Bagaimana membina kerukunan antar umat beragama di lingkungan tempat tinggalmu?

Cara Menciptakan Kerukunan di Masyarakat Lingkungan Tempat Tinggal, Foto: Pixabay

Kerukunan adalah hidup damai dan tentram antar masyarakat yang dapat ditimbulkan melalui toleransi, sikap saling menghormati, san menerima satu sama lain dengan perbedaan yang ada. Agar tercipta kerukunan di lingkungan kita, maka diperlukan beberapa cara menciptakan kerukunan saat di masyarakat lingkungan tempat tinggal.

5 Cara Menciptakan Kerukunan saat di Masyarakat Lingkungan Tempat Tinggal

Cara Menciptakan Kerukunan di Masyarakat Lingkungan Tempat Tinggal, Foto: Pexels

Dilansir dari buku Pentingnya Hidup Rukun, Eko Purwaningsih, (2012:24), inilah 5 cara menciptakan kerukunan saat di masyarakat lingkungan tempat tinggal:

  • Saling Menghormati dan Menghargai

Hal ini dapat dimilai dari hal yang paling sederhana, yaitu: menyapa sesama tetangga saat bertemu di jalan. Ya, menyapa, bukan sekadar tersenyum. Pasalnya, kini kita semua wajib memakai masker, sehingga senyuman kita tidak akan terlihat dari luar.

Nah, supaya tetangga kita bisa merasa dihargai dan dihormati, sapalah mereka dengan nama masing-masing. Jika kamu memang tidak bisa bersuara sama sekali (sakit tenggorokan), maka kamu bisa tersenyum sambil menundukkan kepala sambil menatap mata mereka.

  • Menjalin Persatuan dan Kesatuan

Sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, bangsa Indonesia memang berbeda-beda tetapi tetap satu. Maka dari itu, jalinlah persatuan dan kesatuan dengan menghindari pemikiran maupun perbuatan SARA. Selain itu, terapkanlah toleransi antara suku maupun penduduk dengan kepercayaan yang berbeda.

Seperti semboyan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, maka kita perlu menerapkan sikap toleransi di tengah perbedaan suku maupun agama untuk menyatakan kebhinnekaan.

Sikap ini bisa ditunjukkan melalui hal yang sangat sederhana, yaitu mengucapkan selamat pada hari besar agama para tetangga. Jika kamu memiliki dana lebih, maka kamu juga bisa memberikan mereka makanan khas hari besar mereka.

  • Mengutamakan Kepentingan Bersama

Agar tercipta kehidupan yang rukun, maka kita perlu mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan individu.

Hal ini dapat ditunjukkan dengan turut bekerjasama dan gotong royong saat membangun suatu fasilitas masyarakat, seperti posyandu atau balai desa dan aktif di dalam kegiatan kerja bakti dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Terakhir, kita juga bisa menolong tetangga yang sedang kesusahan dan yang sedang sakit dengan memberikan dukungan moril maupun materiil.

Terapkanlah 5 cara menciptakan kerukunan saat di masyarakat lingkungan tempat tinggal di atas demi hidup bermasyarakat yang damai dan tenang. (BRP)


Page 2

Bagaimana membina kerukunan antar umat beragama di lingkungan tempat tinggalmu?
Ilustrasi masjid dan gereja. ©2015 Merdeka.com/americanbedu.com

NEWS | 23 Juli 2015 08:03 Reporter : Mustiana Lestari

Merdeka.com - Indonesia sudah tumbuh dan berkembang sebagai negara yang penuh dengan keragaman. Bahasa, agama, dan suku yang berbeda bukan menjadi halangan bagi masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan.

Namun tragedi pembakaran kios dan musala di Tolikara, Papua, di hari Raya Lebaran menghentak toleransi antarumat beragama yang selama ini terjalin. Sejumlah menteri menyebut hal itu terjadi di luar kewajaran dan timbul karena provokasi sejumlah pihak.

Banyak orang menyayangkan kejadian tersebut, padahal banyak di wilayah Indonesia lain kerukunan antarumat beragama dapat terjalin kuat. Meski berbeda keyakinan, kerukunan umat beragama ini dapat menjadi contoh kebhinekaan yang baik.

