Bagaimana gambaran tokoh topan dalam kisah topan anak yang rajin

2 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 6

A. Mendengarkan Cerita Anak

Dengarkanlah cerita anak yang dibacakan salah satu temanmu berikut ini Pengalaman Galih Galih anak seorang polisi hutan bernama Pak Maman. Selama ini Galih tinggal di kota bersama ibu dan adiknya. Sementara itu, ayahnya tinggal di rumah dinas yang terletak di kampung Nusa Dua tidak jauh dari hutan. Dua minggu sekali ayahnya pulang ke kota. Pada suatu hari Galih berlibur di kampung Nusa Dua. Di sana Galih punya seorang teman bernama Topan. Topan anak yang rajin dan pemberani. Setiap hari Topan mencarikan kayu bakar untuk ibunya. Topan tidak pernah takut keluar masuk hutan seorang diri. Suatu sore Galih pergi jalan-jalan keliling kampung. Di jalan Galih bertemu dengan Topan. TernyataTopan hendak pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Melihat Topan mencari kayu bakar, Galih ingin membantunya. “Sebelum ke hutan, kita mampir ke rumah dulu, ya?” ajak Galih. “Baiklah,” kata Topan. Sesampainya di rumah, Galih langsung masuk. Tidak lama kemudian, Galih keluar dengan membawa dua pasang sepatu. “Pan, kamu pakai dahulu sepatu ini Sepatu ini untukmu,” kata Galih. “Yang benar saja, Lih Masak mau cari kayu bakar pakai sepatu?” kata Topan heran. “Keamanan itu penting, Pan Dengan memakai sepatu, kaki kita akan aman dari gigitan ular atau tajamnya bebatuan,”jawab Galih dengan pasti. “Dasar anak kota” keluh Topan sambil mengenakan sepatu. Mereka pun segera pergi ke hutan. Sesampainya di hutan, Topan segera mengumpulkan ranting-ranting kayu kering. Galih pun ikut mengumpulkan ranting- ranting kayu kering. Gambar 1.1 orang yang sedang mencuri kayu Sumber:www.google.co.id Di unduh dari : Bukupaket.com 3 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 6 Tiba-tiba Galih mendengar suara anak burung. Galih mengajak Topan mencari sarang anak burung itu. Tidak lama kemudian Topan berhasil menemukannya. Sarang burung itu berada di dahan yang agak tinggi. “Kamu ingin aku mengambil sarang burung itu?” tanya Topan menawarkan diri. “Tidak, kita tidak boleh mengambil sarang burung itu. Biarkan saja burung itu tumbuh besar bersama induknya. Aku hanya ingin melihatnya saja.” “Memangnya kamu bisa memanjat?” tanya Topan. “Pohon ini ‘kan tidak besar. Bagaimana kalau kamu membantuku memanjat pohon ini?” kata Galih balik bertanya. “Baiklah. Ayo, naik ke punggungku” kata Topan kemudian. Galih segera melepas sepatunya. Topan pun membantu Galih memanjat pohon yang tidak begitu besar itu. Saat Galih berhasil melihat anak burung itu, tiba-tiba Galih melihat segerombolan orang. Galih merasa curiga. Topan kemudian mengajak Galih untuk membuntuti orang-orang itu. Ternyata mereka berhenti di tengah hutan untuk menebangi kayu. “Bagaimana ini?Apa yang harus kita lakukan?” tanya Galih. “Sebaiknya kita segera lapor kepada ayahmu,” jawab Topan. Melihat keadaan itu, Topan dan Galih segera pulang. Saat tiba di pinggir hutan, mereka bertemu dengan Pak Maman. Mendengar cerita Galih dan Topan, Pak Maman segera menghubungi teman-temannya lewat HT Handy-Talky. Tidak lama kemudian, teman-teman Pak Maman telah berkumpul di pinggir hutan. Mereka segera mengatur rencana penangkapan. Galih dan Topan ingin sekali melihat pencuri itu ditangkap. Pak Maman mengizinkan mereka melihat dari jauh. Galih dan Topan sempat merasa takut saat polisi hutan menyergap para pencuri. Para pencuri sempat melakukan perlawanan, tetapi para polisi hutan berhasil melakukan penangkapan. Galih dan Topan merasa senang ketika para polisi hutan itu berhasil menangkap para pencuri kayu. Bagi Galih, peristiwa itu merupakan pengalaman yang tidak mungkin terlupakan. Gabar 1.2 pencuri kayu kian marak Sumber:www.google.co.id Di unduh dari : Bukupaket.com 4 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 6 Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini 1. Cerita di atas mengenai hal apa? Jelaskan 2. Sebutkan unsur-unsur yang kalian dengar dalam cerita itu 3. Siapa saja tokoh-tokoh dalam cerita di atas? 4. Bagaimanakah sifat-sifat tokoh cerita di atas? 5. Di manakah peristiwa dalam cerita itu terjadi? 6. Bagaimana pendapatmu mengenai tokoh yang kalian dengar dalam cerita tadi? 7. Tentukan tema cerita yang kalian dengarkan 8. Ceritakan kembali isi cerita yang kalian dengarkan sebanyak satu paragraf 9. Sebutkan perbuatankalian tokoh cerita yang bisa diteladani 10. Tunjukkan kalimat atau paragraf yang menunjukkan perbuatan tokoh yang patut diteladani

