Apa Saja langkah tahapan yang di lakukan dalam menulis kritik yang baik

Apa Saja langkah tahapan yang di lakukan dalam menulis kritik yang baik


pojokseni.com - Menulis dan menyusun kritik sastra menjadi sebuah karya tersendiri berarti membuat sebuah tulisan yang lengkap terkait analisis dan interpretasi terhadap karya sastra itu sendiri. Tidak bisa tidak, kritik sastra menjadi hal yang berpengaruh bagi peningkatakan kualitas kesusastraan Indonesia.

Di zaman dulu, Indonesia mengenal nama HB Jassin yang menjadi kritikus sastra dengan karya-karya yang memberi sumbangsih besar pada sastra Indonesia. Di era modern seperti saat ini, juga banyak bermunculan nama-nama kritikus sastra yang sangat baik memberikan penjabaran interpretasi dan analisis terhadap karya sastra yang dikritik.

Banyak juga yang menyamakan kritik sastra dengan esai. Padahal, kritik sastra hadir sebagai tanggapan terhadap satu karya sastra tertentu. Sedangkan esai merupakan tulisan yang berisi opini pribadi seseorang terhadap karya sastra. Bisa bentuknya resensi, bisa juga review.

Kritik sastra bisa berbentuk penghakiman terhadap satu karya sastra tersebut. Bahkan, kritik sastra membeberkan apa saja kekurangan dari karya sastra yang dimaksud. Namun, bukan berarti tidak berisi pemaparan atas apa saja kelebihan karya sastra yang dimaksud. Karena itulah, kritik sastra didefinisikan sebagai tanggapan terhadap satu karya sastra.

Menulis dan menyusun karya kritik sastra adalah dua hal yang saling berkaitan. Menulisnya merupakan proses menganalisis, menginterpretasi dan "mengomentari" karya sastra yang dikritik. Sedangkan penyusunan merupakan proses menjadikan karya kritik sastra tersebut lebih menarik dibaca.

Unsur-unsur Kritik Sastra

Untuk menulis kritik sastra, maka sebelumnya akan sangat baik bila kita mengenali terlebih dulu unsur-unsur yang ada di dalamnya. Beberapa unsur yang biasanya ada di dalam kritik sastra antara lain:

- Kelebihan dan kekurangan dari karya sastra yang dikritik

Ini salah satu hal yang mesti ada dalam satu karya kritik sastra. Kritikus atau dalam hal ini penulis kritik akan memilah apa saja kelebihan dan juga kekurangan dari objek kritik.

- Objektif

Kritik tersebut harus bersifat objektif. Semua yang ditulis berlandaskan dengan ilmu pengetahuan, serta pengamatan yang detail dan mendalam. Bila diperlukan, ada ilmu tertentu yang digunakan sebagai "pisau bedah" dalam menganalisis karya tersebut lebih mendalam. Maka dari itu, pendapat subjektif terhadap karya, apalagi pada penulisnya, sangat dihindari dalam penulisan kritik sastra.

- Menggunakan Teori atau Metode Tertentu

Tulisan kritik harus berlandas pada ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ada kajian teori serta metode penelitian yang digunakan. Bisa saja satu teori, tapi bisa juga menggunakan beberapa kajian teori atau metode sekaligus untuk membedah karya tertentu. 

Hal tersebut tentunya akan membedakan mana karya kritik sastra dan mana esai. Meski esai juga bisa memberikan sumbangsih pada peningkatan kualitas karya tertentu, namun esai lebih bersifat subyektif. 

Kritikus semestinya memberi jarak estetis dulu terhadap suatu karya sebelum menulis kritiknya. Hal itu ditujukan agar kritikus tidak menulis dalam kondisi "sedang terlarut" pada karya tersebut yang bisa menjadikan karyanya cenderung subjektif.

Sedangkan esai, justru biasanya ditulis ketika penulisnya masih terlarut dalam karya tersebut, sehingga bisa menarasikan sudut pandang pribadi ketika menganalisis karya tersebut. Terlebih dari itu, karya esai tersebut juga berbeda dengan kritik, karena penulisnya memaparkan opininya terkait hubungan karya sastra tersebut dengan lingkungan sosial, atau kehidupan sehari-hari.

Meski demikian, unsur di atas ditujukan untuk mencirikan dan membedakan mana kritik sastra dan mana esai. Hal itu justru bukan dihadirkan sebagai batasan tertentu bagi penulisnya.

Langkah-langkah Menulis Kritik Sastra Bagi Pemula

Langkah pertama, pilih karya sastra yang tepat dan menarik untuk ditelaah. Ada nilai tertentu yang bisa Anda bawa setelah membacanya, juga ada proses penyelaman untuk mendapatkan makna sesungguhnya. Anda bisa memilih berbagai jenis karya sastra, mulai dari puisi, cerpen, novel dan sebagainya dari sastrawan kenamaan Indonesia untuk diteliti.

