Skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi adalah

Terdapat 2 skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa, yaitu :

  1. Skala magnitudo dikenal sebagai skala Richter (SR). Skala Richter berkaitan dengan energi gempa yang dilepaskan oleh sumber gempa dari lokasi hiposenter.
  2. Skala Modified Mercalli Intensity (MMI) mengukur intensitas dan efek gempa yang ditimbulkan terhadap struktur fisik (misalnya daerah perindustrian) dan makhluk hidup di permukaan Bumi di sekitar sumber gempa.

Jadi, beda kedua skala ini yaitu skala Richter berdasarkan energi yang dihasilkan, sedangkan skala MMI berdasarkan efek yang ditimbulkan

Penyelesaian :    

Richter merupakan skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa. Seismograf merupakan alat yang digunakan untuk mencatat pergerakan tanah, sedangkan celcius dan reamur merupakan satuan pada besaran suhu.

Oleh karena itu, jawaban dari soal ini adalah A.

Makassar, IDN Times - Dalam pemberitaan tentang peristiwa gempa bumi, publik bisa mengetahui kekuatannya lewat keterangan rinci. Tapi, belakangan para netizen agak dibingungkan dengan skala yang digunakan.

Sebelumnya, kamu pasti akrab dengan pengukuran kekuatan gempa dengan Skala Richter (SR). Namun, sebetulnya saat ini kekuatan gempa sudah tak lagi menggunakan SR loh, melainkan magnitudo (M).

Sejak tahun 2008, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak lagi memakai satuan mengganti penyebutan kekuatan gempa dari SR menjadi M. Hal itu bisa kamu lihat di situs BMKG yang kini selalu menggunakan satuan magnitudo atau M saat ada gempa terjadi di wilayah Indonesia. 

Satu pertanyaan muncul: apa sih perbedaan mendasarnya? Nah, berikut ini IDN Times coba merangkum penjelasannya untuk kamu.

1. Skala Richter mengukur kekuatan di sekitar pusat gempa

Skala Richter adalah sebuah satuan kekuatan gempa yang dikembangkan oleh Charles F Richter, seorang ilmuwan Amerika Serikat pada dekade 1930-an. Metode pengukurannya menggunakan amplitudo. 

Menurut Encyclopaedia Britannica, Skala Richter awalnya dirancang untuk mengukur besarnya gempa bumi dengan ukuran sedang (yaitu, magnitudo 3 hingga magnitudo 7) dengan menetapkan angka yang memungkinkan ukuran satu gempa tersebut dibandingkan dengan gempa lainnya.

Setiap kenaikan satu unit pada SR mewakili peningkatan 10 kali lipat kekuatan gempa. Singkatnya, angka pada SR sebanding dengan logaritma umum (basis 10) dari amplitudo gelombang maksimum.

Contohnya, sebuah perekam kekuatan gempa bumi terpasang 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm. Kekuatan gempa tersebut adalah 10 pangkat 3 mikrometer sama dengan 3,0 Skala Richter.

2. Skala Magnitudo menghitung momen seismik hingga lebar sesar yang aktif

Skala magnitudo sendiri mengadopsi perhitungan SR, namun lebih akurat lantaran dihitung berdasarkan faktor-faktor penting seperti luas rekahan, panjang slip dan sifat rigiditas (kekakuan) batuan yang berada di pusat gempa.

Berbeda dengan SR, magnitudo ini menyusun hitungan kekuatan gempa berdasarkan perpindahan partikel batuan atau tanah di mana sensor dipasang-- bukan cepat getaran partikel tanah atau batuan di sekitar sensor terpasang. Dengan kata lain, pengukuran magnitudo lebih luas ketimbang Skala Richter.

Selain lebih luas, magnitudo pun lebih rinci. Dari perpindahan gelombang longitudinal, informasi menentukan kekuatannya melalui perbedaan stress drop (perbedaan antara tegangan melintasi sesar sebelum dan sesudah gempa bumi), lebar atau panjang sesar yang aktif, momen seismik untuk estimasi Ml dan Mb yang menjadi estimasi magnitudo  gelombang tekanan di sumber gempa.