B. Pesan dan Informasi

  • 1st-6th grade
  • Ilmu Pengetahuan Sosial

Bagaimana gambaran tokoh topan dalam kisah topan anak yang rajin

Siswa

Tuliskan isi dari cerita pendek yang terdapat pada gambar!

Qanda teacher - NitaAs

Beritahu apabila masih ada yang tidak dimengerti yah!

Ilustrasi Anak Jalanan © (Manuel Findeis) Shutterstock

Penulis novel Ali Topan Anak Jalanan, Teguh Esha, meninggal dunia pada Senin (17/5/2021) pukul 7.23 WIB di RS Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan. Almarhum juga dikenal sebagai wartawan yang juga sastrawan. Kabar meninggalnya Teguh Esha disampaikan oleh Evry Joe selaku Humas Parfi. Evry lantas mengungkapkan duka yang mendalam atas meninggalnya Teguh Esha.

“Kita merasa kehilangan sosok penulis besar, penulis sebuah cerita legenda Ali Topan Anak Jalanan dan film ini terus dikenal menjadi sebuah cerita atau sebuah film layar lebar. Film ini cukup melegenda di negeri kita Indonesia,” ucap Evry yang dikutip dari Kompas, Rabu (19/5).

Dirinya juga menyampaikan bahwa karya Teguh Esha akan terus dikenang oleh banyak orang. Terutama kepada dunia sastra dan juga perfilman.

"Selamat jalan Bang Teguh Esha dan karya-karya Anda menjadi ladang amal untuk dikenang selamanya oleh masyarakat pencinta film Indonesia,” tuturnya.

Memang bagi dunia kesenian, novel Ali Topan Anak Jalanan bukan hanya sekadar karya. Tapi juga perwakilan realitas wajah anak muda jakarta pada masa itu. Novel tersebut dibuat pada 1970-an dan populer pada zamannya, bahkan hingga saat ini. Novel tersebut bahkan sudah difilmkan.

"Saya kira belum ada novel yang sekelas itu. Dia mengubah banyak anak muda, membuat anak muda mengidentifikasikan dirinya sebagai Ali Topan, jadi pada gondrong. Kalaupun sudah terlanjur gondrong, dia menyebut dirinya sebagai Ali Topan," ujar Haris Jauhari, wartawan senior Indonesia mengutip Republika.

Tokoh Ali Topan pertama kali muncul dalam cerita bersambung di majalah Stop pada tahun 1972. Teguh Esha kemudian mengembangkan cerita bersambungnya menjadi film dengan judul Ali Topan Anak Jalanan, dengan dia sendiri sebagai sutradaranya.

Menurut Haris, Ali Topan merupakan gambaran diri Teguh Esha tentang pikiran-pikiran, dan obsesi-obsesi almarhum yang ingin menegakkan keadilan. Semua dituangkan Teguh Esha dalam sebuah novel. Hal ini ditambah dengan kemasan cinta yang diramu secara menarik.

Ali Topan dan jiwa pemberontak

Remaja laki-laki selalu digambarkan sebagai sosok nakal, jahil, urakan, dan suka melanggar peraturan. Ali Topan kemudian menjadi salah satu ikon remaja tahun 70an yang jauh dari kesan tunduk. Sejatinya, Topan adalah siswa SMA yang hobi bolos bersama geng motornya. Tidak ada tempat bagi Topan untuk mengeksplorasi diri selain di jalanan. Tidak di rumah maupun di sekolah.

Kebiasaan bolos inilah yang membuatnya bertemu dengan Anna Karenina, seorang gadis cantik yang merupakan murid baru di sekolah Topan. Pertemuan ini menumbuhkan benih-benih cinta, walau akhirnya ditentang oleh keluarga Anna.

Topan digambarkan sebagai anak laki-laki yang hidup dalam keluarga disfungsional. Ayahnya lebih banyak berada di luar rumah dengan dalih bekerja, sama seperti ibunya yang beberapa kali dipergoki Topan asyik-masyuk dengan pria lain.

Pada sisi lain, Anna justru mengalami situasi keluarga dengan kontrol penuh. Keharmonisan kedua orangtuanya menghasilkan efek dominan dan protektif yang berlebihan. Orangtuanya yang sangat menjaga anaknya dan mementingkan image keluarga, malah justru kebobolan. Kakaknya kawin lari.

