Apakah tes keperawanan sudah dihapus 2022 untuk polwan

Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Mayjen TNI Budiman menegaskan tes keperawanan bagi calon prajurit wanita TNI kini sudah efektif dihapus pada tiga matra.

 

"(Penghapusan tes keperawanan) sudah efektif (berlaku). Sudah diberlakukan untuk seluruh matra, baik darat, laut maupun udara," kata Budiman, usai acara Rapat Koordinasi Teknis Kesehatan (Rakornikes) Tahun 2022, di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

 

Sesuai arahan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, kata Budiman, tes keperawanan wanita tak mempengaruhi mereka ketika menjalani pendidikan, latihan, dan bahkan penugasan sebagai wanita TNI.

 

Oleh karena itu, Jenderal Andika kemudian menghapuskan tes keperawanan dari pemeriksaan badan calon prajurit wanita TNI.

 

"Bapak Panglima TNI menghapuskan persyaratan tersebut dalam buku petunjuk teknis pemeriksaan badan calon prajurit TNI," ujar Budiman.

 

Menurut dia, kebijakan Panglima TNI itu tidak terkait langsung terhadap melonjaknya pelamar calon prajurit wanita.
 

Namun, kebijakan penghapusan tes keperawanan pada dasarnya untuk memberikan prinsip hak asasi manusia (HAM) bagi wanita yang kebetulan sudah tidak lagi perawan, baik karena sengaja maupun tidak disengaja.

 

Sehingga, wanita tersebut masih memiliki kesempatan menjadi prajurit wanita TNI selama mereka mempunyai kemampuan intelektual dan fisik yang baik.

 

"Itu semua berkaitan dengan kredibilitas yang bersangkutan dan kami memiliki serangkaian tes untuk melihat hal tersebut. Tapi yang jelas masalah itu tidak lagi menjadi hal yang standar yang ada dalam juknis (petunjuk teknis)," kata Budiman.

 

Kebijakan penghapusan tes keperawanan dalam rekrutmen calon prajurit TNI dilontarkan Jenderal TNI Andika Perkasa saat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) pada 2021.

 

Saat itu, Andika menyebutkan tes tersebut dianggap tidak lagi memiliki relevansi terhadap tujuan pendidikan militer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tes keperawanan bagi calon anggota polisi wanita (Polwan) memang pernah diterapkan dalam proses rekrutmen di Kepolisian RI (Polri). Namun belakangan, tes semacam ini sudah lama ditiadakan oleh institusi negara tersebut.

"Saya ikut tes masuk polisi pada tahun 1982. Ketika itu memang ada tes keperawanan. Karena prasyarat utama menjadi polwan kala itu memang harus perawan," ujar dosen Pusat Pendidikan Lalu Lintas Polri, Tien Abdullah, kepada Republika, Kamis (20/11).

Tien pun mengaku tidak mempermasalahkan tes keperawanan tersebut, asal yang melakukannya adalah dokter perempuan. Menurutnya, tes semacam ini memiliki pengaruh positif terhadap mentalitas polwan.

Ia berpendapat, tes keperawanan bertujuan agar mereka yang menjadi polwan itu betul-betul perempuan yang mampu menjaga integritas dirinya. Apalagi, dalam menjalankan tugasnya, polwan juga dituntut menjadi pengayom dan teladan bagi masyarakat.

Selain itu, syarat keperawanan tersebut menurut Tien juga dapat menjadi motivasi bagi anak-anak perempuan yang bercita-cita menjadi polwan, agar selalu menjaga kehormatan dirinya. Syarat ini dapat mencegah mereka melakukan hubungan seks di luar nikah.

"Dulu, syarat masuk polwan itu tidak hanya belum pernah menikah, tapi juga harus perawan. Ini menjadi kebanggaan sendiri bagi kami, karena yang jadi polwan itu betul-betul perempuan yang mampu menjaga kehormatan dirinya," kata Tien.

Sayangnya, kata Tien, keperawanan tersebut belakangansudah tidak menjadi syarat lagi dalam proses rekrutmen Polri.

"Setahu saya, di Polri sudah tidak ada lagi tes keperawanan. Buktinya, sekarang ada polwan yang ketahuan hamil selama pendidikan. Saya juga heran, mengapa sekarang tes itu dipersoalkan?" tutur polwan berjilbab itu lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah tes keperawanan sudah dihapus 2022 untuk polwan

Polisi wanita Polda Metro Jaya saat apel di Jakarta, Kamis, 20 November 2014. CNN Indonesia/Safir Makki

Jakarta, CNN Indonesia -- Simpang siur berita adanya tes keperawanan bagi calon Polisi Wanita masih menjadi kontroversi. Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri, Brigadir Jenderal Polisi Arthur Tampi, memastikan tak ada tes keperawanan untuk menjadi Polwan.

