Sunan Muria dikenal sebagai guru tasawuf juga menyukai seni tembang dengan karyanya yaitu

AKURAT.CO, Satu nama dari anggota Wali Songo adalah Raden Umar Said atau yang lebih terkenal dengan nama Sunan Muria. Beliau merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan menjadi anggota Wali Songo termuda dari pada yang lainnya.

Adapun asal usul nama Sunan Muria karena beliau tumbuh dan bermukim di bukit Puncak Colo, Gunung Muria, sebelah utara Kota Kudus.

Sebagai putra dari Sunan Kalijaga, wajar jika beliau dekat dengan ilmu agama Islam. Beliau memanfaatkan pengetahuannya tentang kesenian sebagai sarana dakwah yang efektif. Jiwa seni Sunan Muria inilah yang membuatnya mahir bermain gamelan, wayang, hingga menciptakan lagu yang diselipi nilai-nilai Islam.

Keramahan Sunan Muria ketika berdakwah juga menjadi nilai tambah tersendiri mengingat lingkungan yang dihadapi Sunan Muria mayoritas masih memeluk agama Hindu dan Buddha. Sunan Muria sadar jika dakwah yang dilakukan tidak menarik, maka resikonya adalah penolakan dari masyarakat luas.

Dengan cara dakwah menyerupai Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang itulah beliau berhasil menyentuh hati masyarakat dan membimbing mereka ke jalan keimanan.

Beberapa lagu karya Sunan Muria yang sukses diterima dengan baik oleh masyarakat antara lain Sinom dan Kinanti. Lirik lagu tersebut dirasa menarik karena terselip kisah agama Islam.

Membaurnya Sunan Muria dengan kebudayaan yang telah lebih dahulu tumbuh di masyarakat membuat ajarannya dikenal dengan sebutan topo ngeli. Yaitu sebuah cara mengikuti arus tetapi tetap berpegang erat pada prinsip agama Islam.

Sementara di pewayangan, Sunan Muria berhasil mempopulerkan kisah Dewaruci. Kisah Dewaruci menceritakan pengarungan samudera oleh Bima (Werkudara) untuk mencari kebenaran yang hakiki.

Uniknya, Sunan Muria mengubah nama-nama tokoh wayang itu dengan nuansa islami. Sebagai contoh Werkudara diubah dengan nama Nafs Hayawaniyyah, Lhawaudadi. Sedangkan samudera luas diganti dengan sebutan Bahrul Wujud.

Nama-nama unik bernuansa Islam itulah yang semakin menambah faktor diterimanya ajaran yang disebarkan Sunan Muria.

Sebagai seorang wali, Sunan Muria memiliki kemampuan dalam memanfaatkan berbagai macam tumbuhan di sekitarnya. Salah satunya adalah ramuan yang terbuat dari madu lebah dan jintan hitam atau habatussauda. Ramuan ini dikenal dengan nama pari joto yang berkhasiat untuk menyuburkan sistem reproduksi perempuan. Oleh sebab itu, ramuan ini sangat cocok bagi pasangan yang sedang menanti datangnya momongan.

Sunan Muria meninggal dan dimakamkan di tempat beliau tinggal tepatnya di Desa Colo, Kecamatan Dawe, yang berjarak kurang lebih 18 km sebelah utara Kudus. Di sana pula terdapat benda-benda peninggalan beliau, salah satunya pohon jati yang dikeramatkan dan tidak ada yang berani menebangnya hingga saat ini.

Itulah sekilas tentang Sunan Muria yang sangat berjasa terhadap penyebarluasan agama Islam. Semoga pahala beliau senantiasa mengalir setiap saat. Wallahu a'lam.[]

Sunan Muria dikenal sebagai guru tasawuf juga menyukai seni tembang dengan karyanya yaitu
Kompleks makam Sunan Muria di Bukit Muria, Kudus. (Foto: Okezone)

Kastolani Jumat, 01 Mei 2020 - 03:31:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Sunan Muria adalah salah seorang peyebar Islam di Jawa yang tergabung dalam kelompok walisongo. Wilayah dakwah Sunan Muria meliputi Kudus, Pati dan sekitarnya terutama di daerah-daerah pedalaman seputar Gunung Muria.

Menurut latar belakang sejarah, ada beberapa versi mengenai silsilah Sunan Muria. Versi pertama menyebutkan bahwa Sunan Muria mempunyai nama kecil Raden Umar Said yang merupakan anak Sunan Kalijaga dari istrinya, Dewi Saroh putri Maulana Ishak.

BACA JUGA:
Kisah Lengkap Sunan Gunung Jati Cirebon

Sunan Muria menikah dengan Sujinah anak dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji). Menurut cerita versi pertama ini, Sunan Muria memiliki hubungan kekerabatan dengan Sunan Kudus (Jafar Shadiq), yaitu saudara ipar karena Sunan Kudus adalah kakak Dewi Sujinah istri Sunan Muria.

Adapun versi kedua mengatakan bahwa Sunan Muria adalah putra Sunan Ngudung dari istrinya yang bernama Dewi Sarifah. Putra Sunan Ngudung lainnya antara lain Sunan Giri II, Sunan Kudus, dan Sunan Giri III.

BACA JUGA:
Kisah Sunan Giri, Sukses Sebarkan Islam dengan Kesenian

Sedangkan hubungannya dengan Sunan Kalijaga adalah Sunan Kalijaga merupakan putra Tumenggung Wilatikta, Putra Ario Tejo III, Putra R. Penanggungan. Sedangkan Sunan Ngudung adalah putra Dewi Maduretno, putra R. Baribin, putra R. Penanggungan. Jadi menurut versi ini Sunan Muria adalah keponakan jauh Sunan Kalijaga.