Simbol-simbol pemberontakan juga tampak dari atribut yang dipasang Topan, yakni sebuah poster di kamar Topan yang bertuliskan “A house is not a home”. Jalanan menjadi tempat bagi Topan bermain sekaligus belajar sesuatu tanpa embel-embel formalitas.

Walau begitu, di sekolah Topan tetap mempertahankan kecerdasannya, menjadi yang paling cepat selesai setiap ujian. Jalanan tidak lagi bermakna sesuatu yang membuatnya liar, tetapi justru membuatnya bertahan dan mencari cara untuk bertahan.

Ali Topan hadir dengan mengusung semangat crossboy, generasi yang berada di persimpangan jalan. Teguh sendiri mengartikan istilah crossboy sebagai “kebebasan dengan keliaran”. Semangat generasi ini bisa dipahami melalui keseharian Topan dan kawan-kawan yang ‘besar’ di jalanan.

Mengutip Tirto, Korie Layun Rampan dalam bukunya Perjalanan Sastra Indonesia (1983) menyatakan bahwa tokoh Ali Topan merupakan prototype remaja pada tahun 70an. Tokoh ini digambarkan sebagai sosok yang ekspresif, brutal, bahkan kadang-kadang tampak superhuman atau superman, demikian melansir Ensiklopedia Sastra Indonesia Kemendikbud.

Wajah anak muda Jakarta era 70-an

Munculnya perang dingin antara dua blok kekuatan usai Perang Dunia II; Amerika dan Uni Soviet, menumbuhkan kejenuhan dan semangat damai anti perang di kalangan anak muda Amerika Serikat, Kanada dan Eropa Utara.

Hippies lalu muncul sebagai sebuah gagasan tentang cara hidup atau cara pandang alternatif atau berbeda dengan kehidupan yang dominan berlaku pada saat itu.

Kaum hippies ini menjadi mudah dikenali karena secara kasat mata dapat dilihat dari penampilannya yang eksentrik: rambut panjang, jenggot yang dibiarkan tak dicukur, pakaian longgar aneka warna (psikedelik), sandal, kalung, gelang dan perempuannya tidak memakai bra

Semangat flower generation yang dibawa oleh kaum hippies ini, ketika masuk dan mempengaruhi gaya hidup muda-mudi Indonesia, lebih pada persoalan imitasi gaya hidup dan penampilan daripada simbol pemberontakan terhadap kemapanan seperti yang terjadi di negara asalnya.

Pada saat Ali Topan Anak Jalanan diluncurkan tahun 1977. Jakarta baru saja mengalami banyak pembangunan lokasi ikonik seperti Pekan Raya Jakarta, Monas, sampai tempat judi.

Hal ini menambah semangat-semangat baru dan juga peluang untuk menampilkan wajah baru yang masih asing. Ditambah lagi dengan kian terbukanya Indonesia dengan budaya luar, yang terwakili oleh lagu-lagu Barat yang diperdengarkan sepanjang film.

Topan juga hadir sebagai perwakilan anak muda Jakarta yang mengalami culture shock, konsekuensi dari perubahan yang perlahan-lahan hadir. Juga bisa sebagai pemberontakan dari institusi-intitusi sosial yang selama ini dianggap masyarakat sebagai zona nyaman, dan mencoba hidup mandiri.

Selain itu Ali Topan, misalnya, menyoroti soal tante girang, istilah bagi ibu-ibu yang suka berselingkuh dengan para pemuda. Menurut Teguh, yang dulu rajin nongkrong di kawasan Blok M, para mahasiswa atau pemuda bergaya seperti mahasiswa banyak yang beredar di kawasan Melawai dan Bulungan.

"Mereka lantas dijemput tante girang dan dibawa, biasanya ke Puncak,” kata pengarang yang pernah mendapat pengakuan dari mahasiswa dan tante girang itu, mengutip Tempo.

Tante girang sebenarnya gejala sosial yang selalu muncul di tiap zaman. ”Masa itu gejala ini dieksploitasi oleh novel-novel, sehingga bisa jadi ibu-ibu itu malah kemudian terilhami berbuat demikian,” katanya

Menurut dia, lahirnya media semacam itu akibat kejenuhan terhadap politik dan euforia kebebasan pers, yang diperkirakan Teguh pada 1968-1972. ”Itu zaman pers kuning, yang isinya ramuan horor, porno, dan judi,” ujarnya.

Walau begitu Ali Topan, menurut Teguh, memiliki karakter dan spirit. ”Kalau James Dean berontak tanpa alasan, Rebel without a Cause, Ali Topan berontak dengan alasan,” katanya. Ali Topan melawan segala ketidakadilan dan mempertanyakan segala yang dirasanya tak adil. ”Dia berani bila benar dan takut bila salah,” kata Teguh.

Baca juga: