Ilustrasi Al Qur’an Credit: unsplash.com/thedancingrain As-Samad artinya Allah Maha Dibutuhkan. Selain As-Samad artinya, kamu tentu perlu memahami arti Asmaul Husna lainnya. Berikut arti Asmaul Husna yang perlu kamu pahami: 1. Ar Rahman, artinya: Yang Maha Pengasih 2. Ar Rahiim, artinya: Yang Maha Penyayang 3. Al Malik, artinya: Yang Maha Merajai (bisa diartikan Raja dari semua Raja) 4. Al Quddus, artinya: Yang Maha Suci 5. As Salaam, artinya: Yang Maha Memberi Kesejahteraan 6. Al Mu'min, artinya: Yang Maha Memberi Keamanan 7. Al Muhaimin, artinya: Yang Maha Mengatur 8. Al 'Aziiz, artinya: Yang Maha Perkasa 9. Al Jabbar, artinya: Yang Memiliki (Mutlak) Kegagahan 10. Al Mutakabbir, artinya: Yang Maha Megah, yang memiliki kebesaran 11. Al Khaliq, artinya: Yang Maha Pencipta 12. Al Baari', artinya: Yang Maha Melepaskan (membuat, membentuk, menyeimbangkan) 13. Al Mushawwir, artinya: Yang Maha Membentuk Rupa (makhluk-Nya) 14. Al Ghaffaar, artinya: Yang Maha Pengampun 15. Al Qahhaar, artinya: Yang Maha Menundukkan/Menaklukkan Segala Sesuatu 16. Al Wahhaab, artinya: Yang Maha Pemberi Karunia 17. Ar Razzaaq, artinya: Yang Maha Pemberi Rezeki 18. Al Fattaah, artinya: Yang Maha Pembuka Rahmat 19. Al 'Aliim, artinya: Yang Maha Mengetahui 20. Al Qaabidh, artinya: Yang Maha Menyempitkan 21. Al Baasith, artinya: Yang Maha Melapangkan 22. Al Khaafidh, artinya: Yang Maha Merendahkan 23. Ar Raafi', artinya: Yang Maha Meninggikan 24. Al Mu'izz, artinya: Yang Maha Memuliakan 25. Al Mudzil, artinya: Yang Maha Menghinakan 26. Al Samii', artinya: Yang Maha Mendengar 27. Al Bashiir, artinya: Yang Maha Melihat 28. Al Hakam, artinya: Yang Maha Menetapkan 29. Al 'Adl, artinya: Yang Maha Adil 30. Al Lathiif, artinya: Yang Maha Lembut 31. Al Khabiir, artinya: Yang Maha Mengenal 32. Al Haliim, artinya: Yang Maha Penyantun 33. Al 'Azhiim, artinya: Yang Maha Agung 34. Al Ghafuur, artinya: Yang Maha Memberi Pengampunan 35. As Syakuur, artinya: Yang Maha Pembalas Budi (menghargai) 36. Al 'Aliy, artinya: Yang Maha Tinggi 37. Al Kabiir, artinya: Yang Maha Besar 38. Al Hafizh, artinya: Yang Maha Memelihara 39. Al Muqiit, artinya: Yang Maha Pemberi Kecukupan 40. Al Hasiib, artinya: Yang Maha Membuat Perhitungan 41. Al Jaliil, artinya: Yang Maha Luhur 42. Al Kariim, artinya: Yang Maha Pemurah 43. Ar Raqiib, artinya: Yang Maha Mengawasi 44. Al Mujiib, artinya: Yang Maha Mengabulkan 45. Al Waasi', artinya: Yang Maha Luas 46. Al Hakim, artinya: Yang Maha Bijaksana 47. Al Waduud, artinya: Yang Maha Mengasihi 48. Al Majiid, artinya: Yang Maha Mulia 49. Al Baa'its, artinya: Yang Maha Membangkitkan 50. As Syahiid, artinya: Yang Maha Menyaksikan Scroll down untuk melanjutkan membaca
1.semua makhluk hidup pasti membutuhkan orang lain 2.tidak mencintai dunia secara berlebihan jadikan jawaban terbaik ya semoga membantu maaf kalau salah AS-SHAMAD, PENGUASA YANG MAHA SEMPURNA DAN TEMPAT BERGANTUNG SEGALA SESUATU Oleh DASAR PENETAPAN قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ Katakanlah: Dialah Allâh Yang Maha Esa, Allâh adalah ash-Shamad (Penguasa Yang Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu) [al-Ikhlâsh/112:1-2] Dan dalam sebuah hadits yang shahîh, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para Sahabat Radhiyallahu anhum: “Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga (dari) al-Qur`ân dalam satu malam?” Maka para Sahabat Radhiyallahu anhum merasakan hal itu sangat berat sehingga berkata: “Siapa di antara kami yang mampu (melakukan) hal itu, wahai Rasûlullâh?”. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Surat) Allâh al-Wâhid (Yang Maha Esa) ash-Shamad (Penguasa Yang Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu) adalah (sebanding dengan) sepertiga al-Qur`ân”[1]. MAKNA ASH-SHAMAD SECARA BAHASA Al-Fairûz Abâdi rahimahullah menjelaskan bahwa termasuk makna ash-Shamad secara bahasa adalah as-sayyid (pemimpin) karena selalu dituju (dijadikan rujukan), juga berarti yang kekal dan mulia [3]. Demikian juga Ibnu Manzhûr rahimahullah menyebutkan bahwa makna ash-Shamad adalah yang dituju dan dijadikan sandaran [4]. Sementara itu, Ibnul Atsîr rahimahullah berkata, “Nama Allâh ash-Shamad artinya as-sayyid (penguasa) yang mencapai puncak kemahakuasaan. Ada yang berpendapat: artinya adalah yang maha kekal abadi…Dan ada yang mengatakan: artinya adalah yang dituju (oleh semua makhluk) dalam segala kebutuhan mereka.”