Sekedar saran, coba hindari dulu karya terjemahan. Karena, Anda bisa saja "berjarak" dengan tulisan asli penulisnya. Penerjemahan tentunya mencoba mengartikan karya penulisnya sesuai dengan tuturan asli, baru disesuaikan dengan tata bahasa Indonesia. Hal itu bisa menjadikan permainan aliterasi, atau asimilasi yang digunakan penulisnya jadi menghilang di bahasa berikutnya. 

Hal berbeda dilakukan apabila Anda mengetahui atau menguasai bahasa penulis aslinya.

Langkah kedua, Anda mulai membedah karya yang Anda baca dengan menuliskan siapa saja tokohnya, alur ceritanya, karakteristiknya dan teks memiliki tendensi tertentu. Langkah satu ini bisa Anda lakukan sambil membaca agar tidak terjadi kesalahan ketika menuliskan isi dari tulisan yang dikaji.

Langkah ketiga, mulai menangkap pesan, makna dan sebagainya yang hadir atau harfiah. Misalnya, apa pemikiran tokoh yang disampaikannya lewat tulisan. Atau, apa saja kontribusi setiap tokoh pada alur (plot). Apakah seandainya bila ia tidak melakukan hal A, maka plotnya tidak akan A dan sebagainya.

Jangan langsung ke pesan yang "metafisik" atau tidak digambarkan jelas. Coba telisik dulu bagian permukaan, sebelum Anda mencoba menggali karya tersebut jauh lebih ke dalam.

Langkah keempat, ini langkah berikutnya ketika Anda sudah mulai masuk ke dalam karya tersebut, mencoba menyelami dan menangkap makna yang lebih dalam. Anda juga mulai menangkap pandangan sebenarnya dari penulis tersebut ke lingkungan, sosial, kehidupan dan cosmos di sekitarnya. Karya tersebut merupakan respon dari seniman terhadap hidup di sekitarnya, dan itu akan mulai perlahan-lahan Anda kumpulkan ketika telah menyelami karya tersebut.

Langkah kelima, Anda akan mulai mencocokkan premis dalam karya tersebut dengan kehidupan saat ini. Hasilnya, akan muncul satu thesis yang bersumber dari karya tersebut. Thesis tersebut merupakan pandangan utama penulis yang dijabarkan dalam karyanya.

Tapi, thesis tersebut harus dibuktikan. Apabila tidak, maka namanya adalah hipothesis. Buktinya harus bersumber dari karya yang sama. Ada bukti tekstual, dan ada pula yang merupakan analisis terhadap apa yang dipikirkan oleh tokoh-tokoh di dalamnya.

Langkah Keenam, susun kerangka dengan pernyataan thesis diletakkan di paling awal. Penyusunan kerangka ini ditujukan agar tulisan Anda runut dan tidak lompat penjelasannya. Gunakan kutipan-kutipan yang berasal dari dalam teks untuk memperkuat setiap hasil analisis Anda.

Hal di atas merupakan kritik sastra yang biasa digunakan oleh pemula. Misalnya seperti siswa SMA kelas XII atau mahasiswa semester awal untuk belajar membuat kritik sastra. 

(Artikel ini adalah tentang kritik sastra, untuk "kritik seni" silahkan baca artikel ini: Empat Tahapan Kritik Seni Berdasarkan Metode Feldman )

Advertisement

Apa Saja langkah tahapan yang di lakukan dalam menulis kritik yang baik
Ilustrasi kritikus seni

pojokseni.com - Karya seni, sebagai objek estetis tentunya mengandung makna yang dalam, serta menarik untuk dianalisis. Namun, untuk menentukan nilainya, ada banyak filosofi tertentu baik untuk mencari atau menafsirkan maknanya, maupun untuk sekedar menikmatinya.

Ketika diciptakan, seniman melakukan riset dan perenungan yang dalam untuk melahirkan sebuah karya yang hebat. Tentu ada banyak hal yang mesti dilakukan sebelum menulis kritik terhadap karya seni, bukan?

Beruntungnya, ada seorang produser film dan akademisi asal Amerika bernama Edward S Feldman yang merumuskan cara kritik seni dengan lebih sederhana. Seniman dan produser sinematografi kelahiran 5 September 1929 tersebut membagi tahap-tahap membuat kritik seni menjadi 4 tahapan, yang di kemudian hari dikenal dengan Metode Feldman.

