Tahap perkembangan masa anak-anak yaitu usia

Melihat perkembangan buah hati dari waktu ke waktu menjadi momen berharga bagi orang tua. Perkembangan fase atau pertumbuhan fisik anak idealnya sesuai dengan pertambahan usianya. Memperhatikan pertumbuhan buah hati secara berkala/teratur membuat Bunda lebih mudah menyadari tahapan perkembangan anak, terutama pada masa periode emasnya. Hal ini juga bisa membantu Bunda menentukan stimulasi tepat untuk optimalkan tumbuh kembang anak.

Langkah awal yang bisa Bunda lakukan adalah mengetahui apa saja pencapaian yang umumnya dicapai buah hati pada usia tertentu. Perkembangan yang sebaiknya Bunda perhatikan tak lain mulai dari perkembangan fisik, motorik halus dan motorik kasar, verbal, dan sosialisasi (Deteksi Dini dan Stimulasi Dini, Kemenkes).

Tumbuh Kembang Anak Berdasarkan Usia

Bayi Usia 0-1 Tahun

Ketika berusia 0-1 tahun, pertumbuhan fisik anak atau tumbuh kembangnya cenderung cepat, Bun. Memasuki bulan-bulan tertentu, Bunda pun sangat mungkin dibuat makin takjub dengan kecepatan tumbuh kembang motoriknya. Hanya saja, dari kognitif dan psikologisnya, Bunda masih sulit untuk melihat jelas tumbuh kembangnya.

Asupan nutrisi menjadi kunci utama dalam mengoptimalkan tumbuh kembang bayi di usia 0-1 tahun. Selain itu, interaksi dengan orang-orang terdekat, khususnya Bunda, juga akan sangat menentukan tumbuh kembang buah hati. Berikut adalah pencapaian-pencapaian bayi 0-1 tahun secara umum.

Baca juga: Makanan yang Mengandung Zat Besi untuk Anak

1-3 Bulan

Baik Bunda maupun buah hati akan mengalami masa adaptasi di usia 1-3 bulan setelah kelahiran. Tidak berbeda jauh dengan orang dewasa, dalam proses adaptasi ini bayi sangat mungkin merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan itulah yang berujung pada tangisan.

Hal lain yang mungkin membuat Bunda resah adalah jika buah hati sulit tidur malam pada bulan-bulan pertama usianya. Bunda tidak perlu khawatir karena itu juga merupakan proses adaptasinya setelah 9 bulan dalam kandungan Bunda. Proses adaptasi untuk tidur malam biasanya akan berlangsung hingga 3 bulan usianya. Maka, bersiap-siaplah pula untuk begadang mengasuh buah hati pada malam hari.

Selain proses adaptasi tersebut, banyak pencapaian buah hati yang akan Bunda temukan ketika usianya 0-3 bulan. Pada usia ini, bayi akan mulai bisa membedakan cahaya dan suara. Karena itulah, ia sudah bisa pula mengenali Bunda maupun orang-orang terdekatnya. Perhatikan pula bagaimana buah hati mencari sumber suara ketika muncul suara berisik. Ini karena kepekaan indra pendengarannya sudah mulai terasah pada usia 3 bulan.

Untuk lebih mempercepat kemampuan penglihatan dan pendengarannya, Bunda sebaiknya sering mengajak buah hati mengobrol. Meskipun dia belum mengerti, ia akan lebih mengenali suara Bunda. Cobalah pula untuk mengajak bayi bercermin agar ia bisa mengenali perbedaan wajah tiap orang, termasuk wajahnya sendiri.

Pada usia ini, gerakan bayi memang masih terbatas. Buah hati cenderung hanya mampu menggerak-gerakkan kaki dan tangannya. Memasuki usia 2 bulan, bayi umumnya juga sudah mulai menggenggam secara pelan. Sering-seringlah untuk memberikan jari Bunda untuk ia genggam guna melatih motorik tangan dan jari-jarinya.

