleransi. Kemudian menurut sebuah survei yang diadakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI terkait dengan Kerukunan Umat Beragama (KUB), di tahun 2019, Papua Barat menempati rangking paling atas (paling toleran). Disusul Nusa Tenggara Timur (NTT), Bali, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua. Adapun Aceh menempati rangking paling bawah (paling intoleran). Disusul Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Riau, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penilaian tersebut diukur dari 3 indikator, yaitu: toleransi, kesetaraan, dan kerjasama di antara umat beragama. Dari hasil survei tersebut, mengapa propinsi yang penduduknya mayoritas muslim justru mendapatkan rangking terbawah? Hal itulah yang kemudian mengusik saya, benarkah Islam adalah agama intoleran? Mau tahu jawabannya? Baca terus di sini ya, sahabat.

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, izinkan saya memaparkan beberapa hal terlebih dahulu. Diambil dari sumber Buletin Dakwah Kaffah (20/12/2019), toleransi tentu berbeda dengan sinkretisme. Apa sih sinkretisme itu? Sinkretisme adalah pencampuradukan keyakinan atau paham atau aliran keagamaan. Sinkretisme inilah yang terlarang dalam Islam. Contohnya: ikut-ikutan memakai simbol-simbol agama lain, ucapan lintas agama, doa lintas agama, dan lain-lain. Dalam Islam hal itu bukanlah sebuah toleransi.

Sayangnya, sinkretisme inilah yang dijadikan sebuah patokan untuk mengukur toleransi kehidupan beragama. Padahal pencampuradukan ajaran agama merupakan refleksi dari paham pluralisme, yang haram hukumnya dalam Islam. Keharaman pluralisme juga telah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2005. (sumber dari Buletin Dakwah Kaffah (20/12/2019)).

Rasulullah Saw. pun secara tegas tidak mau berkompromi dengan ‘toleransi’ yang kebablasan. Hal tersebut diceritakan dalam Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, 20/225, pada fase dakwah di Makkah, suatu ketika beberapa tokoh kafir Quraisy menemui Nabi Saw.. Mereka adalah Al-Walid bin Mughirah, Al-‘Ash bin Wail, Al-Aswad Ibnu al-Muthallib, dan Umayyah bin Khalaf. Mereka menawarkan ‘toleransi’ kepada beliau, “Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (kaum Muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Jika ada sebagian ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, maka kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, jika ada sebagian ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” Karena peristiwa itulah Allah berfirman dalam surah Al-Kafirun ayat 1-6. Surah itulah yang menjelaskan kalau Islam menolak keras tentang toleransi yang kebablasan.

Lalu bagaimana Islam dalam hal toleransi ini? Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi. Wujud toleransi agama Islam dapat dibuktikan dengan bukti-bukti berikut ini,

Islam melarang keras berbuat zalim serta merampas hak-hak rakyatnya, termasuk non-muslim. Allah berfirman dalam surah al-Mumtahanah ayat 8,

“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kalian dalam urusan agama dan tidak pula mengusir kalian dari negeri kalian. Sungguh Allah menyukai kaum yang berlaku adil.”

Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahulLah di dalam tafsirnya mengatakan bahwa bentuk berbuat baik dan adil di sini berlaku kepada setiap pemeluk agama.

Tentu sangat lekat dalam ingatan, kisah Rasulullah Saw. yang menyuapi pengemis buta di sudut pasar setiap harinya. Padahal pengemis itu adalah seorang Yahudi. Selain itu, Rasulullah Saw. juga pernah menjenguk orang Yahudi yang sedang sakit, padahal orang tersebut sering meludahi beliau.

Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, praktik toleransi ini demikian nyata dan hal ini berlangsung selama ribuan tahun sejak masa Rasulullah Muhammad Saw. sampai sepanjang masa Kekhalifahan Islam setelahnya. Salah satunya, Rasulullah Saw. tetap melakukan transaksi jual-beli dengan non-muslim.

Rasulullah Saw. bersabda, Siapa saja yang membunuh seorang kafir dzimmi tidak akan mencium bau surga. Padahal bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. (HR an-Nasa’i).

Saat Rasulullah Muhammad Saw. memimpin Negara Islam di Madinah, dalam kemajemukan agamanya, beliau tetap bisa memimpin secara toleran dan cemerlang. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan satu sama lain. Meski hidup dalam naungan pemerintahan Islam, masyarakat non-muslim mendapatkan hak-hak yang sama dengan kaum muslim sebagai warga negara. Mereka memperoleh jaminan keamanan. Mereka juga bebas melakukan peribadatan sesuai keyakinan mereka masing-masing.

Para khalifah pengganti Rasulullah Saw. juga menunjukkan sikap toleransi yang sangat jelas. Saat Khalifah Umar bin al-Khattab ra. membebaskan Yerussalem Palestina, beliau menjamin warga Yerussalem tetap memeluk agamanya. Khalifah Umar tidak memaksa mereka memeluk Islam. Beliau pun tidak menghalangi mereka untuk beribadah sesuai dengan keyakinan mereka.

Sikap tenggang rasa juga terukir agung pada saat Muhammad al-Fatih sukses menaklukkan Konstantinopel. Beliau pun tidak memaksa kaum Kristiani memeluk agama Islam dan tidak ada satu pun penduduk non-muslim yang dianiaya.

Ini semua adalah fakta sejarah yang tidak mungkin terlupakan sampai kapan pun. Sudah banyak Intelektual Barat yang mengakui toleransidan kerukunan umat beragama (KUB) sepanjang masa Kekhalifahan Islam itu luar biasa. Kisah manis tentang KUB ini direkam dalam buku karya Will Durant yang berjudul The Story of Civilization. Will Durant menggambarkan keharmonisan antara pemeluk Islam, Yahudi, dan Kristen di Spanyol di Era Khalifah Bani Umayyah. Mereka hidup aman, damai, dan bahagia bersama orang Islam di sana hingga abad ke 12 Masehi.

Nah, dari bukti-bukti tersebut masih yakin kalau Islam itu agama yang intoleran? Terima kasih buat sahabat yang telah berkenan membaca tulisan sederhana ini.