Berikut adalah kerukunan antarumat yang dapat dijadikan contoh.

2 dari 4 halaman

Bagaimana membina kerukunan antar umat beragama di lingkungan tempat tinggalmu?
ilustrasi masjid. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/Naufal MQ

Sejak zaman kemerdekaan, Muslim dan Nasrani di Kelurahan Kratonan, Kecamatan Serengan Solo, mempunyai tempat ibadah yang saling berdampingan, selalu saling bantu dan saling menghormati satu sama lainnya, tanpa pernah diwarnai gesekan sedikit pun.Umat Islam di wilayah ini, melaksanakan kegiatan salat dan ibadah lainnya di Masjid Al Hikmah. Sedangkan umat Nasrani melaksanakan ibadatnya di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan. Uniknya kedua tempat ibadah tersebut saling bersebelahan dan hanya dipisahkan tembok batu bata. Bahkan kedua tepat ibadah tersebut mempunyai alamat yang sama yakni Jalan Gatot Subroto No 222, Solo."Kami sudah terbiasa saling bantu, saling menghormati sejak puluhan tahun. Masjid dan gereja ini, punya alamat sama, Jalan Gatot Subroto No 222," ujar Takmir Masjid Al Hikmah, Haji Muhammad Nashir Abu Bakar, Rabu (22/7).Menurut Nashir, kerukunan kedua umat telah berlangsung sejak awal kemerdekaan, pasalnya Masjid Al Hikmah memang dibangun sejak awl kemerdekaan, yakni tahun 1947. Sementara GKJ Joyodiningratan sudah dibangun 10 tahun sebelumnya atau sejak tahun 1937.

Pantauan merdeka.com, di gereja tersebut juga digunakan sebagai sekolah taman kanak-kanak. Sedangkan di masjid masyarakat juga sering memanfaatkannya untuk pengajian, TPA (Taman Pendidikan Alquran), serta kegiatan lainnya. Toleransi juga terlihat dalam kehidupan bermasyarakat sehingga peribadatan kedua umat beragama hingga saat ini dapat berjalan lancar.

Kerukunan dan toleransi dipaparkan oleh Nashir. Ia menceritakan, suatu saat perayaan Idul Fitri jatuh pada hari Minggu, di mana saat tersebut umat Nasrani juga melakukan kegiatan peribadatan di pagi hari."Saat itu pihak gereja langsung telepon kami dan menanyakan apakah benar Idul Fitri jatuh hari Minggu. Kemudian mereka dengan rela hati memundurkan jadwal peribadatan paginya menjadi siang. Itu agar kami leluasa menjalankan Salat Idul Fitri," kisah Nashir.Ditemui terpisah, Pendeta GKJ Joyodiningratan, Nunung Istining Hyang yang mengakui jika kerukunan dan toleransi tersebut sudah berlangsung lama. Ia menceritakan, saat ada acara peribadatan umat Nasrani, umat Muslim juga mempersilakan halaman depan masjid untuk tempat parkir.

"Kalau ada perayaan Natal atau Paskah, biasanya halaman depan masjid kita pakai untuk tempat parkir. Kami saling memberi kesempatan untuk berkegiatan sehingga peribadahan dapat berjalan lancar. Kalau ada pihak yang mengganggu kerukunan dan toleransi, kami akan secara bersama-sama mengatasinya," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Bagaimana membina kerukunan antar umat beragama di lingkungan tempat tinggalmu?
Gereja. ©2012 Merdeka.com/dok