3. Pengukuran M sudah digunakan oleh BMKG sejak tahun 2008

Seiring waktu, sejak pertama kali mengemuka pada akhir 1970-an, skala M mulai diadopsi oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Jepang. Beberapa tipe magnitudo gempa baru pun ditemukan seperti ML (Magnitude Local), Mb (Magnitude Body), Ms (Magnitude surface), Mw (Magnitude moment) dan MD (Magnitude Duration).

Kesimpulannya? Magnitudo jauh lebih rinci dalam urusan mengukur kekuatan gempa daripada Skala Richter. Namun ternyata tingkat ML lebih dekat kepada SR lantaran sama-sama mengestimasi gelombang yang benar-benar terasa di daerah yang diguncang gempa.

Nah, udah jelas kan? Tapi yang paling penting, tentu saja agar tak panik dan mengetahui apa yang wajib dilakukan ketika gempa terjadi.

Semua informasi mengenai Prakiraan Cuaca, Iklim, Kualitas Udara, dan Gempa Bumi yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia tercakup dalam satu aplikasi mobile.

Skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi adalah

Rumah dan bangunan mengalami pemadaman listrik setelah gempa bumi di daerah Toshima di Tokyo, Jepang, 17 Maret 2022. Gempa bermagnitudo 7,3 mengguncang pantai timur laut Jepang di lepas pantai Fukushima pada Rabu, menyebabkan satu orang tewas dan 69 orang terluka. REUTERS/Issei Kato

TEMPO.CO, Jakarta - Gempa mengguncang Fukushima, Jepang, pada Rabu, 16 Maret 2022, pukul 23.34 waktu setempat. Gempa berkekuatan magnitudo 7,4 itu mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan 97 orang terluka.

Beberapa tahun belakangan, otoritas gempa di beberapa negara mengganti penggunaan skala Richter menjadi magnitudo. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah menggunakan magnitudo sejak 2008 silam.

Apa perbedaan magnitudo dan skala Richter?

Menurut United States Geological Survey (USGS), magnitudo sebenarnya merupakan penyebutan untuk beberapa skala pengukuran kekuatan gempa. Ada empat skala magnitudo yang paling umum digunakan yaitu magnitudo lokal (local magnitude), magnitudo permukaan gelombang (surface-wave magnitude), magnitudo gelombang tubuh (body-wave magnitude), dan magnitudo momen (moment magnitude).

Magnitudo merupakan skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa. Semakin besar gempa, makin tinggi pula angka magnitudo. Besaran magnitudo berdasarkan pengukuran gerakan maksimum yang direkam oleh seismograf, alat pengukur gempa. Skala magnitudo diklaim lebih akurat untuk mengukur kekuatan gempa.

Skala Richter dan magnitudo momen memiliki kesamaan, satuan ukur menentukan kekuatan gempa. Bedanya, skala Richter lebih cocok untuk mengukur kekuatan gempa lokal, sedangkan magnitudo momen cakupannya lebih luas. Skala Richter dianggap tidak akurat untuk menentukan kekuatan gempa yang luas.

Kekuatan gempa yang diukur menggunakan magnitudo momen dicatat melalui energi seismik. Energi ini dipancarkan oleh sumber gempa, kemudian dicatat menggunakan seismograf. Data yang didapat dari analisis bentuk gelombang yang terekam, kemudian dihitung momen seismiknya.

Momen seismik yang menentukan seberapa banyak gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan gelombang yang direkam. Momen seismik diubah menjadi besaran yang dirancang agar kisarannya sama dengan skala Richter.

Penggunaan skala Richter, kekuatan gempa diukur menggunakan amplitudo. Sedangkan amplitudo tidak menggambarkan energi lengkap dari gempa, karena pengukuran hanya berlaku rentang frekuensi dan jarak tertentu.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: 5 Fakta tentang Gempa Fukushima Jepang

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu

Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Beberapa diantaranya akan saya ulas di artikel ini.

Saat gempa bumi terjadi, hal pertama yang ingin diketahui orang-orang adalah besaran atau kekuatan gempa itu sendiri.

Dalam beberapa kasus, besaran atau kekuatan dilaporkan berbeda oleh pemerintah, media atau lembaga swadaya masyarakat.

Yang membingungkan tentu saja ada pada besarannya. Karena pelaporan yang digunakan berbeda, menggunakan Mw dan SR contohnya.

