Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan

Mom's Life

Yuni Ayu Amida   |   Haibunda

Minggu, 29 Nov 2020 13:33 WIB

Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan
caption

Jakarta -

Saat ini sistem tanam hidroponik telah menjadi pilihan oleh banyak orang saat ingin berkebun. Sebabnya sistem ini dianggap memiliki banyak kelebihan.

Sementara itu, sistem hidroponik juga ternyata memiliki banyak tipe, Bunda. Salah satu cara tanam hidroponik adalah dengan wick system atau sistem sumbu.

Dikutip dari buku Hidroponik: Bertanam Sayuran Tanpa Tanah yang ditulis Mukhiban Isnan, wick system merupakan cara tanam hidroponik sistem pasif. Komponen sistemnya, yakni wadah penampung nutrisi, net pot, wadah net pot, dan sumbu atau kain.


Wick system adalah sistem hidroponik yang paling sederhana, Bunda. Wick sendiri dalam bahasa Indonesia artinya sumbu. Sistem tanam ini bisa memanfaatkan botol bekas air mineral sebagai tempat menanamnya lho.

"Wick system memanfaatkan daya kapilaritas agar air mengandung nutrisi naik melalui sumbu atau kain dan mengenai akar, sehingga nutrisi dapat diserap oleh akar," kata Mukhiban Isnan.

Nah, sumbu yang digunakan umumnya adalah kain flanel atau jenis bahan lain yang mudah menyerap air. Sementara itu, larutan nutrisi ditempatkan pada wadah berupa bak plastik atau botol plastik. Jadi, akar tidak langsung bersentuhan dengan nutrisi tetapi melalui perantara sumbu dan kain.

Tanaman yang cocok menggunakan hidroponik sistem ini berupa sayuran daun, seperti kangkung, bayam, selada, dan seledri. Untuk media tanam, cocoknya adalah rockwool dan busa.

Simak juga manfaat berkebun bareng anak dalam video ini:

(yun/kuy)

Wick system adalah satu dari sekian banyak sistem hidroponik yang paling sederhana dan murah didapat

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Sistem budidaya tanaman hidroponik memang beragam jenisnya. Wick system adalah satu dari sekian banyak sistem hidroponik yang paling sederhana dan murah didapat. Penting sekali untuk pemula yang ingin menekuni hidroponik mengetahui sistem atau teknik budidayanya terlebih dahulu sebelum membuat instalasi hidroponik yang besar dengan pipa.

Nah wick system atau sistem sumbu tetes ini targetnya adalah untuk pemula yang ingin belajar hidroponik. Sumbu yang ada ini gunanya untuk menyerap atau menghubungkan antara larutan nutrisi yang dimasukkan ke baki penampungan dengan media tanam.

“Kalau akarnya masih kecil kan belum sampai ke air, jadi untuk penyaluran nutirisinya agar diserap akar tanaman pakai sumbu. Sumbunya bisa dari kain flannel atau kain bekas yang bersih,” jelas Fitri Yani dari komunitas Indonesia Berkebun.

Kelebihan dari wick system ini yaitu tanaman mendapat suplai air dan nutrisi yang selalu tersedia di baki penampungan. Biaya alatnya pun murah karena sistemnya sederhana. Aalatnya juga mudah didapat, bahkan dapat menggunakan barang bekas.

Kemudahan lainnya adalah tidak tergantung aliran listrik, karena air dan sirkulasi udaranya dapat kita kontrol secara manual. Ukurannya yang tidak terlalu besar ini selain cocok untuk di lahan terbatas juga dapat dipindahkan dengan mudah.

Di atas baki penampungan tersebut ada netpot yang diisi rockwool untuk media tanam hidroponik. Net pot nya sendiri diletakkan di penutup baki yang sudah diberi lubang. Nutrisi tanaman akan dimasukkan dalam air di bak penampungan. Nutrisinya sendiri yaitu pupuk AB mix, pengaplikasiannya yaitu setiap larutan nutrisi 1 liter air dicampur dengan pupuk A dan B masing-masing 5 mi.

Perawatannya menurut Fitri, pun cukup mudah, tidak terpaku pada waktu tertentu. Kita hanya perlu kontrol ketersediaan airnya. Kalau airnya berkurang bisa langsung ditambahkan, kalaupun kotor pun kita bisa langsung ganti dengan yang baru,” katanya.

Tawarkan Paket Lengkap

Dari Komunitas Indonesia Berkebun ini juga giat mensosialisasikan tentang wick system. Aapalagi cara budidayanya cukup simpel cocok untuk pemula yang hobi bertanam di rumah. Paket lengkap untuk budidaya dengan wick system ini juga ditawarkan di Indonesia Berkebun. “Dengan harga Rp 150 ribu kita sudah mendapat paket wick system bahkan untuk jenis benih tanamannya, sehingga sampai di rumah bisa langsung diaplikasikan,” katanya.

Jika sudah mahir dengan budidaya wick system ini, Fitri mengungkapkan, bisa langsung melangkah ke sistem hidroponik lain seperti hidrponik NFT maupun DFT. Dari segi kualitas panennya pun wick system tidak kalah bagus dari hidrponik NFT dan DFT.