"Tidak ada istilah memeriksa keperawanan. Tidak ada yang tidak lulus yang tidak perawan," tegas Arthur dalam konferensi pers yang digelar di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta, Jumat (21/11).

Dalam kesempatan tersebut, Arthur memaparkan proses seleksi untuk menjadi anggota Polri. Proses penyaringan tersebut terdiri dari tes fisik dan psikologi.

Tes fisik meliputi seluruh anggota tubuh dari kepala hingga kaki, termasuk organ reproduksi. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui apakah kandidat mampu menjalani latihan fisik yang nantinya akan dihadapi dalam akademi.

"Kita lihat ada infeksi, atau tumor, atau kelainan tertentu yang bisa berpengaruh pada proses latihan nanti," tutur Arthur.

Mengerucut ke sistem tes untuk Polwan, Arthur berujar, "Khusus pemeriksaan kelamin perempuan, kita cuma lihat. Tidak ada yang menyentuh selaput dara, yang ada kita bersihkan dengan kassa yang sudah steril sehingga bisa dicek."

Menurut Arthur, kondisi selaput dara memang berpengaruh terhadap hasil tes. Namun, bukan berarti yang tidak perawan tidak lulus tes. Hasil tes tersebut akan dikelompokkan ke dalam gradasi penilaian.

"Gradasi penilaian itu misalnya mata tanpa kacamata nilainya baik. Satu mata dengan minus nilainya cukup, kalau dua-duanya itu tidak layak,” ujarnya.

Begitu pula dengan tes obstetrics dan gynaecology. “Memang berpengaruh pada gradasi nilai, tapi mungkin nilainya hanya kurang dari yang masih kondisi baik," ujar Arthur.

Sebelum menjalani tes, Arthur juga mamstikan ada proses edukasi. Sistem pemeriksaan juga dilakukan penuh oleh dokter perempuan dan perawat perempuan.

Setelah calon Polwan paham betul apa yang akan dijalani, mereka diminta untuk menandatangani surat pernyataan bersedia untuk diperiksa. "Jadi semua sudah atas persetujuan yang bersangkutan," ucap Arthur.

Sebelumnya, Kepala Divisi Hukum Mabes Polri, Brigjen Pol Moechgiyarto menegaskan peraturan tes keperawanan untuk calon polisi wanita di tahapan penerimaan anggota baru kepolisian perlu dilakukan. Dia mengatakan, tes keperawanan wajib dijalani sesuai dengan regulasi seleksi internal kepolisian.

Menurut dia tes keperawanan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas keperawanan calon Polwan. “Kan kalau ternyata dia tidak perawan karena latar belakangnya seorang pekerja seks, misalnya, tentu kami tidak terima. Ini masalah moral," kata Moechgiyarto saat ditemui di acara dialog hukum di Kuningan, Jakarta, Rabu (19/11).

Apakah ada tes keperawanan untuk jadi polwan 2022?

Tes keperawanan dianggap diskriminatif bagi calon polwan Tes tersebut hanya berlaku bagi calon personel polisi perempuan tapi tak ada bagi laki-laki.

Apakah tes keperawanan sudah dihapus 2022?

"(Penghapusan tes keperawanan) sudah efektif (berlaku). Sudah diberlakukan untuk seluruh matra, baik darat, laut maupun udara," kata Budiman, usai acara Rapat Koordinasi Teknis Kesehatan (Rakornikes) Tahun 2022, di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

Apakah masuk polwan masih ada tes keperawanan?

Dia pun bersyukur, pada 2014, Polri menghapus tahapan tes keperawanan dalam proses penerimaan anggota baru.

Apa saja tes polwan 2022?

Syarat Umum.
Warga Negara Republik Indonesia (WNI) dibuktikan dengan E-KTP..
Berdomisili minimal 2 tahun di Polda tempat mendaftar, dibuktikan dengan KTP atau KK..
Minimal berusia 18 tahun dan maksimal 21 tahun..
Melampirkan surat kesehatan dari RSUD setempat dan surat bebas narkoba..
Tidak bertato dan bertindik..