Postingan kali ini akan membahas tentang perbedaan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, ditinjau dari perbedaan tujuan, perbedaan dalam materi ajar, dan perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga ini berisi tentang: penjelasan mengenai perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, perbedaan dalam materi ajar pendidikan dan pendidikan olahraga, perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga. 1. PERBEDAAN TUJUAN Untuk memahami perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan pendidikan olahraga tentunya harus mempertimbangkan hubungan pendidikan jasmani (physical education) dan pendidikan olahraga (sport education). Karena pemahaman pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga yang masih terbatas di kalangan Guru penjas maka sering menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dengan mempelajari materi ini sangat diharapkanakan membantu Guru penjas untuk memahami peranan, fungsi,dan tujuan pendidikan jasmani secara konseptual. Dari pengertian pendidikan jasmani salah satu definisi yang sesuai sebagai dasar pelaksanaan kurikulum yaitu menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosional. Sedangkan pernyataan mengenai pendidikan jasmani yang dikembangkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bagian integral dari pendidikan secara umum, berupa aktivitas jasmani, yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, intelektual, dan sosial. Pada kontek lain pengertian olahraga adalah suatu teknik bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Sebagian para ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu teknik permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani.Jadi pendidikan olahraga adalah memanfaatkan olahraga yang dijadikan media untuk tujuan-tujuan pendidikan, khususnya pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan untuk mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan atau pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia yang sportif, jujur, dan sehat. Pada ruang lingkup olahraga menurut UU No 3 tahun 2005 tentang SKN poin 1 dijelaskan bahwa olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Dalam memberikan gambaran pada perbedaan tujuan pendidikan jasmani dan tujuan olahraga, maka sesuai dalam rincian Abdul Kadir Ateng dijelaskan bahwa pendidikan jasmani memiliki tujuan untuk pendidikan secara keseluruhan, kepribadian dan emosional, sedangkan tujuan olahraga lebih spesifik pada tujuan untuk mengembangkan kinerja motorik (motor performance/kinerja gerak untuk prestasi). Lebih lanjut yang dikuatkan oleh Syarifudin, dalam bulletin pusat perbukuan, tujuan pendidikan jasmani adalah program yang dikembangkan sebagai sarana untuk teknik pertumbuhan dan perkembangan totalitas subjek, sedangkan pada tujuan pendidikan olahraga lebih fokus tujuannnya pada program yang dikembangkan sebagai sarana untuk mencapai prestasi optimal.
Jadi nuansa
pendidikan jasmani pada dimensi fisik lebih luas pengembangannya, sedangkan
dimensi fisik dalam pendidikan olahraga lebih spesifik pada pengembangan untuk
teknik dalam olahraga. Tujuan pendidikan jasmani menurut Syarifudin dalam
Pokok-pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani memuat empat
komponen tujuan, yaitu
Pada tujuan
pendidikan jasmani yang tertuang pada kurikulum 2004 lebih lanjut diuraikan,
yaitu: meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai
dalam pendidikan jasmani. Secara umum tujuan pendidikan jasmani adalah:
Pendidikan
jasmani harus dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dengan berbagai
macam pola, dan juga diselenggarakan pada sekolah mulai dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi. Tujuan pendidikan jasmani konsisten dengan tujuan
pendidikan umum. Berikut disajikan, tujuan-tujuan pendidikan jasmani yang
menjadi pedoman kerja bagi guru-guru sekolah, misalnya:
Lebih spesifik mengulas tujuan pendidikan jasmani sesuai yang termaktub dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 4 disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan demikian tujuan pendidikan tersebut harus menjadi perhatian guru-guru dalam menunaikan tugas mengajarnya agar sasaran yang diharapkan dapat tercapai. Walaupun tujuan pendidikan secara umum sama sesuai dari penjelasan di atas, Daryl Siedentop (2004; 7) secara spesifik menjelaskan bahwa tujuan pendidikan olahraga: untuk mendidik peserta didik menjadi pemaindalam arti sepenuhnya dan membantu mereka mengembangkan kompetensinya, melek huruf, dan menjadi olahragawan yang antusias. Sedangkan objek olahraga secara umum adalah:
