Tidak merasa takut kepada apapun kecuali allah subhanahu wa taala termasuk pengamalan asmaul husna

Pernahkah kita melihat tulisan di dinding sebuah kantor bahwa ruang ini dipasang CCTV? Tentu saja sering kita saksikan. CCTV memiliki fungsi utama sebagai alat melihat dan mengawasi. Mengawasi keamanan dari pihak-pihak yang akan melakukan kejahatan. Juga melihat kinerja karyawan di lapangan. Orang yang akan melakukan kejahatan akan berpikir lebih keras agar supaya perbuatannya tidak tertangkap oleh CCTV. Demikian pula karyawan yang akan melakukan kecurangan, tentu berpikir keras agar terhindar dari pengawasan CCTV. Sebaliknya, karyawan yang rajin dan memiliki kinerja baik akan diuntungkan oleh kehadiran CCTV karena melalui rekaman itu akan mudah terdeteksi siapa yang berkinerja baik dan kurang. Alat ini mampu melihat setiap orang yang tertangkap kamera secara kasat mata.

Pada bagian lain, terdapat organisasi yang melakukan monitoring karyawan melalui pergerakannya selama di lingkungan kantor. Sejak kedatangan, selama di kantor, hingga waktu meninggalkan kantor. Bahkan mengetahui apa yang diakses, dilihat, ditulis, dan semua aktivitas online-nya terdeteksi dengan detil dan rinci. Salah satu teknologi umum yang dilakukan adalah melalui pemanfaatan log Access Point (AP). AP adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melayani kebutuhan internet. Jika setiap orang menggunakan jaringan internet dari AP yang terpasang di setiap area kantor, maka kemana saja dia berpindah, apa saja yang diakses, dibagi, ditulis, ditonton, dan dimainkan (game online), semua akan tercatat pada log aktivitas AP tersebut. Jika semua orang yang mengakses AP menyadari semua ini, tentu dia akan lebih berhati-hati dan menggunakan internet tersebut sebaik mungkin. Berdasarkan ilustrasi AP ini, dapat kita pahami bahwa ia dapat mengawasi setiap orang yang terkoneksi secara tidak kasat mata (tak terlihat).

Kedua contoh di atas dapat kita gunakan untuk merenungkan dua nama Allah di dalam 99 asmaul husna yaitu Al ‘Alim dan Al Khabir. Kedua nama ini sama-sama memiliki makna Maha Mengetahui. Allah mengetahui dengan detil meskipun sesuatu yang lembut (sangat kecil) dan mengetahui apa yang tersirat, sesuatu yang abstrak dan tak terlihat. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Allah SWT.

Al ‘Alim memiliki makna spesifik terhadap sesuatu yang bersifat kongkrit. Meskipun sangat kecil dan tersembunyi. Sebagaimana disebutkan dalam QS Al An’am:59

وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَاحَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al An’am: 59)

Sedangkan Al Khabir lebih memiliki makna mengetahui terhadap sesuatu yang tersirat, abstrak, atau tidak tampak. Seperti yang disebutkan dalam QS Al ‘Adiyat: 10-11

وَحُصِّلَ مَا فِى الصُّدُوْرِۙ

اِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّخَبِيْرٌ

10. Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,

11. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

Jika dikembalikan pada contoh organisasi yang memasang CCTV dan menggunakan AP untuk mengawasi siapa saja dan apa saja yang dilakukan oleh orang-orang yang berada pada area terpasang tersebut, ilustrasi tersebut dapat kita gunakan untuk bertafakur kepada Allah dengan keagungan yang tiada banding. Jikalau pun CCTV yang dipasang itu keluaran terbaru dan tercanggih, dilengkapi dengan object recognition dan artificial intelligence sehingga mampu mengetahui apapun yang tertangkap oleh kamera, bahkan apa saja yang terkandung di dalamnya seperti komposisi bahan penyusun obyek yang tertangkap kamera tersebut. Maka, bagaimana dengan Al ‘Alim nya Allah SWT. Kecepatan dan keluasan Ilmu Allah tentu tidak sebanding dengan kecanggihan (atau yang dianggap telah canggih) yang manusia buat. Karena Al ‘Alim nya Allah meliputi segala sesuatu dan segala masa.