[5] Oleh karena itu, (dahulu) bangsa Arab menamakan para pemimpin mereka dengan ‘ash-shamad’ karena menjadi tempat tujuan orang-orang yang mempunyai keperluan dan (sifat) kepemimpinan terhimpun pada (diri) mereka”[6] . PENJABARAN MAKNA NAMA ASH-SHAMAD Baca Juga Manfaat Mengimani Nama Allâh Subhanahu Wa Ta’ala " Al-Azhîm" Lebih lanjut, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah memaparkan, “ash-Shamad adalah penguasa yang sempurna kekuasaannya. Oleh karena itu, dulu orang Arab menamakan pemimpin mereka dengan nama ini, karena banyaknya sifat terpuji (yang terkumpul) pada diri orang (tokoh) tersebut…Jadi, ash-Shamad adalah dzat yang dituju (dijadikan sandaran) oleh hati manusia dalam ketakutan dan pengharapan (mereka), karena banyaknya sifat baik dan terpuji (yang terhimpun) padanya. Karenanya, mayoritas Ulama Salaf, di antaranya ‘Abdullâh bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhu berkata: “ash-Shamad adalah penguasa yang maha sempurna kekuasaan-Nya…”[9] Senada dengan itu, Syaikh Muhammad al-Amîn asy-Syinqîthi rahimahullah berkata, “Allâh Subhanahu wa Ta’ala Dialah penguasa tunggal, tempat menyandarkan segala kesulitan dan kebutuhan, Dialah Yang Maha Suci dan Tinggi dari (menyerupai) sifat-sifat makhluk, seperti makan, minum dan sebagainya…”[10] Keterangan di atas menunjukkan bahwa ash-Shamad adalah termasuk nama Allâh yang menunjukkan makna beberapa sifat (kemuliaan), dan bukan hanya satu sifat. Ini sekaligus menggambarkan betapa banyak sifat keagungan dan kesempurnaan milik Allâh Azza wa Jalla. [11] Atas dasar itu, keterangan para Ulama Salaf dalam mengartikan nama Allâh yang agung ini (ash-Shamad) berbeda-beda, sebagaimana yang disampaikan oleh imam Ibnu Jarîr ath-Thabari dan Imam Ibnu Katsîr [12]. Dan semua makna yang dipaparkan adalah benar dan hanya pantas diperuntukkan bagi Allâh Azza wa Jalla. Hal ini ditegaskan oleh Imam Abul Qâsim ath-Thabrâni rahimahullah dalam pernyataannya: “Semua makna tersebut adalah benar dan merupakan sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla.”[13] Imam al-Bagawi rahimahullah berkata, “Yang lebih tepat adalah mengartikan kata ash-Shamad dengan semua makna yang diterangkan (oleh para Ulama), karena kata ini mencakup (semua) makna tersebut. Maka, ini mengandung kensekuensi tidak ada (yang berhak disebut) ash-Shamad kecuali Allâh Subhanahu wa Ta’ala , Yang Maha Agung dan Kuasa atas segala sesuatu. Nama ini khusus (diperuntukkan) bagi-Nya semata. Dialah yang memiliki nama-nama yang maha indah dan sifat-sifat yang maha tinggi.”[14] PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA ASH-SHAMAD Baca Juga Syarah Nama Allah, Asy-Syakûr أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada sembahan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya) [an-Naml/27:62][15]. Inilah makna sabda Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya, “Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allâh, dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada-Nya”[16]. Bahkan ini merupakan inti kandungan dari al-Qur’ân yang suci, yang tertuang pada firman Allâh Azza wa Jalla : إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan [al-Fâtihah/1:5] Salah seorang Ulama Salaf berkata, “Surat al-Fâtihah adalah rahasia (inti kandungan) al-Qur’ân dan rahasia (inti kandungan) al-Fâtihah adalah kalimat (ayat) ini”[17] . PENUTUP [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196] _______ Footnote [1]. HR. al-Bukhâri (no. 4727) dari Abu Sa’îd al-Khudri Radhiyallahu anhu [2]. Mu’jamu Maqâyîsil Lughah (3/241) [3]. al-Qâmûs al-Muhîth hlm. 375 [4]. Lisânul ‘Arab (3/258). [5]. an-Nihâyah fi Gharîbil Hadîts wal Atsar (3/99) [6]. Lihat kitab Fâidatun Jalîlah fîi Qawâ‘idil Asmâil Husnâ hlm. 21-22 [7]. (12/741), juga dinukil oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau (4/740) dan as-Suyuuthi (8/682). [8]. Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari” (12/741). [9]. Ash-Shawâ‘iqul Mursalah (3/1024-1025) [10]. Adhwâ-ul Bayân (2/187) [11]. Fiqhul Asmâil Husnâ hlm. 112 [12]. Tafsir Ibnu Jarîr ath-Thabari (12/736-742) dan Tafsir Ibnu Katsîr (4/740) [13]. Dinukil Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya (4/740) [14]. Ma’âlimut Tanzîl (7/321) [15]. Lihat Fiqhul Asmâil Husna hlm. 113-114 [16]. HR at-Tirmidzi (no. 2516), Ahmad (1/293) dan lain-lain. Dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albâni [17]. Dinukil Imam Ibnu Katsîr dalam tafsirnya (1/48) |