“Karena sistem NFT atau DFT kan mengalir, jadi sirkulasi udaranya juga bagus. Sedangkan wick system kan statis, jadi beberapa kali perlu kita goyangkan perlahan agar sirkulasinya tetap baik,” ujarnya.

Menurut Siti Kamila dkk dalam jurnal yang berjudul “Teknologi Hidroponik Sistem Sumbu pada Produksi Selada Lollo Rossa (Lactuca sativa L.) dengan Penambahan CaCl2 sebagai Nutrisi Hidroponik”, salah satu kelemahan hidroponik sistem sumbu yaitu larutan nutrisi tidak tersirkulasi, sehingga rawan ditumbuhi lumut, pertumbuhan tanaman sedikit lebih lambat. Hal ini dapat diatasi dengan mengkombinasikannya dengan hidroponik sistem sumbu dengan NFT.

Sirkulasi nutrisi pada instalasi akan mampu meratakan sebaran nutrisi dalam aliran air untuk semua tanaman. Pemanfaatan sirkulasi nutrisi juga memberikan asupan O2 yang dibutuhkan perakaran tanaman serta menjaga suhu larutan nutrisi tetap sejuk sehingga penyerapan larutan nutrisi tetap optimal.

  1. Sistem Sumbu (Wick System)

Sistem sumbu (Wick System) merupakan salah satu sistem yang paling sederhana dari semua sistem hidroponik karena tidak memiliki bagian yang bergerak sehingga tidak menggunakan pompa atau listrik. Sistem sumbu merupakan sistem pasif dalam hidroponik karena akar tidak bersentuhan langsung dengan air (Gambar 1). Dinamakan sistem sumbu karena dalam pemberian asupan nutrisi melewati akar tanaman disalurkan dengan media atau bantuan berupa sumbu. Beberapa bahan umum yang digunakan untuk sistem sumbu seperti, kain flanel, tali fibrosa, jenis propylene, sumbu obor tiki, tali rayon atau mop helai kepala, benang poliuretan dikepang, wol tebal, tali wol atau strip, tali nilon, tali kapas, stripe kain dari pakaian atau selimut tua.

Prinsip Kerja Sistem Sumbu (Wick System) : Sistem wick menggunakan prinsip kapilaritas, yaitu dengan menggunakan sumbu sebagai penyambung atau jembatan pengalir air nutrisi dari wadah penampung air ke akar tanaman. Sumbu yang digunakan dalam system ini biasanya berupa kain flanel atau bahan lain yang dapat menyerap air.

Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan
Gambar 1. Sistem Sumbu (Wick System)

2. Sistem Rakit Apung (Water Culture System)

Sistem rakit apung adalah yang sistem paling sederhana dari semua sistem hidroponik aktif, cukup mudah digunakan karena tidak membutuhkan alat yang terlalu banyak, yang dibutuhkan box atau wadah yang dapat terbuat dari bahan plastik, styrofoam dan aerator (Gambar 2). Hidroponik rakit apung merupakan pengembangan dari sistem bertanam hidroponik yang dapat digunakan untuk kepentingan komersial dengan skala besar ataupun skala rumah tangga.

Prinsip Kerja Sistem Rakit Apung : Sistem Rakit Apung hampir sama dengan sistem sumbu, yaitu berupa sistem statis dan sistem hidroponik sederhana. Perbedaannya dalam sistem ini tidak menggunakan sumbu sebagai pembantu kapiler air, tetapi media tanam dan akar tanaman langsung menyentuh air nutrisi. Wadah tempat tanaman berada dalam kondisi mengapung dan bersentuhan langsung dengan air nutrisi. Sehingga, sistem rakit apung penggunaan air lebih banyak dari sistem sumbu.

Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan
Gambar 2. Sistem Rakit Apung (Water Culture System)

3. Sistem NFT (Nutrient Film Technique System)

Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa (Gambar 3)

Prinsip Kerja Sistem NFT : Larutan (air dan nutrisi) yang mengaliri akar tanaman dengan dipompa dari reservoir, dengan tebal aliran/arus 2-3 mm, bersirkulasi secara kontinu selama 24 jam pada talang dengan kemiringan 5 %. Kecepatan aliran yang masuk diatur berkisar antara 0,3-0,75 liter/menit saat pembukaan kran. Aliran dalam sistem tersebut boleh berhenti dengan batas waktu maksimal selama 10 menit dan setelah itu harus diari larutan lagi, karena perakaran tanaman tidak boleh terlalu lama kering. Pada sistem NFT, komponen inti yang menunjang diantaranya talang (bed), tanki penampung (menampung larutan nutrisi) dan pompa air.

Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan
Gambar 3. Sistem NFT (Nutrient Film Technique System)

4. Sistem Irigasi Tetes (Drip System)

Sistem irigasi tetes atau drip system adalah salah satu sistem hidroponik yang menggunakan teknik yang menghemat air dan pupuk dengan meneteskan larutan secara perlahan langsung pada akar tanaman (Gambar 4). Sistem irigasi tetes (drip sistem) disebut juga sistem Fertigasi karena pengairan dan pemberian nutrisi dilakukan secara bersamaan.

