Waktu beban Puncak listrik jam berapa?



JAKARTA. Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih menerapkan tarif yang menggantikan tarif daya max dan multiguna bagi pelanggan. Tarif ini diterapkan setelah tarif daya max dan multiguna dihapuskan setelah ada kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada 1 Juli lalu. Direktur Manajemen Bisnis dan Risiko PLN Murtaqi Syamsuddin mengatakan kalau besaran tarif baru ini tidak sama dengan tarif daya max dan multiguna. Jika tarif max dan multiguna itu empat kali lipat dari tarif di luar beban puncak, pada tarif ini akan lebih ringan. "Tarif sekarang sekitar 1,4-2 kali lipat dari tarif di luar beban puncak," ujar Murtaqi di sela kunjungan direksi PLN ke Mataram, Nusa Tenggara Barat, kemarin (7/7). Pemerintah sendiri sudah mengizinkan pada perusahaan setrum pelat merah ini untuk menerapkan tarif ini. Sekarang PLN masih terus menghitung untuk besaran tarif ini. Murtaqi menyebutkan kalau besaran tarif ini akan berkisar 1,4-2 kali lipat dari tarif di luar beban puncak. Tarif ini diterapkan pada saat pemakaian listrik pada memasuki beban puncak diantara pukul 17.00-22.00 WIB. Penerapan tarif tersebut berfungsi untuk membatasi melonjaknya pemakaian listrik oleh industri pada saat beban puncak. PLN akan segera mensosialisasikan penerapan tarif ini kepada para pelaku industri termasuk mekanisme perhitungan kenaikan TDL. Menurutnya, sosialisasi tersebut telah dilakukan sejak kenaikan TDL diumumkan pemerintah hingga akhir bulan ini kepada seluruh pelaku industri yang berada di Jakarta maupun ke daerah-daerah. Termasuk juga untuk menjelaskan pada pelanggan tentang tarif ini pada saat pelanggan menghitung rekening pembayaran. Editor: Tri Adi

Waktu beban Puncak listrik jam berapa?

Ada dua komentar mengenai listrik seperti judul di atas yang ditanyakan pada Q&A. Pertama tentang pemakaian listrik mesin cuci dan kedua tentang pemakaian listrik AC di malam hari.

Begini pertanyaan dan jawaban untuk pemakaian listrik mesin cuci :

Tanya :

apabila menggunakan mesin cuci di malam hari, daya yang digunakan oleh mesin cuci tersebut lebih besar di bandingkan di pagi atau siang hari. benarkah hal tersebut?

Jawab :

PLN, membagi dua waktu pemakaian listrik pelanggannya dengan istilah “Waktu Beban Puncak” (WBP) dan “Luar Waktu Beban Puncak” (LWBP). Rentang waktu pemakaian listrik saat WBP (17.00 s/d 22.00) merupakan saat-saat dimana pemakaian listrik oleh pelanggan terjadi secara hampir bersamaan. Dalam kondisi seperti itu, PLN harus memasok daya dalam jumlah sangat besar agar para pelanggannya bisa menikmati listrik di waktu relatif bersamaan di rentang waktu jam-jam tersebut.

Apakah pemakaian mesin cuci di malam hari yang anda maksud berkaitan dengan saat “Waktu Beban Puncak” (WBP) yang saya ceritakan di atas?

Jika benar demikian, maka seperti di bawah ini pendapat saya.

Pemikiran saya tentang perilaku konsumsi daya dari sebuah produk perangkat listrik / elektronik seperti mesin cuci adalah besaran daya yang dikonsumsi hanya bisa dan akan berubah jika voltase listriknya juga berubah. Jadi, ketika voltase turun, maka konsumsi daya (Watt) perangkat akan berkurang. Saat voltase naik, maka konsumsi daya perangkat akan bertambah.

Di dalam rentang jam awal dan akhir WBP, umumnya, kondisi voltase listrik yang terjadi di beberapa rumah pelanggan PLN adalah cenderung turun (di bawah 220Volt). Saya belum pernah mendapat informasi bahwa voltase listrik memiliki kecenderungan untuk naik (di atas 220Volt) di saat WBP.

Jadi, hingga saat ini, tidak pernah terlintas dibenak saya bahwa konsumsi daya dari pemakaian sebuah perangkat listrik / elektronik di saat WBP bisa dan akan menjadi bertambah besar dibanding perangkat digunakan di saat LWBP.

Menurut saya, selama mesin cuci bisa dioperasikan secara normal, berarti voltase listrik di rumah anda pun cenderung normal. Jadi, besaran daya yang dikonsumsi oleh mesin cuci anda pun pasti sama, baik di saat WBP maupun LWBP .

Dan ini pertanyaan dan jawaban untuk pemakaian listrik AC :

Tanya :

mau tanya, kalo nyalain ac di bawah jam 10 malam itu narik pulsa lebih banyak(lebih mahal) ? Dibanding nyalain jam 10 keatas ? Apakah ada pengaruh nya waktu dengan penarikan listrik?

Jawab :

Sulit untuk dibuktikan kebenaran teori adanya hubungan antara waktu dengan penarikan listrik sebagaimana yang anda tanyakan. Secara pribadi, sebenarnya, saya juga setuju dengan teori tersebut .

Ada korelasi sangat erat dimana perangkat elektronik akan mengkonsumsi Watt secara berlebih saat Voltase turun. Voltase listrik di masa Waktu Beban Puncak (WBP) antara pukul 17.00 s/d 22.00 dan 05.00 s/d 07.00, memiliki kecenderungan turun akibat tingginya pemakaian listrik oleh pelanggan PLN. Sehingga, pemakaian perangkat elektronik seperti AC di kedua jeda WBP tersebut, memiliki kemungkinan akan mengkonsumsi listrik jauh lebih banyak dibanding saat di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP).

Namun, sekali lagi, hal itu sulit untuk dibuktikan kebenarannya.

Hal yang ditanyakan mengenai pemakaian listrik di malam hari lebih besar / mahal adalah benar dan memiliki persepsi yang sama. Hanya saja terdapat kontradiksi dengan jawaban yang saya sampaikan atas kedua pertanyaan. Lalu, apakah ada kesalahan dari salah satu jawaban yang telah saya sampaikan?

PLN, mengenakan dua istilah untuk membedakan waktu pemakaian listrik para pelanggannya, yaitu : Waktu Beban Puncak (WBP) dan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP).

Disebut WBP karena waktu pemakaian listrik dikerjakan secara bersamaan oleh mayoritas masing-masing pelanggan PLN di dalam rumahnya. Batas rentang waktu yang termasuk kategori WBP, umumnya berlangsung antara pukul 04.00 s/d 08.00 dan pukul 17.00 s/d 22.00.

Sedangkan Luar Waktu Beban Puncak merupakan pemakaian listrik kebalikan dari Waktu Beban Puncak.

Pada prakteknya, pemakaian listrik di saat WBP tidak selalu pasti berlangsung selama 4 jam (04.00 s/d 08.00) dan 5 jam (17.00 s/d 22.00). Tapi, kondisi pemakaian listrik WBP pasti akan terjadi dalam jeda waktu antara pukul 04.00 s/d 08.00 dan pukul 17.00 s/d 22.00.

Kondisi pemakaian listrik di saat WBP tersebut, berakumulasi menjadi besar dan hampir selalu berimbas pada turunnya voltase listrik secara menyeluruh. Pemakaian perangkat listrik / elektronik di saat voltase sedang turun, akan “memaksa” perangkat bekerja lebih lama dan lebih berat. Itulah salah satu penyebab yang membuat pemakaian listrik di saat WBP menjadi lebih besar.

Namun, saya perhatikan, hal itu cenderung berlaku dan terjadi pada pemakaian perangkat elektronik yang memiliki fitur otomatis menggunakan “sensor” sebagai pemicu nyala-mati perangkat utamanya. Contoh perangkat elektronik yang biasa dipakai dalam skala rumah tinggal dan memiliki fitur otomatis menggunakan sensor, diantaranya :

  • AC – sensor suhu udara ruangan.
  • Pompa Air otomatis – sensor kekuatan tekanan.
  • Oven Listrik – sensor suhu dalam ruang oven.
  • Kulkas / Lemari Es – sensor suhu udara dalam interior kulkas.

Konsumsi listrik pada perangkat-perangkat di atas akan terus berlangsung selama parameter ukuran yang di setel belum terpenuhi.

Misalnya, AC yang di setel untuk mendinginkan ruangan di level 27℃, tidak akan berhenti bekerja dan mengkonsumsi listrik selama suhu ruangan masih berada di atas level 27℃.