Sedangkan teknologi AP bisa kita gunakan untuk bertafakur kepada Allah yang pengetahuannya maha detail, maha terperinci, dan maha mengetahui yang tersembunyi (abstrak). AP yang canggih, meskipun sudah dilengkapi machine learning, artificial intelligence, dan teknologi robotika sekalipun sehingga mampu mengetahui secara mendalam, mengenali motivasi/niat seseorang pada area yang terpasang AP, mampu memprediksi apa yang akan dilakukan setelahnya, bahkan dapat mengenali perasaan dan apa saja yang sedang dipikirkan oleh orang tersebut. Maka, tentu Al Khabir nya Allah SWT yang mengawasi hamba-Nya, jauh lebih hebat dari teknologi apapun yang dibuat oleh manusia.

Kedua asma Allah yang mulia ini harus dapat mengingatkan kita akan kebutuhan muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah SWT). Hal ini mengingatkan kita sebuah kisah ketika Jibril tiba-tiba datang menemui Rasulullah SAW yang sedang duduk di hadapan para sahabatnya. Jibril duduk bersila di hadapan Rasulullah sembari menempelkan kedua lututnya ke lutut Rasulullah SAW seraya bertanya empat hal: Apa itu Iman, Apa itu Islam, Apa itu Ihsan, dan Apakah Qadha dan Qodar itu? Ketika menjawab Ihsan, Rasulullah SAW mengatakan Al Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatnya, dan jika engkau tidak melihat maka Allah pasti melihatmu.

Demikianlah muamalah kita kepada Allah ketika beribadah. Kita diperintahkan untuk menghadirkan perasaan melihat Allah atau perasaan Allah sedang melihat apapun yang kita kerjakan. Maka untuk membantu kita menghadirkan perasaan itu, dengan ilustrasi CCTV dan AP tersebut agaknya relevan dan bisa kita gunakan. Sehingga kita merasa Allah hadir di setiap ibadah kita, juga di setiap perbuatan kita, meskipun kedua contoh teknologi itu tidak bisa dibandingkan dengan hebatnya Al ‘Alim dan Al Khabir nya Allah SWT. Dengan merasa diawasi, maka naluri manusia untuk malu ketahuan keburukannya akan mendorongnya untuk meninggalkan keburukan itu, dan naluri manusia yang senang jika kebaikannya dilihat akan memberi semangat untuk menjalankan kebajikan lebih maksimal.

Wallahu A’lam. Semoga bermanfaat.

Di antara bacaan diambil dari:

https://nidaulfithrah.com/nama-allah-al-aliim-dan-al-khobiir/

https://rumaysho.com/18861-syarhus-sunnah-allah-itu-al-alim-al-khabiir-yang-maha-mengetahui.html

https://muslim.or.id/20969-al-khabir-maha-mengetahui-perkara-yang-tersembunyi.html

Penulis: Kholid Haryono
Dosen Informatika UII

Jurusan Informatika UII menerima kiriman artikel untuk ditampilkan pada Pojok Informatika dan Pojok Dakwah. Ketentuan dan prosedur pengiriman dapat dilihat pada laman berikut.

Jakarta -

Asmaul Husna Al Hakim menjadi salah satu nama-nama indah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A'raf [7]: 180, "Dan Allah mempunyai Asmaul Husna (nama-nama terindah), maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama itu."

Asmaul Husna (99 nama Allah) memiliki keistimewaan yang berguna bagi seluruh umat manusia. Asmaul husna seperti memberikan cahaya yang terang setiap masalah yang kita alami.

Dikutip dalam buku Asmaul Husna Makna dan Khasiat oleh Syekh Tosun Bayrak al-Jerrahi menjelaskan bahwa Allah SWT mahabijaksana dalam setiap pengetahuan dan perbuatan-Nya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tidak ada keraguan atau kebimbangan dalam pengetahuan-Nya yang tak terbatas. Dan tidak ada pula kebimbangan dalam perintah-Nya. Siapa saja yang mengikuti perintah-perintah Allah SWT maka dia akan belajar dari cermin pengetahuan-Nya yang sempurna mengenai hal penting yang tidak mustahil untuk dicapai dan berkembang menjadi manusia yang sempurna.

Barangsiapa yang tidak mengikuti perintah Allah SWT, maka tidak akan menerima kebaikan dan tidak dapat berkembang dan akan masuk neraka.

Rasa takut kepada Allah SWT dapat mengajarkan kita sifat bijaksana. Orang yang bijaksana adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsu sehingga kehidupannya akan dijadikan bekal bagi akhirat.