Cara Menganalisis Karya Seni berdasarkan Metode Feldman

Ada empat tahapan kritik seni. Keempat tahapan tersebut antara lain; deskripsi, analisis, interpretasi dan penilaian. Berikut ulasan dan penjabarannya.

Tahap 1: Deskripsi

Deskripsi yang dimaksud Feldman adalah "petunjuk" sekaligus "penunjuk". Maka deskripsi mengarahkan ke apa saja yang terlihat, terdengar, terpikir dan seterusnya setelah melihat karya seni tersebut. 

Feldman berharap kritikus seni bersifat netral dalam tahapan pertama ini. Netral yang dimaksud adalah menghindari pandangan subyektif dalam mendeskripsikan karya seni itu. Maka, sebaiknya menghindari kata-kata yang mengarahkan pembaca ke persepsi kritikus, misalnya indah, cantik, menarik, keren, dan sebagainya.

Kata-kata yang sebaiknya digunakan adalah yang menunjukkan informasi faktual dari karya tersebut. Dimulai dari pertanyaan siapa artisnya, judul dan media yang digunakan, kapan dikerjakan dan jelaskan apa yang kritikus lihat/dengar/rasakan/dapatkan ketika berhadapan dengan karya seni yang dimaksud.

Tahapan 2: Analisis

Setelah mendeskripsikan karya seni tersebut maka masuk dalam tahapan kedua yakni analisis. Dalam tahapan kedua analisis karya seni ini, maka semua pengetahuan kritikus seni terhadap karya seni dan disiplin seni (dan ilmu yang berkaitan) yang dimaksud akan sangat bermanfaat dan berpengaruh pada hasil penilaian kritikus seni.

Misalnya, kritikus seni mulai menganalisis ukuran kanvas, bentuk, warna, dan sebagainya pada karya seni rupa. Atau, meneliti pilihan chord, notasi, tempo dan sebagainya pada karya musik. Pada karya teater mungkin melihat genre, pilihan naskah, pilihan metode akting, pilihan bentuk dan sebagainya. Begitu juga karya seni lainnya seperti tari, sastra dan film.

Analisis tersebut biasanya akan dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan semacam; kenapa memilih warna itu, apa saja bentuk yang dibuat dan disusun, atau kenapa memilih genre itu, dan sebagainya.

Intinya adalah, kritikus seni akan mencoba mengungkapkan apa yang diinginkan artis sehingga mengambil keputusan tertentu. Serta mencari koneksi, hubungan dan sebagainya dari karya seni tersebut ke lingkungan sosial, kejadian, sejarah atau pemikiran seniman.

Tahapan Ketiga: Interpretasi

Setelah melewati tahapan pertama dan kedua, maka kritikus seni akan masuk ke tahapan berikutnya, interpretasi. Tentunya, di sini waktunya ide, perasaan apriori, sensasi tertentu dan perspektif estetis kritikus mulai dimunculkan. 

Bisa dikatakan, ketika masuk ke tahapan ini, maka kritikus akan mulai menyampaikan arti, gagasan dan informasi di dalam suatu karya seni berdasarkan deskripsi (tahap 1) dan analisis (tahap 2) yang sudah dilakukan sebelumnya.

Dalam tahapan ini, kritikus akan mulai dengan pertanyaan seperti; apa kaitan judul karya dengan maknanya? Atau, apakah yang sebenarnya sedang diceritakan atau disampaikan seniman? Atau, apa perasaan yang Anda dapatkan setelah melihat karya seni ini?

Tahapan Keempat: Penilaian

Di tahapan terakhir ini, semua tahapan sebelumnya akan menghadirkan satu kesimpulan. Dan dari kesimpulan itu akan muncul satu hal; penilaian. Bisa dibilang, tahapan ini yang paling ditunggu pembaca dari seorang kritikus.

Di bagian ini, kritikus akan mulai "memutuskan" bagaimana kualitas karya tersebut. Pendapat yang subyektif biasa juga masuk ke dalam tahapan ini, misalnya apakah kritikus suka atau tidak dengan karya tersebut. 

Hal yang sering salah dilakukan, menurut Feldman, adalah bagian keempat ini justru sering diletakkan di awal. Padahal, karya tersebut belum diselami sepenuhnya. Alias, sudah memutuskan sebelum memeriksa.

Maka pertanyaan untuk tahapan ini adalah, apakah seniman tersebut berhasil? Berhasil yang dimaksud adalah, berhasil membuat karya yang berkualitas, serta berhasil menyampaikan gagasannya secara utuh lewat karya seninya. Dan mungkin juga, berhasil secara materi.

Itu tadi keempat tahapan kritik seni berdasar metode Feldman. Simak artikel menarik lainnya di Pojokseni yang mungkin Anda sukai.