Jika AC dioperasikan bersamaan dengan turunnya voltase listrik, maka kinerja AC menjadi tidak maksimal. Dengan kondisi kinerja yang tidak maksimal selama proses mendinginkan ruangan akibat voltase listrik turun, otomatis akan menambah waktu nyala AC untuk bekerja mendinginkan ruangan. Dan itu baru akan berhenti saat sensor suhu (thermostat) pada AC telah “meraba” level udara di ruangan adalah sama sebagaimana yang telah ditentukan (disetel).

Jadi, pemakaian listrik (Watt) menjadi lebih besar dikarenakan bertambahnya lama waktu kerja AC. Secara jumlah, apakah listrik yang di konsumsi tetap sama atau tidak antara listrik dalam kondisi voltase stabil dengan tidak stabil, saya tidak mengetahui dengan pasti. Namun, waktu nyala yang lebih lama, sudah pasti akan menambah jumlah pemakaian listrik. Itulah yang bisa dijadikan acuan. Perilaku konsumsi daya yang sama juga terjadi pada perangkat elektronik lainnya sebagaimana telah disebutkan di atas.

Lalu, bagaimana dengan perangkat elektronik yang dilengkapi fitur otomatis tanpa sensor?

Meskipun sama-sama mengalami kondisi kinerja yang tidak maksimal, perangkat-perangkat berfitur otomatis tanpa menggunakan sensor tidak memiliki parameter tertentu yang harus dipenuhi selama menjalankan kerjanya. Misalnya, mesin cuci yang di setel untuk menyala selama 30 menit. Mesin cuci akan terus menyala untuk mencuci selama 0,5 jam dan pasti akan mati setelah waktu kerja 0,5 jam terpenuhi. Apakah terjadi atau tidaknya kondisi voltase listrik turun selama rentang waktu 0,5 jam mesin cuci menyala, hanya akan berdampak pada melambatnya putaran motor mesin cuci saja. Mesin cuci akan tetap mati secara otomatis setelah melewati waktu 0,5 jam. Tidak ada penambahan atau pengurangan waktu nyala mesin cuci akibat voltase turun.

Nah, sekarang kembali ke pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, benarkah pemakaian listrik akan lebih besar jika dilakukan di bawah pukul 22.00?

Pasti lebih besar! Namun, meskipun sudah ada perkiraan perangkat elektronik seperti apa yang cenderung menjadi penyebabnya, sampai kapanpun saya tidak akan pernah bisa menyajikan buktinya. Karena, semua itu terjadi dalam kondisi voltase listrik yang tidak pasti (belum tentu bernilai sama setiap harinya). Dan, kondisi voltase listrik yang demikian, berdampak terhadap kinerja dari seluruh perangkat elektronik di sebuah rumah.

Lalu, darimana kita bisa mendapatkan satu kebenaran yang bisa mendekati untuk dijadikan acuan bahwa pemakaian listrik di saat WBP cenderung bertambah besar?

Saya menggunakan cara dengan membandingkan biaya pemakaian listrik setiap bulan dari perangkat-perangkat tersebut saat sebelum dan setelah stabilizer dipasang di rumah.

Dasar acuan yang dijadikan pembanding adalah pemakaian listrik dalam kondisi voltase stabil dan tidak stabil. Pemakaian perangkat elektronik dengan kondisi voltase listrik stabil, menghasilkan biaya pemakaian listrik lebih murah dibanding saat kondisi voltase listrik tidak stabil. Berdasarkan kenyataan tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa saat sebelum stabilizer dipasang, memang terjadi konsumsi listrik yang tidak semestinya oleh beberapa perangkat elektronik di rumah.

Tanpa memasang stabilizer, saya pun tidak akan pernah bisa mengetahui bahwa memang telah terjadi pemakaian listrik (Watt) secara percuma akibat kondisi voltase listrik yang tidak stabil. Apakah itu berlangsung di saat WBP atau tidak, menurut saya, sudah tidak penting dipermasalahkan. Karena, intinya, kondisi voltase tidak stabil pasti akan berdampak pada bertambahnya biaya pemakaian listrik. Baik itu di saat WBP maupun LWBP.

Jadi, haruskah stabilizer dipasang untuk menjadikan pemakaian listrik di saat WBP sama seperti di saat LWBP? Dari peristiwa yang telah saya alami, mengarah pada jawaban bahwa tindakan itulah yang harus dikerjakan.

Semoga bermanfaat !