Dengan uraian mengenai berbagai tujuan baik pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga dapat lebih rinci bahwa pendidikan jasmani memiliki cakupan ruang lingkup lebih luas dibandingkan dengan pendidikan olahraga. Karena pada pendidikan jasmani pengembangan individu melalui kemampuan fisiknya, intelektualnya, dan perasaannya seorang individu ditingkatkan keterampilannya untuk mampu mengatasi dan menyelesaikan berbagai hal masalah yang berhubungan dengan lingkungan, permainan, dan kompetisi dalam olahraga.Sedangkan pada pendidikan olahraga pengembangan individu pada keterampilannya untuk mampu mengatasi dan menyelesaikan berbagai hal masalah yang berhubungan dengan kompetisi dalam olahraga. 2. PERBEDAAN DALAM MATERI AJAR Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Untuk menjamin agar pendidikan jasmani dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka materi yang disajikan dalam implementasi program-programnya di lapangan harus melalui strategi atau gaya-gaya pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam arti memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan berbagai faktor pendukung program pendidikan jasmani. Program pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai usaha merancang komponen-komponen pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa.Tujuan pada bagian psikomotor adalah pencapaian keterampilan dan kebugaran jasmani secara optimal. Sementara itu, walaupun pendidikan jasmani menggunakan aktivitas fisik sebagai media proses pembelajaran, bukan berarti mengabaikan pengembangan bagian kognitif dan apektif, melainkan melalui dampak pengiring dari aktivitas fisik secara langsung dapat memberikan konstribusi terhadap pencapaian tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Pada penyajian pendidikan jasmani maupun pendidikan olahraga maka materi yang disajikan seyogyanya terakumulasi dalam ketiga ranah tersebut.Gabbard, Leblanc, dan Lowy (1987) mengutarakan bahwa pertumbuhan, perkembangan dan belajar lewat aktivitas jasmani akan mempengaruhi:
Membedakan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga bahwa hal itu merupakan bagian dari pendidikan secara umum, dimana pendidikan jasmani tujuannya untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar menjadi manusia Indonesia seutuhnya.Sedangkan pendidikan olahraga tujuannya untuk membantu anak agar menguasai teknik tertentu (keterampilan) pada cabang olahraga. Materi yang disajikan pada pelaksanaan gerak dirancang secara sadar oleh guru yang diberikan dalam situasi yang tepat guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. 3. PERBEDAAN DALAM PERENCANAAN DAN EVALUASI a) Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok; (2) bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan (3) bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai. Selain pengertian tersebut dapat dipahami pengertian berikut, bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pada konteks ini, yang dimaksud mata pelajaran tersebut adalah pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Silabus diterapkan dalam proses pembelajaran, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Pengkajian dan pengembangan secara berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan catatan dari hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran secara menyeluruh. b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus yang telah disusun pada langkah sebelumnya. RPP disusun untuk setiap kali pertemuan. Di dalam RPP tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selain pengertian tersebut, juga dikemukakan pengertian lain tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini, yaitu; rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pelaksanaan pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. c) Evaluasi Pada penilaian sering dikenal dengan sistem gain score dan final score pada suatu proses pembelajaran maupun pelatihan. Gain score berarti penilaian yang didasarkan pada pertambahan nilai, yaitu selisih antara hasil panilaian awal dan hasil penilaian akhir yang didapat oleh peserta didik, dan ini yang ditekankan dalam menilai hasil belajar anak. Sedangkan nilai akhir (gain score) menjadi penekanan dalam penilaian yang dilakukan pada olahraga kompetitif. Seluruh peserta didik dalam suatu sekolah wajib mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani, sehingga partisipasi dalam penjas disebut sebagai partisipasi wajib. Sedangkan untuk memilih keikutsertaan anak pada suatu kelompok berlajar cabang olahraga tertentu pada pendidikan olahraga. Secara sepintas kita membahas mengenai apa itu evaluasi. Stufflebeam seperti yang dikutif Suparman (2012; 301) evaluasi adalah suatu investigasi, penelitian, penyelidikan, atau pemeriksaan yang sistematik terhadap nilai suatu objek. Pada halaman yang sama Scriven menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan manfaat, harga, dan nilai dari sesuatu dan evaluasi adalah produk dari proses tersebut. Setelah memahami apa yang harus dilakukan dalam perencaan dan evaluasi, selanjutnya pada akhir materi ini akan dirinci lebih lanjut perbedaan dalam perencanaan dan evaluasi pada pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga. Untuk memudahkan membedakannya maka Anda dapat menelaah lebih lanjut diagram berikut: Diagram 1 Perbedaan dalam perencanaan
Diagram 2 Perbedaan evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Coakley, J. (2007). Sport and Character Development among Adolescents.Makalah dipresentasikan dalam the Improved Sport for Hundreds of Millions of Chinese Children, Beijing, China. Daryl Siendentop, Peter A. Hastie, dan Hans van der Mars, (2004). Complete Guide to Sport Education, United States: Human Kinetics. Harsuki, (2003).Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kirk, D. (2010). Physical Education Futures.London: Routledge. Siedentop, D. & Lock, L. (1997).Making a Difference for Physical Education: What professors and practitioners must build together.Journal of Physical Education, Recreation and Dance, 68: 25-33. |