Bagaimana pertumbuhan fisik dapat berpengaruh pada pertumbuhan psikologi?

Hai Bu, bagaimana perkembangan buah hati tersayang? Selain pertumbuhan fisik, perkembangan anak juga harus menjadi perhatian orang tua. Termasuk didalamnya adalah perkembangan psikologi anak.

Bagaimana pertumbuhan fisik dapat berpengaruh pada pertumbuhan psikologi?
Bagaimana pertumbuhan fisik dapat berpengaruh pada pertumbuhan psikologi?

Pengetahuan tentang psikologi anak ini sangat penting untuk dimiliki orang tua agar dapat memahami proses perkembangan anak secara baik dan dapat memberikan perlakuan yang tepat. Pada proses perkembangannya dari bayi hingga dewasa, psikologi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

Pola Asuh

Pertama, ada pola asuh dari keluarga yang merupakan salah satu faktor penting. Mengapa penting? Sebab karakter dan psikologi anak akan terbentuk dan dipengaruhi oleh bagaimana pola pengasuhan yang didapatkan dari orang tua maupun orang yang mengasuhnya. Contohnya saja, anak yang dibesarkan oleh orang tua yang disiplin cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih teratur.

Selain itu, kasih sayang juga termasuk hal yang utama dalam membentuk kepribadian dan psikologi anak. Kasih sayang orang tua dapat membentuk anak menjadi seseorang yang penyayang, lembut, dan memiliki empati terhadap sesamanya.

Trauma

Bagaimana pertumbuhan fisik dapat berpengaruh pada pertumbuhan psikologi?

Perkembangan anak secara psikologi dapat terhambat karena pengaruh sesuatu hal yang menimpa dirinya, misalnya saja adanya trauma atas kekerasan fisik di masa lalu. Meski terkesan sepele, kenangan buruk tentang hal-hal yang tidak menyenangkan semacam ini akan menghambat perkembangan psikologi anak. Untuk itu, Ibu hendaknya berhati-hati dalam memberi perlakuan kepada anak dan menghindari bentakan serta kekerasan fisik yang dapat melukai tubuhnya dan membekas pada batinnya.

Interaksi dengan Lingkungan

Interaksi dengan lingkungan juga dapat menyumbangkan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan psikologi anak. Jika terbiasa berada dalam lingkungan yang baik, maka anak juga akan tumbuh menjadi seseorang yang penuh dengan kebaikan, begitu pula sebaliknya. Untuk itu, Ibu harus selalu mengawasi aktivitas anak agar tidak terpengaruh dengan lingkungan buruk yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologinya, serta membuatnya menjadi sosok pembangkang atau pemarah.

Keterlibatan Orang Tua

Keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak adalah salah satu yang hal yang dapat menentukan perkembangan anak secara psikologi. Keterlibatan ini dapat ditunjukkan dengan melakukan aktivitas bersama, seperti bermain, berolahraga, bernyanyi, atau menemani anak belajar. Dengan keterlibatan orang tua, anak akan lebih mudah berkomunikasi dan mengutarakan segala keinginannya sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang terbuka, jujur, dan lebih percaya diri.

Baca juga: Kenali Tahapan Psikologi Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Tahap Perkembangan Psikologi Anak Sesuai Usia

Bagaimana pertumbuhan fisik dapat berpengaruh pada pertumbuhan psikologi?