3-6 Bulan

Melewati tumbuh kembang anak usia 3 bulan, bayi umumnya sudah lebih beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Ia pun sudah lebih mengenali wajah-wajah orang terdekatnya. Jadi, Bunda akan sering mendapatinya bayi Bunda akan tersenyum begitu melihat wajah Bunda. Namun, ketika bertemu orang asing, mungkin ia akan gelisah karena tidak merasa dekat dan kenal. Ekspesi wajah bayi menjadi lebih beragam ketika usianya memasuki 3 bulan ke atas.

Dalam periode 3-6 bulan ini, buah hati juga akan lebih banyak memperlihatkan pencapaian motoriknya. Gerakan bayi akan lebih banyak. Karena itu, Bunda pun sebaiknya lebih ekstra dalam menjaga kondisi lingkungan sekitar buah hati.

Salah satu pencapaian yang umumnya bayi lakukan pada usia ini adalah mencapai posisi tengkurap. Tangannya pun bergerak lebih banyak untuk meraih benda-benda di sekitarnya. Keaktifan ini harus Bunda sikapi dengan benar-benar menjauhkan barang yang bisa melukainya dari jangkauan buah hati.

Memasuki usia hampir 6 bulan, bahkan bayi cenderung sudah mulai bisa duduk dengan bantuan tangannya. Namun, karena tulang belakangnya kemungkinan belum terlalu kuat, Bunda harus selalu memperhatikannya. Bisa jadi buah hati tiba-tiba terjatuh ketika sedang mencoba duduk.

Pada usia ini, fase tumbuh kembang anak dalam kemampuan bahasa bayi juga mulai terbentuk. Dari suara-suara yang ia kenal, buah hati akan mencoba menirukannya dalam bentuk gumaman. Artinya, buah hati sebenarnya hendak berinteraksi. Untuk itulah, Bunda sebaiknya menyediakan waktu lebih untuk menanggapi gumaman buah hati.

6-9 Bulan

Gumaman bayi akan semakin banyak di usia 6-9 bulan. Bahkan, beberapa gumamannya sudah membentuk kata. Jangan kaget ketika ia sudah bisa mengucapkan kata “mama” atau “papa” pada periode ini.

Gerak bayi pun akan semakin banyak pada usia ini. Buah hati sudah bisa tengkurap, dan bahkan berguling untuk berpindah dari satu sisi tempat tidur ke sisi lainnya. Tulang belakangnya sudah lebih kuat sehingga memungkinkan buah hati duduk lebih stabil. Bahkan bayi akan bisa mulai berdiri sebentar pada periode ini. Momen-momen bayi merangkak umumnya akan Bunda dapati ketika usia buah hati 6-9 bulan.

Beberapa gigi bayi akan mulai tumbuh dalam periode ini. Alasan inilah yang membuat buah hati cenderung menggigit barang-barang di sekitarnya pada usia ini. Pastikan semua barang yang ada di sekelilingnya tidak berbahaya ketika masuk ke dalam mulut buah hati ya, Bun.

9-12 Bulan

Ocehan buah hati sudah makin beragam pada proses tumbuh kembang anak usia 9-12 bulan. Ia pun sudah mulai mengerti penggunaan kata-kata yang diucapkan. Ia mungkin mulai berkata “nggak”  atau “mau” terhadap hal yang ia suka atau tidak. Kata-katanya yang makin beragam akan sangat bergantung dengan kata-kata yang sering didengarnya.

Buah hati juga mungkin mulai berteriak-teriak memanggil kehadiran Bunda. Pada periode ini, sisi psikologis makin terlihat dari emosi bayi. Umumnya, bayi akan merasa makin lekat dengan pengasuhnya dan Bunda.

Gerak bayi pun akan berkembang makin jauh. Dari hanya bisa merangkak, ia kemungkinan sudah akan mulai bertatih di periode ini. Ia akan sering mencoba berjalan beberapa langkah dengan berpegangan dengan benda-benda besar di sekelilingnya. Kemungkinan terjatuh sangat besar karena itulah Bunda sebaiknya ekstra mengawasi.