Ini tentu membingungkan masyarakat awam. Selain membingungkan, pasti ada juga yang bertanya-tanya pertanyaan seperti ini:

  • Bagaimana lembaga tersebut mengukur kekuatan gempa?
  • Apakah besarannya sesuai dengan yang dilaporkan?
  • Mengapa tingkat kerusakannya tinggi sementara jarak gempanya jauh?
  • Dan pertanyaan lain serupa

Nah untuk menjawab semua pertanyaan itu, di artikel kali ini saya hendak mengulas beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa.

Yang mudah-mudahan bisa menjawab rasa penasaran serta pertanyaan-pertanyaan yang anda lontarkan.

3 Skala Yang Digunakan Untuk Mengukur Kekuatan Gempa

Lantas, skala apa saja yang bisa digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi? Pasti penasaran kan? Berikut artikelnya untuk anda.

1. Skala Richter

Skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi adalah

Salah satu skala yang cukup populer di Indonesia untuk memproyeksikan kekuatan gempa bumi adalah skala Richter [SR].

Skala ini dikembangkan oleh Seismolog Amerika dan juga Dosen di California Institute of Technology, Charles F. Richter bersama Beno Gutenberg pada tahun 1934.

Metode penghitungannya menggunakan rumus amplitudo gelombang terbesar yang dicatat seismograf dan jarak dengan titik gempa bumi.

Seismograf sendiri adalah alat yang digunakan untuk mengukur jejak zig-zag gempa yang terjadi.

Seismograf sensitif bisa mendeteksi gerakan tanah dan titik gempa. Dengan pengukuran ini, besaran gempa dilaporkan dengan varian angka, 7.0 misalnya.

Oh iya, Skala Richter [SR] bukan merupakan sebuah perangkat fisik melainkan formula matematis untuk mengukur kekuatan gempa.

a. Cara kerja skala Richter

Skala Richter [ML] awalnya digunakan untuk mengukur kekuatan gempa dengan ukuran sedang yakni Magnitudo 3 dan 7.

Skala ini pertama kali dikembangkan untuk mengukur gempa bumi yang terjadi di Califonia Selatan yang direkam oleh seismograf Wood-Anderson dimana episentrumnya kurang dari 600 km [273 mil] dari lokasi Sesimograf.

Setelah dimodernisasi, seismograf modern kemudian di kalibrasi untuk menghitung besaran skala logaritma dan terus disempurnakan sampai sekarang.

Cara kerja SR adalah adalah dengan menghitung lompatan bilangan bulat dengan peningkatan 10 kali lipat. Dalam konteks ini, perhitungannya menggunakan amplitudo gelombang.

Artinya, amplito gelombang pada tingkat 6, 10 kali lebih besar dari amplitudo 5. Selanjutnya, amplitodo meningkat drastis sampai 100 kali lipat pada tingkat 7 dan 9.

Salah satu kelemahan SR adalah tidak melibatkan kerusakan yang diakibatkan oleh gempa. Dan ini berbeda dengan skala Mercalli dan bergantung penuh pada beberapa faktor, seperti:

  • Populasi di epistentrum
  • Medan
  • Kedalaman
  • Dan lain sebagainya

b. Kelas skala Richter

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka lahirlah kelas skala Richter, seperti:

  • Great adalah besaran gempa diatas 8,0 SR yang menimbulkan kerusakan luar biasa diatas permukaan bumi terlebih di lokasi episentrum
  • Major adalah besaran kekuatan gempa dalam rentang 7,0-7,9 SR. Gempa bumi ini berpotensi merusak
  • Strong adalah besaran gempa dalam 6,0-6,9 SR dengan efek merusak yang cukup parah terlebih jika titik gempanya terletak di daerah padat penduduk
  • Moderate adalah besaran gempa dalam rentang 5,0-5,9 SR. Dalam beberapa kejadian, kekuatan gempa moderat juga punya efek luar biasa dan menyebabkan kerusakan parah terutama wilayah-wilayah perkotaan yang lokasinya tak jauh dari titik gempa
  • Light adalah gempa dalam besaran 4,0-4,9 SR dan bisa memicu kerusakan sedang
  • Minor adalah besaran gempa dalam rentang 3,0-3,9 SR yang juga berpotensi merusak
  • Micro adalah besaran gempa kurang dari 3,0 SR yang merupakan gempa terkecil namun dirasakan manusia dan hewan

2. Skala momen Magnitudo

Sayangnya, banyak skala perhitungan kekuatan gempa seperti Skala Richter tidak memberikan perkiraan yang akurat pada gempa bumi berkekuatan besar.

Hari ini, skala moment Magnitudo, disingkat dengan Mw lebih disukai karena bisa menghitung kekuatan gempa secara luas dan kompleks.

Skala ini lahir akibat kesalahan perhitungan pergerakan tanah dan energi yang dilepaskan sebelum akhirnya memicu gempa.

Perhitungan ini berasal dari pemodelan rekaman gempa di beberapa stasiun. Perkiraan besaraan momen hampir sama dengan besaran Richter untuk gempa kecil hingga besar.

Magnitudo didasarkan pada skala logaritma [basis 10]. Artinya, setiap bilangan bulat akan naik pada skala magnitudo dan amplitudo yang berhasil direkam seismograf.

Untuk memberi gambaran bagaimana angka-angka ini bertambah, coba bayangkan energi yang dilepaskan bahan peledak, TNT misalnya.

Untungnya, sebagian besar gempa bumi yang terjadi setiap hari besarannya hanya Mw 2,5 atau kurang, sehingga sulit dirasakan manusia termasuk hewan.

Skala magnitudo dapat digunakan untuk menggambarkan gempa bumi yang sangat kecil sehingga dinyatakan dalam angka negatif.

Skala ini juga tidak memiliki batas angka, sehingga dapat menggambarkan gempa bumi dengan intensitas yang tidak bisa diperhitungkan sebelumnya.

a. Cara kerja skala momen magnitudo

Skala momen magnitudo mengukur kuantitas fisik, slip patahan sebelum dikalikan dengan luas permukaan patahan.

Dari sini kemudian dihitung total energi yang dilepaskan untuk memicu terjadinya gempa bumi. Energi tersebut masih menggunakan perhitungan seismogram dan geodetik.

Momen ini kemudian dikonversi menjadi angka yang serupa dengan pengukuran lainnya menggunakan rumus logaritma standar.

Karena itulah, hasil perhitungan dengan metode ini dianggap lebih akurat karena bisa memperkirakan rentang magnitudo secara lengkap.

b. Kelas skala momen magnitudo

Perhitungan diatas memunculkan skala yang bisa dilihat pada tabel dibawah ini:

BesarnyaEfekJumlah kejadian [diperkirakan]
2,5 atau kurangBiasanya tidak terasa namun dapat direkam oleh seismograf900.000
2,5 hingga 5,4Terasa namun tingkat kerusakannya kecil30.000
5,5 hingga 6,0Kerusakan yang ringan pada bangunan dan struktur lain500
6,1 hingga 6,9Dapat menyebabkan kerusakan yang parah di daerah berpenduduk padat100
7,0 hingga 7,9Gempa bumi dengan tingkat kerusakan yang serius20
8,0 atau lebihGempa besar yang sangat merusak1 kali terjadi setiap 5–10 tahun

c. Kelas Magnitudo Gempa Bumi

Gempa bumi juga diklasifikasikan dalam kategori kecil hingga besar, tergantung pada pengukuran yang dilakukan.

Dalam kelas magnitudo, gempa bumi digambarkan dalam tabel sebagai dibawah ini:

KelasBesarnya
Great8 atau lebih
Strong7 hingga 7,9
Major6 hinggga 6,9
Moderate5 hingga 5,9
Light4 hingga 4,9
Minor3 hingga 3,9

3. Skala Mercalli

Skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi adalah

Cara lain untuk mengukur kekuatan gempa adalah dengan menggunakan skala Mercalli. Skala ini dikembangkan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.

Pada dasarnya, skala ini menggunakan pengamatan orang-orang untuk memperkirakan intensitas gempa yang terjadi.

Skala ini sendiri hingga kini tidak dianggap sebagai metode perhitungan yang ilmiah seperti skala Richter atau Magnitudo.

Baca Juga : 5 Tips Melakukan Fotografi Bencana

Karena terkadang, orang-orang yang merasakan gempa akan melebih-lebihkan kekuatannya sehingga perhitungannya tidak akurat dan subjektif.

Dan memang, dalam beberapa kasus, kerusakan yang diakibatkan gempa tidak secara langsung menunjukan intensitas.

Sebab, ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan bangunan akibat gempa, diantaranya:

  • Desain bangunan
  • Jarak bangunan dari pusat gempa
  • Jenis permukaan secara geografis [tanah dan batuan]

Untuk itu, skala Mercalli kemudian disempurnakan oleh beberapa ahli seperti Harry Wood dan Frank Neumann pada 1931.

Penyempurnaan ini dikenal dengan istilah skala Intensitas Modifikasi Mercalli [MM]. Skala ini tetap berangkat dari intensitas dan tingkat kerusakan yang diukur menggunakan angka Romawi.

a. Cara kerja skala Mercalli

Baik skala Mercalli lama atau yang telah di modifikasi [MM] dirancang untuk menggambarkan efek gempa ditempat tertentu dengan pertimbangan fitur alami secara geologis dan keadaan alam sekitar.

Termasuk juga struktur bangunan disekitar terlebih yang buatan manusia entah itu rumah-rumah, pabrik, bangunan industri dan lain sebagainya.

b. Versi skala MM

Setelah dimodifikasi, maka skala MM kemudian diukur dalam angka romawi sesuai dengan tingkat kerusakan yang ditimbulkan Gempa.

  • MM 1 adalah gempa yang tidak terasa dan terkadang hanya bisa dirasakan hewan seperti burung dengan efek yang bikin puyeng hewan tersebut termasuk mual. Gempa ini juga bisa memicu pergerakan kecil air, pohon dan pintu dalam beberapa kasus
  • MM II adalah gempa dalam skala MM yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang ada didalam satu ruangan. Pada skala ini, orang-orang yang merasakannya bisa melihat benda-benda yang bergantung berayun, termasuk pohon, air, pintu dan lain sebagainya
  • MM III adalah gempa dengan gerakan agak cepat yang bisa memicu benda-benda bergerak atau bergoyang. Pada bangunan tinggi, getarannya bisa dirasakan cukup kuat
  • MM IV adalah gempa yang terjadi di dalam ruangan oleh banyak orang, termasuk juga diluar ruangan. Gempa dalam skala ini bisa membuat piring berderak, jendela bergoyang, bingkai foto yang dipaku terjatuh
  • MM V adalah gempa dalam skala yang lebih besar dari pada IV yang bisa membuat kosen pintu lepas, bangunan bergoyang dan bisa memicu pandulum pada jam berhenti bergerak
  • MM VI adalah gempa dalam skala yang lebih besar lagi yang bisa dirasakan oleh manusia dan hewan. Dalam skala ini bisa membuat pohon bergerak kencang, tembok-tembok melorot dan lain sebagainya
  • MM VII adalah gempa yang bisa membuat manusia atau hewan kesulitan untuk berdiri. Gempa ini juga bisa membuat kolam dan danau bergelombang atau kabur
  • MM VIII adalah gempa yang jauh lebih besar dan bisa memicu bangunan roboh. Gempa ini bisa juga membuat pohon bergerak sendiri sebelum akhirnya ikut roboh
  • MM IX adalah gempa yang aduh, susah digambarkan. Dalam skala ini, tanah-tanah akan retak dan menimbulkan kerusakan yang parah pada bangunan terlebih yang dibuat dari dari batu bata
  • MM X adalah gempa dalam skala yang lebih tinggi dan bisa membuat tanah retak beberapa inci dengan tingkat kerusakan yang lebih fatal lagi
  • MM XI adalah gempa yang bisa membuat material-material tanah keluar ke permukaan, tanah runtuh atau longsor atau melebar per sekian skala. Dalam beberapa kasus, jika episentrumnya di laut, akan memicu gelombang tsunami besar
  • MM XII adalah skala gempa dengan tingkat kerusakan total baik itu bangunan super yang tahan gempa atau tidak. Dalam skala ini bisa membuat tanah longsor, tepi sungai merosot dan lain sebagainya.

Penutup

Salah satu kejadian yang paling umum terjadi di Indonesia adalah gempa. Setelah gempa, anda tidak perlu pusing lagi perhitungannya setelah membaca artikel ini.

Dan biasanya untuk menentukan kekuatan gempa, pihak berwenang seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB] akan merilis kekuatannya.

Untuk saat ini, sebagian besar kekuatan gempa diukur menggunakan skala momen Magnitudo karena lebih akurat.

Demikian artikel artikel tentang cara mengukur kekuatan Gempa. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk anda. ***