Di samping mengetahui faktor yang mempengaruhi psikologi anak, Ibu juga perlu mengetahui bahwa psikologi anak memiliki tahapan perkembangan sesuai golongan usia. Berikut adalah tahapannya:

  • Rasa Percaya vs Tidak Percaya (Trust vs Mistrust) - Bayi Usia 0-12 Bulan Ini adalah tahap pertama psikologi anak yang dimulai di tahun pertama bayi. Bayi akan sangat bergantung kepada orang lain, seperti orang tua, pengasuh, atau anggota keluarga lainnya. Oleh karenanya ia membutuhkan cukup kasih sayang dan perhatian supaya ia belajar bahwa dunia tempat ia tinggal itu menyenangkan.
  • Kemandirian vs Rasa Malu dan Keraguan (Autonomy vs Shame and Doubt) - Anak Usia 1-3 Tahun Ini adalah tahapan yang berkembang saat anak berusia 1-3 tahun. Anak yang memiliki rasa percaya terhadap orang yang mengasuhnya akan menjadi anak yang percaya diri untuk melakukan sesuatu. Orang tua memang perlu mengawasi setiap gerakan anak, tapi tetap harus memberikan kebebasan agar ia bisa mengembangkan sifat mandiri. Sifat ini juga diperlukan untuk anak mengenal diri dan lingkungannya. Untuk menghindarkan anak dari bahaya, berikan saja pengertian secara lembut. Contohnya berada di jalan raya itu harus hati-hati karena banyak kendaraan yang lalu lalang. Memberikan pengawasan secara berlebihan sampai memakai kekerasan justru akan membuat anak jadi meragukan kemampuannya sendiri.
  • Inisiatif vs Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt) - Anak Usia 3-5 Tahun Tahap yang ketiga mulai berkembang saat anak berusia 3-5 tahun. Di usia ini anak mulai mengenal dunia dengan lebih luas, seperti di sekolah atau lingkungan rumah. Ia pun akan mendapatkan banyak tantangan baru. Izinkan dan dorong anak untuk mencoba dan mengenal banyak hal baru untuk membantu mengembangkan otak dan pola pikir anak. Peranan orang tua pada tahap ini adalah selalu menjadi panutan yang baik dengan memberikan contoh secara langsung, bukan dengan kata-kata. Jika ia melakukan kesalahan, tak perlu mengkritiknya secara berlebihan, karena akan membuatnya mudah merasa gelisah dan takut untuk melakukan sesuatu.
  • Industri vs Inferioritas (Industry vs Inferiority) - Anak Usia 6 Tahun-Remaja Memasuki tahap keempat adalah saat anak berusia 6 tahun hingga remaja. Dikarenakan anak sudah mulai bersekolah, maka fokus dirinya adalah pada ilmu pengetahuan. Anak yang merasa kurang percaya diri akan mengembangkan sifat inferioritas, yaitu merasa tidak mampu, tidak bisa sebaik anak lain, dan tidak produktif. Anak akan membutuhkan bantuan dari gurunya di sekolah untuk diberikan arahan mengenai kegiatan yang bisa memunculkan pengetahuannya.

Disinilah terbentuk rasa percaya (trust) pada diri bayi. Namun jika ia tidak memperoleh cukup kasih sayang atau malah ditelantarkan, maka akan terbentuk rasa tidak percaya (mistrust). Hal ini akan membuat ia berpikir bahwa dunia merupakan tempat yang tidak aman untuk tumbuh kembangnya.

Tips Memahami Psikologi Anak

Bagaimana pertumbuhan fisik dapat berpengaruh pada pertumbuhan psikologi?

Bagi orang tua, memahami psikologi anak terkadang tidaklah mudah. Jika Ibu mengalami kesulitan, ikuti beberapa tips berikut ini:

  • Mendekatkan diri kepada anak. Seorang anak akan sangat membutuhkan kehadiran kedua orang tuanya. Jadi, Ibu harus lebih sering menghabiskan banyak waktu untuk beraktivitas bersama dengan buah hati supaya tercipta hubungan yang akrab. Kebersamaan Ibu dengan anak ini akan membuatnya menjadi nyaman untuk saling berbagi cerita, sehingga ketika ia memiliki masalah ia tidak akan canggung untuk menceritakannya pada Ibu.
  • Hadir dalam hidup anak. Untuk memahami psikologi anak, Ibu juga harus hadir di dalam kehidupannya. Maksudnya adalah mengenal dengan baik tentang kegiatan sehari-harinya baik selama di rumah maupun di luar rumah, mengenal nama teman-temannya, kesukaan dan yang tidak disukai olehnya, dan sebagainya. Kehadiran Ibu di dalam kehidupan anak dapat membantu Ibu mengetahui bagaimana psikologi anak sebenarnya.
  • Memahami tipe emosional anak. Masing-masing anak memiliki tingkat emosional yang berbeda-beda. Tugas Ibu adalah berusaha memahaminya supaya dapat memberikan penanganan yang tepat. Untuk anak yang tidak sabaran contohnya, Ibu harus memberikan pengertian dengan lembut. Hindari amarah atau kekerasan, baik secara fisik maupun verbal agar tidak membuat emosi anak semakin bertambah buruk.
  • Coba dengarkan pendapat anak. Ibu tentu ingin anak mendengarkan kata-kata Ibu, bukan? Begitu juga dengan anak, Bu. Ia pun ingin didengarkan oleh Ibu. Coba dengarkan dengan penuh perhatian ketika anak bercerita, bertanya, atau mengungkapkan pendapatnya. Saat Ibu mendengarkan anak, maka Ibu akan lebih mengenal dan memahami bagaimana psikologinya.
  • Terus berusaha untuk memahami anak. Ia mungkin tidak mau mendengarkan masukan dari Ibu, tapi bukan berarti Ibu boleh langsung menyerah. Ibu tetap harus berusaha memahami dan memberikan arahan positif kepada anak. Memang hasilnya tidak akan instan, tapi percayalah kalau anak itu sebenarnya mendengarkan kata-kata Ibu. Jika Ibu konsisten menasehati anak, maka secara perlahan ia akan mau mendengarkan kata-kata Ibu.

Baca Juga: Kiat Memilih Face Shield untuk Anak yang Tepat

Membangun karakter dan psikologi anak yang baik memang tidaklah mudah, tapi dengan ketelatenan dan perhatian lebih Ibu pasti bisa mewujudkan hal tersebut. Untuk itu, Ibu hendaknya selalu menjadi pengawal terdepan bagi pertumbuhan dan perkembangannya agar bayi tumbuh menjadi pribadi yang baik. Selalu awasi dan dampingi perkembangan bayi ya, Bu.

Jika Ibu punya pertanyaan lainnya seputar tumbuh kembang buah hati, jangan ragu untuk melakukan konsultasi anak pada laman Tanya Pakar dengan melakukan registrasi sebelumnya ya, Bu!

Sumber:

https://www.ibudanbalita.com/artikel/5-tips-untuk-memahami-psikologi-anak

Ditinjau oleh: Yeni Novianti, S.Gz

Ilustrasi faktor yang mempengaruhi psikologi anak (Sumber: Pixabay)

Baru-baru ini ada sebuah topik yang sedang Mama diskusikan dengan suami, yaitu apa saja faktor yang mempengaruhi psikologi anak. Kadang suka tidak terasa ya kalau si kecil sudah semakin besar. Tak hanya fisiknya saja yang bertumbuh, begitu juga dengan perkembangan kognitif serta psikologinya.

Kalau menurut Mama, pengetahuan mengenai keadaan psikologi anak ini perlu orang tua pahami. Tujuannya enggak lain supaya proses perkembangan mereka dapat berjalan dengan optimal. Selain itu, kita juga sebagai orang tua dapat memberikan perlakukan dan sikap yang tepat untuk mereka sesuai dengan tahap perkembangannya.

Iya benar, buah hati kita tidak akan selamanya menjadi anak kecil. Nanti akan ada juga waktunya dia bakal tumbuh menjadi remaja hingga dewasa. Nah, tentu saja Mama-Mama dan Papa-Papa perlu mengetahui apa aja faktor yang mempengaruhi psikologi anak dalam tumbuh kembangnya ini.

Bagaimanakah penjelasan selengkapnya? Cek di sini ya yang telah Mama himpun dari berbagai sumber ini!