Asmaul husna al hakim terdapat dalam Al quran surah Adz-Dzariyat ayat 30 yang berbunyi:

قَالُوا۟ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْعَلِيمُ

Artinya: Mereka berkata "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan" Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Asmaul husna al hakim menunjukkan bahwa Allah SWT mengetahui setiap tujuan makhluknya, maka perilaku dan perbuatannya terhadap mereka akan berselaras dengan pengetahuan itu.

Jika seseorang merasa bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan tugas atau jika semua usaha yang dijalaninya mengalami kegagalan, kemudian dia tetap mengingat Allah SWT dan selalu percaya Allah SWT maha bijaksana seperti makna asmaul husna al hakim, maka segalanya akan berubah menjadi lebih baik.

(lus/erd)

Jakarta -

Asmaul Husna Al Mukmin merupakan salah satu nama baik Allah SWT. Nama tersebut memiliki makna dan keutamaan tersendiri. Apa saja?

Adapun, asmaul husna terdiri atas dua kata, yaitu asma yang berarti nama-nama, dan husna yang berarti baik atau indah. Sebab itulah nama-nama ini hanya boleh digunakan oleh Allah SWT.

Berikut ini makna dan keutamaan dari salah satu asmaul husna Al Mukmin yang dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Makna Al Mukmin

Secara bahasa, Al Mukmin berasal dari kata amina yang berarti pembenaran, ketenangan hati, dan aman. Artinya Allah SWT Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia.

Dalam menjalani kehidupan, tidak selamanya akan berjalan lancar. Kerap kali ditemukan cobaan, halangan, dan masalah di dalamnya. Jadi, jika bukan Allah yang memberikan ketenangan hati dan rasa aman bagi makhluk-Nya, kita akan merasa cemas, khawatir, dan gelisah dalam menjalani hidup.

Terkait Al Mukmin, Allah sebagai pemberi rasa aman juga termaktub dalam firman Allah SWT di dalam Al Quran Surat Al Hasyr ayat 23 yang berbunyi:

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Bacaan latin: Arab-Latin: Huwallāhullażī lā ilāha illā huw, al-malikul-quddụsus-salāmul-mu`minul-muhaiminul-'azīzul-jabbārul-mutakabbir, sub-ḥānallāhi 'ammā yusyrikụn

Artinya: "Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."

Keutamaan Al Mukmin

Ada keutamaan yang terkandung dalam asmaul husna Al Mukmin, yaitu Maha Pemberi rasa aman. Berdzikir dan berdoa dengan menyebut nama Allah dan Al Mukmin akan menumbuhkan keyakinan dan keimanan kita pada Allah yang memberikan rasa aman.

Selain itu, berdoa dengan menyerukan nama Al Mukmin artinya kita memohon untuk diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah, bencana, dan siksa.

Sebagaimana Allah SWT berfiman dalam Al Quran, misalnya pada Surat Al An'am ayat 82:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Bacaan latin: Allażīna āmanụ wa lam yalbisū īmānahum biẓulmin ulā`ika lahumul-amnu wa hum muhtadụnl

Artinya: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Selain itu, disebutkan pula golongan yang tidak beriman adalah membuat orang-orang di sekitarnya tidak merasa aman dalam sebuah hadits dari Ashim bin Ali telah menceritakan kepada Ibnu Abu Dzi'ib dari Sa'id dari Abu Syuraih, Rasulullah SAW bersabda:

وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ تَابَعَهُ شَبَابَةُ وَأَسَدُ بْنُ مُوسَى وَقَالَ حُمَيْدُ بْنُ الْأَسْوَدِ وَعُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ وَشُعَيْبُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ

Artinya: "Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya, 'Siapa ya Rasulullah saw.?' Rasulullah saw. menjawab, 'Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya." (H.R. Bukhari dan Muslim) Riwayat ini dikuatkan pula oleh Syababah dan Asad bin Musa. Dan berkata Humaid bin Al Aswad, Utsman bin Umar, Abu Bakr bin 'Ayyasy dan Syu'aib bin Ishaq dari Ibnu Abu Dzi'b dari Al Maqburi dari Abu Hurairah."

Oleh sebab itu, mengamalkan dan meneladani Al Mukmin artinya seorang yang beriman harus menjadikan orang yang ada di sekelilingnya aman dari gangguan lidah dan tangannya.

Semoga sahabat hikmah bisa meneladani asmaul husna Al Mukmin dalam kehidupan sehari-hari ya!

(erd/erd)