Prinsip Kerja Irigasi Tetes : Prinsip irigasi untuk mendistribusikan nutrisi, Untuk mendistribusikan nutrisi menggunakan selang dengan didorong oleh pompa yang telah dipasang timer sebagai pengatur. Nutrisi diteteskan didekat tanaman sehingga media taman dan akar akan cepat basah sehingga nutrisi lebih efektif diserap oleh akar. Sedangkan tanaman ditempatkan pada media tanam yang ditempatkan pada pot. Prinsip kerja irigasi tetes ada dua, yaitu 1) Sistem recovery drip prinsip kerjanya sangat sederhana dimana larutan nutrisi ditempatkan pada tandon kemudian dipompa dan dialirkan menggunakan selang untuk membasahi media tanam dan akar sehingga lebih mudah diserap akar tanaman. Sisa nutrisi yang tidak terserap oleh tanaman akan ditampung dan dikembalikan ke tandon nutrisi.Nutrisi sisa akan disirkulasikan kembali secara berulang ulang sehingga sistem ini diberi nama recovery drip (tetes sirkulasi). Untuk aliran nutrisi dikontrol menggunakan timer yang dipasang pada pompa. Nutrisi yang disirkulasikan membuat penggunaan nutrisi menjadi lebih hemat dan efisien sehingga tidak ada nutrisi yang terbuang. 2) Prinsip kerja pada hidroponik nonrecovery drip hampir sama dengan decovery drip, hanya berbeda pada nutrisi yang telah digunakan tidak ditampung atau dibuang.

Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan
Gambar 4. Sistem Irigasi Tetes (Drip System)

5. Sistem Pasang surut (Ebb and Flow System)

Ebb and Flow System atau disebut juga Flood and Drain System atau Sistem Pasang Surut merupakan salah satu sistem hidroponik dengan prinsip kerja yang cukup unik. Dalam sistem hidroponik ini, tanaman mendapatkan air, oksigen, dan nutrisi melalui pemompaan dari bak penampung yang dipompakan ke media yang nantinya akan dapat membasahi akar (pasang). Selang beberapa waktu air bersama dengan nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan (surut). Waktu pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air.

Prinsip kerja sistem ini ada dua fase yaitu fase pasang dimana tanaman dibanjiri larutan nutrisi, dan fase surut dimana tanaman tidak diberi nutrisi (nutrisi di surutkan). Sistem seperti ini umumnya dilakukan dengan pompa air yang dibenamkan dalam larutan nutrisi (submerged pump) yang dihubungkan dengan timer (pengatur waktu). Ketika timer menghidupkan pompa, larutan nutrisi akan dipompa ke grow tray (keranjang/tempat/pot tanaman). Ketika timer mematikan pompa air, larutan nutrisi akan mengalir kembali ke bak penampungan (Gambar 35). Timer diatur dapat hidup beberapa kali dalam sehari, tergantung ukuran dan tipe tanaman, suhu, kelembaban, dan tipe media pertumbuhan yang digunakan. Tehnik ini menggunakan sistem sirkulasi yaitu larutan nutrisi yang telah digunakan akan digunakan kembali secara berulang ulang. Dalam melakukan sirkulasi dilakukan dengan cara bertahap, menggunakan irigasi yang memungkinkan untuk pasang dan surut.

Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan
Gambar 5. Sistem Pasang surut (Ebb and Flow System)

6. Aeroponik

Sistem Aeroponik merupakan cara bercocok tanam dengan menyemprotkan nutrisi ke akar tanaman. Nutrisi yang disemprotkan mempunyai bentuk seperti kabut. Aeroponik adalah suatu sistem penanaman sayuran yang paling baik dengan menggunakan udara dan ekosistem air tanpa menggunakan tanah. Teknik ini merupakan metode penanaman hidroponik dengan menggunakan bantuan teknologi. Desain aeroponik merupakan desain yang paling canggih dari semua sistem hidroponik. Akar tanaman menggantung ke dalam wadah dan hara disemprotkan terus menerus dengan semburan bergantian secara kontinu (misalnya satu menit “on” ,satu menit “off”) (Gambar 6).

Prinsip Kerja Sistem Aeroponik : Penggunaan sprinkler dapat menjamin ketepatan waktu penyiraman, jumlah air dan keseragaman distribusi air di permukaan akar tanaman secara terus-menerus selama pertumbuhan dan perkembangan tanama.Cara tersebut dapat menciptakan uap air di udara sekeliling tanaman serta memberikan lapisan air pada akar, sehingga menurunkan suhu sekitar daun dan mengurangi evapotranspirasi. Sistem pancaran atau pengabutan dapat diatur secara bergantian nyala-mati (on-off) bergantian menggunakan timer. Pemompaan dilakukan selama 15 sampai 20 menit.

Wick system adalah salah satu teknik hidroponik dengan menggunakan
Gambar 6. Sistem Aeroponik