Anak Usia 1-3 Tahun

Memasuki usia 1 tahun ke atas, Bunda tidak hanya mendapati tumbuh kembang bayi yang kencang dari sisi motoriknya. Sisi psikologi yang termasuk emosi anak pun akan semakin tampak para masa ini.

Asupan nutrisi tetap memegang peranan besar dalam tumbuh kembang anak usia 1-3 tahun. Di sisi lain perlakuan Bunda terhadap berbagai pencapaianya pun akan sangat menentukan. Berikut ini beberapa pencapaian anak di usia 1-3 tahun yang umumnya akan Bunda dapati.

1-2 Tahun

Gerak anak akan semakin beragam. Buah hati akan mulai bisa berjalan lebih stabil. Untuk mempercepat proses belajar berjalannya, Bunda bisa membantu dengan memapahnya dulu. Ini akan membantu meningkatkan kepercayaan diri buah hati karena sudah bertatih dengan bantuan benda.

Dari sisi kebahasaan, kosakata anak akan semakin banyak. Momen meniru masih menjadi andalannya. Bunda sebaiknya bijak memilih kata-kata yang diucapkan saat berada di sekitar buah hati karena ia mulai memahami arti kata-kata.

Anak juga sudah mulai bisa merangkai 2-3 kata yang memiliki arti. Dari sinilah Bunda bisa memperhatikan apakah anak Bunda mengalami keterlambatan berbicara atau tidak. Apabila kosakatanya masih terlalu sedikit dan belum mampu merangkai dua kata sampai usia 2 tahun, sebaiknya Bunda lebih sering mengajaknya berbicara agar kosakatanya bertambah.

Sebaiknya Bunda juga mulai melatih kemandiriannya seiring bertambah aktifnya buah hati. Cobalah untuk mengajarkan toilet training ketika anak berusia 1,5 tahun. Kemampuannya mengerti ucapan orang juga harus Bunda manfaatkan untuk mengajarkan apa yang baik dan dan tidak baik.

Pada usia ini, anak pun akan semakin ekspresif. Ia juga bisa semakin bergantung kepada Bunda dan menolak hal-hal yang tidak disukainya. Perkenalkan buah hati kepada dunia yang lebih luas. Ajaklah ia bermain ke taman atau ke tempat banyak anak-anak seusianmya bermain. Biarkan mereka berinteraksi untuk menumbuhkan rasa empati anak.

2-3 Tahun

Dari sisi motorik, anak usia 2-3 tahun umumnya sudah bisa berjalan stabil bahkan berlari. Anak pun akan mulai melompat pada kisaran usia ini.

Psikologis anak akan tampak lebih jelas memasuki periode ini. Bukan cuma menolak atau senang menerima sesuatu, anak pun sangat mungkin menunjukkan gejala tantrum. Ini merupakan sikap emosional anak yang berlebihan ini terjadi karena ia ingin keinginannya terpenuhi.

Bunda sebaiknya menghadapi buah hati dengan tegas dan tidak langsung memenuhi keinginannya. Membiarkan tantrum anak agar berhenti sendiri pun dapat menjadi pilihan. Pada usia ini, buah hati juga akan mulai bisa berpura-pura. Ada kemungkinan pula tantrum yang dilakukan hanya bagian dari sandiwara.

Tantrum pun bisa disebabkan anak sulit mengutarakan keinginannya kepada Bunda. Keterbatasan bahasa bisa menjadi kendalanya. Cobalah bacakan buku cerita sebelum tidur untuk melatih kemampuan berbahasa buah hati agar ia mampu mengutarakan isi hatinya sehingga emosinya bisa terjaga. Pada usia ini, sebaiknya Bunda makin sering mengajak anak bermain dengan anak-anak seusianya untuk membantu melatih emosinya.

Perkembangan kognitif mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu. Tahapan perkembangan kognitif anak usia dini dibagi menjadi empat tahap.

Masa kanak-kanak adalah periode dimana anak belajar menguasai keahlian tertentu dan menghadapi tugas-tugas baru.