Faktor yang Mempengaruhi Psikologi Anak

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi psikologi anak yang pertama adalah pola asuh orang tua. Kenapa sih pola asuh ini menjadi faktor yang penting?

Begini Ma, karakter serta kondisi psikologi anak akan sangat terbentuk dari bagaimana pola pengasuhan dari orang tuanya. Misalnya nih, anak yang dibesarkan oleh orang tua yang penuh kasih sayang, tentunya akan membuat sang anak menjadi karakter yang hangat dan lembut.

Berbeda halnya dengan orang tua yang pola asuhnya otoriter. Hal ini justru dapat membentuk anak menjadi mudah cemas dan cenderung insecure.

Mama sendiri pernah baca dari laman resmi American Psychology Association, terdapat tiga tujuan utama pola asuh yang sehat, antara lain memastikan kesehatan dan keselamatan anak-anak, mempersiapkan anak sebagai manusia yang produktif dan dapat menerapkan nilai-nilai yang budaya, serta membangun hubungan antara orang tua dan anak yang hangat dan berkualitas dengan tumbuh kembang si kecil yang optimal.

Jadi, pastikan sebagai orang tua untuk menerapkan pola asuh yang dapat membuat anak menjadi pribadi yang lebih baik ya, Ma!

Ilustrasi faktor yang mempengaruhi psikologi anak (Sumber: Pixabay)

Enggak bisa kita pungkiri kalau lingkungan mempunyai peranan penting buat membentuk psikologi anak. Anak yang berada dalam lingkungan baik, maka dia bakal tumbuh menjadi seseorang yang selalu membawa nilai kebaikan. Begitu pula sebaliknya.

Maka dari itu, kita sebagai orang tua perlu mengawasi si kecil agar tidak terpengaruh dengan lingkungan yang buruk yang bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. Ada baiknya Mama-Mama dan Papa-Papa juga untuk lebih melibatkan diri dengan si kecil dalam berbagai aktivitas. Dari situlah akan semakin terbangun komunikasi dengan si kecil.

Ilustrasi faktor yang mempengaruhi psikologi anak (Sumber: Pixabay)

Faktor biologis juga tak bisa dilepaskan pengaruhnya untuk perkembangan psikologi anak. Misalnya, perlakukan untuk anak laki-laki dengan anak perempuan, otomatis akan berbeda.

Dikutip dari Firstcry Parenting, anak laki-laki cenderung mempunyai fisik yang lebih kuat dibandingkan anak perempuan. Namun, anak perempuan biasanya secara sikap lebih cepat dewasa. Minat mereka juga tentunya akan berbeda, sehingga penting buat orang tua untuk selalu memahami mereka sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Begitu juga dengan pengaruh dari hormon serta status gizi mereka yang bisa berpengaruh pada kondisi psikologinya. Anak dengan asupan gizi yang seimbang otomatis perkembangan otak dan tubuhnya akan lebih baik.

Sementara itu, anak dengan kekurangan atau kelebihan gizi bisa menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan yang tentunya juga bisa berdampak buruk untuk psikologinya.

Bicara soal belajar, ini tak hanya sebagai kegiatan anak selama di sekolah saja. Hal ini juga berkaitan dengan pengalaman dan eksplorasi yang dia alami agar semakin membangun anak secara mental, intelektual, dan sosial hingga mereka menjadi seorang individu yang sehat dan adaptif di lingkungannya.

Pembelajaran juga bisa lebih memfokuskan ke dalam apa yang menjadi minat dan bakatnya. Contohnya, si kecil yang memainkan alat musik, ketika dia terus latihan memainkan alat tersebut maka bakatnya bakal terus terasah. Hal ini juga membantunya membangun karakter yang percaya diri dan terus memandang dirinya sebagai pribadi yang positif.

Itulah dia beberapa faktor yang mempengaruhi psikologi anak. Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk para orang tua di luar sana ya!