Pelaksanaan Salat Idul Fitri beberapa hari lalu Masjid Jami' Kota Malang biasa memanfaatkan halaman gereja Katolik Paroki 'Hati Kudus Yesus' sebagai tempat salat. Kejadian seperti ini sudah terjadi sekian tahun lamanya."Beberapa masjid sudah lama bekerja sama dengan gereja, termasuk masjid Sabilillah di Blimbing dengan gereja Albertus di depannya," kata Ketua FKUB Kota Malang, Joko SantosoPerlu diketahui, karena jumlah jamaah salat Idul Fitri 1436 H di Masjid Agung Jami Kota Malang membludak, panitia memanfaatkan halaman gereja. Jamaah meluber hingga halaman Gereja Katolik Paroki 'Hati Kudus Yesus' yang berjarak 100 meter.Yohanes Kristiawan, penjaga gereja menceritakan, masyarakat memenuhi halaman gereja sejak pukul 05.00 WIB. Gerbang gereja yang memang sengaja dibuka, langsung dipenuhi masyarakat. Halaman gereja tersebut memang sudah biasa dimanfaatkan untuk Salat Idul Fitri setiap tahun.Masyarakat pun bisa khusuk mengikuti salat sampai selesai. "Mereka langsung menggelar tikar, sajadah dan kertas koran yang sudah dibawa untuk alas salat," ujarnya.Ketua Takmir Zainudin Abdul Muchid mengatakan kalau sudah lama terjalin kerja sama antara masjid jami dan gereja 'Hati Kudus Yesus. Kasus jamaah yang salat di halaman gereja merupakan yang sudah terbangun sekian lama.

Masjid Jami merupakan masjid tertua di Kota Malang dengan dikelilingi oleh gereja. Usianya sudah lebih dari seabad, sehingga komunikasi sudah sekian tahun terjalin. "Kalau rukun dilihat juga enak, masyarakat juga senang pemimpinnya rukun," katanya.

4 dari 4 halaman

Bagaimana membina kerukunan antar umat beragama di lingkungan tempat tinggalmu?
Ilustrasi Imlek. ©Shutterstock/Thong Wing Hoong

Jelang perayaan Imlek yang jatuh pada 19 Februari lalu kesibukan sudah mulai nampak di berbagai Kongco di Bali. Tidak terlepas juga adanya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Kuta Bali.Bahkan kegiatan upacara sudah mulai berlangsung sejak Senin (16/2) lalu, di griya Kongco ini. "Untuk hari ini hanya mempersiapkan perayaan malam tahun baru. Kita mulai siapkan sejumlah lampion," terang Ratu Bagus Adnyana, pemangku di Griya Dwipayana, Rabu(18/2) di Tanah Kilap Kuta.Katanya Griya yang dibangun tahun 1999 ini, seiring dengan pelepasan Pura Narmada Tanha Kilap yang terletak di sebelah Kongco. Griya yang terletak di tepi bendungan Tukad Badung, sedikitnya ada 28 tempat pemujaan yang dilakukan di Griya ini.Bahkan berikut urutan dan tata cara meletakkan dupa juga sudah dituntun, sehingga siapapun yang akan melakukan pemujaan tidak lagi dibingungkan harus kemana lebih dahulu menghaturkan puja.Hal menarik di areal Kongco yang dikenal nama 'Ling Sii Miao', juga terdapat bangunan pelinggih Padmasana dan Betara Lingsir tempat pemujaan bagi umat Hindu Bali."Di sinilah letak perpaduan dan keeratan hubungan kami, intinya semua sama dan tertuju kepada hal yang sama dengan penuh kasih sayang," tutur Ratu Bagus.Selain itu juga ada tempat pemujaan 7 Bidadari yang dipercaya memberikan cinta kasih kerejekian dan peningkatan spiritual."Biasanya umat Hindu yang datang ke Kongco ini sehabis dari Padamasana langsung menghaturkan bhaktinya ke Tuju Bidadari," ungkapnya.

Dijelaskannya, setiap hari-hari besar umat Hindu di Bali Kongco ini ramai dipadati umat Hindu. "Menariknya saat hari sembahyangan umat Hindu, saling berbaur dengan warga kami yang juga sembahyangan," ungkap pemangku di Kongco Dwipayana. (mdk/dan)

Baca juga:
Menengok kerukunan dua agama samawi di Kratonan Solo
Redam konflik, tokoh Kristen se-Jawa Timur sowan ke KH Hasyim Muzadi
Contohlah toleransi di Malang, halaman gereja untuk Salat Id
Warga kristen Barat tengah gandrung ikut berpuasa Ramadan