Sunan Muria berdakwah dengan cara yang bijaksana dalam menghadapi masyarakat yang menjadi objek dakwahnya. Dakwah yang dilakukan Sunan Muria diselaraskan dengan keperayaan lama, adat yang bertentangan dengan ajaran Islam dilakukan dengan perlahan-lahan.

BACA JUGA:
Kisah Sunan Kalijaga, Berdakwah dengan Metode Wayang

Sunan Muria juga dikenal berdakwah melalui kesenian. Salah satu tembang macapat hasil ciptaannya adalah Sinom dan Kinanti.

Gelar Sunan Muria disandangnya karena tempat berdakwah menyiarkan agama Islam terletak di kaki Gunung Muria. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Sunan Muria membangun pesantren dan masjidnya di puncak gunung tersebut, persis di belakang masjid yang dibangunnya sendiri.

Sunan Muria dimakmkan di sebelah Barat bangunan masjid. Bangunan cungkup makam Sunan Muria mempunyai konstruksi kayu beratap Joglo dua susun. Atap bangunan ditutup dengan Sirap.

Dinding cungkup berupa tembok bata yang diplester semen. Di dalam cungkup ini selain Makam Sunan Muria, juga banyak dijumpai makam para kerabat Sunan Muria antara lain Dewi Sujinah (Istri Sunan Muria) dan Dewi Rukayah (Anak Sunan Muria).

Makam Sunan Muria terdapat di dalam kamar atau bilik yang berpintu. Dinding Makam Sunan Muria dibuat dari batu kapur yang berhias panel-panel. Jirat dan Makam Sunan Muria berbentuk sederhana seperti kebanyakan nisan tipe Demak. Gawang pintu biik makam Sunan Muria diberi pahatan, demikian juga daun pintu yang diukir dengan ragam hias yang sangat indah.

(Sumber: kemendikbud.go.id)


Editor : Kastolani Marzuki

TAG : kudus sejarah sejarah islam spiritual ramadan Sunan Muria

Sunan Muria dikenal sebagai guru tasawuf juga menyukai seni tembang dengan karyanya yaitu

Jawaban:

Sejarah Kisah Sunan Muria - Walisongo

Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo dan putra dari salah satu walisongo juga yaitu Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Nama asli dari Sunan Muria adalah Raden Umar Syahid. Beliau menyebarkan agama islam dengan cara yang halus seperti yang dilakukan oleh ayahanda beliau Sunan Kalijaga. Raden Umar Syahid mempunyai peran penting dalam proses penyebaran isalm di sekitar gunung muria. Tempat tinggal sunan muria berada di puncak gunung muria, yang salah satu puncaknya bernama Colo. Gunung tersebut terletak di sebelah utara kota kudus.

Cara Berdakwah

Berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut.

Sunan muria menyebarkan agama islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Cara beliau menyebarkan agama islam dengan tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah. Beliau juga yang telah menciptakan berbagai tembang jawa. Salah satu hasil dakwah beliau melalui media seni adalah tembang Sinom dan Kinanti. Tempat dakwahnya berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperluas meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria. Ia dikenal dengan sebutan sunan muria karena tinggal di gunung muria.

Lewat tembang-tembang itulah ia mengajak umatnya mengamalkan ajaran Islam. Karena itulah, Sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata ketimbang kaum bangsawan. Maka daerah dakwahnya cukup luas dan tersebar. Mulai lereng-lereng Gunung Muria, pelosok Pati, Kudus, Juana, sampai pesisir utara. Cara dakwah inilah yang menyebabkan Sunan Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwah topo ngeli. Yakni dengan ''menghanyutkan diri'' dalam masyarakat.

Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530). Beliau dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juwana hingga sekitar Kudus dan Pati.

Tak ada yang meragukan reputasi Sunan Muria dalam berdakwah. Dengan gayanya yang moderat, mengikuti Sunan Kalijaga, menyelusup lewat berbagai tradisi kebudayaan Jawa. Misalnya adat kenduri pada hari-hari tertentu setelah kematian anggota keluarga, seperti nelung dino sampai nyewu, yang tak diharamkannya. Hanya, tradisi berbau klenik seperti membakar kemenyan atau menyuguhkan sesaji diganti dengan doa atau salawat. Sunan Muria juga berdakwah lewat berbagai kesenian Jawa, misalnya mencipta macapat, lagu Jawa. Lagu sinom dan kinanti dipercayai sebagai karya Sunan Muria, yang sampai sekarang masih lestari.

Sunan muria adalah wali yang terkenal memiliki kesaktian. Ia memiliki fisik yang kuat karena sering naik turun gunung muria yang tingginya sekitar 750 meter. Bayangkan, jika ia dan istrinya atau muridnya harus naik turun gunung setiap hari untuk menyebarkan agama islam kepada penduduk setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa fisik yang kuat.

Kesaktian Sunan Muria

Bukti bahwa sunan muria adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah perkawinan sunan muria dengan dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah putri Ngerang, yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, yang bertempat tinggal di juana, pati jawa tengah. Demikian sakti sunan ngerang sehingga sunan muria dan sunan kudus sampai berguru kepadanya.

Beliau memiliki ilmu yang dapat mengembalikan serangan dari lawannya. Itu terjadi ketika Kapa adik seperguruan beliau yang telah menculik istri sunan muria menyerang sunan muria dengan mengerahkan aji pamungkas. Namun serangan itu berbalik menghantam dirinya sendiri sehingga merenggut nyawanya.