Tugas PERKEMBANGAN masa remaja serta IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN


Keluhan seperti ini mungkin dialami oleh banyak orang tua yang merasa kesulitan melihat tingkah laku anaknya. Bahkan ada orang tua yang sampai tidak tahu harus berbuat apa dan pada akhirnya pasrah. Lalu apakah yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menangani anak yang sulit diatur. Rasanya tidak mungkin orang tua akan menyerah begitu saja. Jika keluhan seperti ini sudah dirasakan oleh orang tua, satu hal penting yang hendaknya ditanyakan pada diri sendiri adalah sejauh mana saya mengenal anak saya sendiri? Ya, apakah kita sudah benar-benar mengenal anak sendiri, ungkapan ini terdengar mudah namun ketika dihayati lebih dalam biasanya akan muncul pemahaman dalam diri, oh ya ternyata saya tidak begitu mengenal anak saya sendiri. Banyak orang tua terkadang melupakan hal-hal penting dalam perkembangan anak, asalkan sudah memenuhi segala kebutuhannya, orang tua merasa telah memperhatikan anaknya atau merasa mengetahui segala kebutuhan anak mereka. Mengacu pada keluhan orang tua di atas, salah satu yang penting bagi orang tua adalah mengetahui tahapan perkembangan anak ketika memasuki usia remaja. Saat anak memasuki usia remaja ada beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikannya.

Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidak wajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.

            Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.

Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan aliran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.

            Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka  dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.

            Dengan memahami tugas-tugas perkembangan remaja, maka kita sebagai seorang pendidik atau seorang dewasa yang terlibat dalam penanganan masalah remaja dapat memotivasi remaja dan menolong remaja memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Walaupun demikian, janganlah kita sebagai pendidik menempatkan posisi tugas perkembangan ini sebagai suatu paksaan kepada remaja. Segalanya kembali kepada individu tersebut, apakah ia telah menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tahap sebelumnya dengan baik, dan adakah hambatan-hambatan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya yang sekarang? Janganlah kita menganggap tugas-tugas perkembangan itu seperti PR yang harus diselesaikan tepat waktu, dan penuh tekanan. Biarlah sang remaja menyelesaikan sendiri tugas-tugas perkembangannya menurut caranya, sementara kita orang dewasa membantunya bila ia menemui kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.

2. Tugas-tugas perkembangan remaja

2.1 Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan

Setiap fase perkembangan memiliki tugas-tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan pengharapan atas apa yang akan diakukan oleh seseorang pada masa perkembangannya. Tugas-tugas ini bersifat normatif, on time, dan diharapkan serta diantisipasi oleh individu.

Havighurst (Kimmel, 1995: 15) menawarkan suatu konsep tugas perkembangan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau fungsi yang diharapkan dapat dicapai oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila seorang individu gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas perkembangan yaitu Robert J. Havigust (Hurlock,1990):

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat dari:

  • Kematangan fisik
  • Berkembang karena adanya aspirasi budaya
  • Tumbuh dan berkembang karena nilai-nilai dan aspirasi individu

Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, adapun tujuan-tujuan dari tugas-tugas perkembangan tersebut diantaranya:

a.       Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu

b.       Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya

c.       Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya.

Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16).

·         Tahap yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.

·         Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalah seksualitas.

·         Tahapan yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.

Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang mengalami hambatan. Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:

Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.

Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.

            Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.

            Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.

            Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.

            Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).

            Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku.

Tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan dapat menjadi suatu bahaya potensial. Setidaknya ada tiga macam bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut:

a.    Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku diluar kemampuan fisik maupun psikologis.

b.    Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu

c.    Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain.

2.2 Jenis Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

            Beberapa jenis tugas yang harus diselesaikan, menurut Havighurst adalah sebagai berikut:

1.    Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis yang seusia.

2.    Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin.

3.    Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif.

4.    Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

5.    Mempersiapkan karir ekonomi.

6.    Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan

7.    Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

8. Mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi kewarganegaraan.

9. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku social yang bertanggung jawab

10. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistim etika sebagai pedoman tingkah laku.

3. Implikasi Tugas- Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan

Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.

Memperhatikan banyaknya tugas-tugas yang harus diselesaikan pada setiap fase perkembangan remaja, maka penyelenggaraan pendidikan seharusnyalah memperhatikan tugas-tugas dari tiap-tiap fase perkembangan remaja. Sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan dan harapan dari semua sisi perkembangan remaja.

Beberapa usaha yang perlu dilakukan didalam penyelenggaraan pendidikan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh remaja dalam setiap fase perkembangannya adalah:

  1. Sekolah maupun perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan non akademis melalui berbagai perkumpulan yang ada di sekolah, seperti perkumpulan penggemar olah raga sejenis, kesenian dan lain-lain.
  2. Apabila ada remaja putra atau putri bertingkah laku tidak sesuai dengan jenis kelaminnya, mereka perlu diberi bantuan melalui bimbingan dan konseling. Demikian juga, apabila seorang wanita lebih mementingkan studi dan kariernya daripada menaruh perhatiannya menjadi seorang ibu, hendaknya sekolah turut membantunya agar mereka mampu menerima peranannya sebagai wanita.
  3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba  dalam kegiatan kelompoknya sendiri. Perlu diberikan penjelasan melalaui mata pelajaran biologi dan ilmu kesehatan bahwa pada diri remaja sedang terjadi perubahan jasmani yang bervariasi. Kepada siswa juga diberikan kesempatan untuk bertanya jawab tentang perkembangan jasmani itu.
  4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keinginannya, sesuai dengan sistim kemasyarakatan yang dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan. Semua ini hendaknya dilakukan oleh semua personil sekolah, terutama petugas bimbingan dan konseling, yaitu guru pembimbing atau konselor sekolah.
  5. Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal
  6. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan social kemasyarakatan yang perlu dilakukan.  Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi sekolah,  pertemuan berkala dengan orang tua/wali murid dan pemantapan pendidikan agama baik didalam maupun diluar sekolah.

4. Daftar Pustaka

  • http://papua.polri.go.id Viewed on 27/10/08
  • Sunarto, Prof. Dr. H. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Asdi Mahasatya. Jakarta