Mam, masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam kehidupan setiap manusia. Pada periode ini, anak belajar menguasai keahlian tertentu dan menghadapi tugas-tugas baru.

Oleh karena itu, Mam perlu memperhatikan betul berbagai proses perkembangan yang berlangsung dalam hidup si Kecil pada periode ini; mulai dari perkembangan kognitif anak, motorik, sensorik, fisik, bahasa, dan emosionalnya.

Kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti sesuatu. Perkembangan kognitif mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu.

Salah satu tokoh psikologi yang mengemukakan teori tentang tahapan perkembangan kognitif (cognitive theory) manusia adalah Jean Piaget. Menurut Piaget, anak-anak memiliki cara berpikir berbeda dari orang dewasa. Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif anak usia dini dalam empat tahap.

Tahap sensorimotor (0-24 bulan)

Setiap bayi lahir dengan refleks bawaan dan dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Oleh karena itu, pada masa ini, kemampuan bayi terbatas pada gerak refleks dan panca inderanya. Berbagai gerak refleks tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan.

Pada tahap perkembangan kognitif awal ini, si Kecil belum dapat mempertimbangkan kebutuhan, keinginan, atau kepentingan orang lain, sehingga ia dianggap “egosentris”.

Pada usia 18 bulan, si Kecil juga sudah mampu menciptakan simbol-simbol dalam suatu benda serta fungsi beberapa benda yang tak asing baginya. Si Kecil pun kini mampu melihat hubungan antar peristiwa dan mengenali mana orang asing dan mana orang terdekatnya.

Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada masa ini, anak mulai dapat menerima rangsangan, meski masih sangat terbatas. Si Kecil pun sudah masuk ke dalam lingkungan sosial. Ciri tahapan ini adalah anak mulai bisa menggunakan operasi mental yang jarang dan secara logika kurang memadai.

Si Kecil juga masih tergolong “egosentris” karena hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang diri sendiri dan kesulitan melihat dari sudut pandang orang lain. Ia sudah dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda berwarna merah, walaupun bentuknya berbeda-beda.

Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada masa ini, anak sudah mampu melakukan pengurutan dan klasifikasi terhadap objek maupun  situasi tertentu. Kemampuan mengingat dan berpikir secara logis si Kecil pun makin meningkat. Ia mampu memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan sistematis sehingga si Kecil mulai bisa belajar matematika dan membaca.

Pada tahapan ini pula sifat “egosentris” si Kecil menghilang secara perlahan. Ia kini sudah mampu melihat suatu masalah atau kejadian dari sudut pandang orang lain.

Tahap operasional formal (mulai umur 11 tahun)

Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran. Ia dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Ia dapat memahami konsep yang bersifat abstrak seperti cinta dan nilai.

Si Kecil juga bisa melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, tetapi juga ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Kemampuan ini penting, Mam, karena akan membantunya melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia nyata.

Faktor Penunjang Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Ada dua faktor utama yang dapat menunjang perkembangan kognitif anak usia dini:

1. Hereditas/Keturunan

Faktor ini turut menentukan perkembangan intelektual seorang anak. Dengan kata lain, seorang anak membawa kemungkinan memiliki kemampuan berpikir yang similar dengan orang tuanya, apakah itu normal, di atas normal, atau di bawah normal. Namun, potensi tersebut tidak akan berkembang bila tidak ada lingkungan yang dapat memberinya kesempatan untuk berkembang.

2. Lingkungan

Banyak studi maupun penelitian yang mendukung faktor lingkungan memengaruhi tingkat kognitif atau intelegensi seseorang. Faktor lingkungan yang paling berperan dalam menunjang perkembangan kognitif anak adalah keluarga dan sekolah.

Keluarga Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tua) memfasilitasi perkembangan kognitif anak. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat bisa membuat anak mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan kognitifnya. Sekolah

Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak, termasuk perkembangan berpikir anak. Karena itu, tenaga pengajar atau guru di sekolah memiliki peranan sangat penting dalam menunjang perkembangan kognitif si Kecil.