Seseorang tertarik kepada yang lain berdasarkan teori apa?


Seseorang tertarik kepada yang lain berdasarkan teori apa?

www.mgmpsosiologijateng.com - Ada beberapa teori yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok, yaitu:
  1. Teori Kedekatan (Propinquity) Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini adalah menjelaskan adanya afiliasi di antara orang – orang tertentu. 
  2. Teori Interaksi (Geome Homans) Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George   Homans. Teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas , interaksi-interaksi, dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). 
  3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb) Salah satu teori yang agak menyeluruh. (comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan. 
  4. Teori Pertukaran, teori yang sekarang ini mendapat perhatian betapa pentingnya di dalam memahami terbentuknya kelompok  ialah teori pertukaran (exchange theoty). Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori propinquity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori pertukaran ini.

Sumber: https://datenpdf.com/queue/teori-pembentukan-kelompok_pdf?queue_id=-1



Page 2

A. Teori Pembentukan Kelompok

Sebagai makhluk sosial menusia tidak bisa dipisahkan dari kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi.

Menurut Thoha (2007:80) mengemukakan bahwa banyak teori yang mecoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuk dan tumbuhnya suatu kelompok. Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini ialah mencoba menjelaskan tentang adanya afiliasi di antara orang-orang tertentu. Teori ini disebut propinquity atau teori kedekatan, artinya seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya (Spatial and geographical proximiti). Teori ini mencoba untuk meramalkan bahwa seorang mahasiswa yang duduk berdekatan dengan seorang mahasiswa lain di kelas akan lebih mudah membentuk suatu kelompok dibandingkan dengan mahasiswa yang duduk berjauhan. Dalam sutu kantor, pegawai-pegawai yang bekerja dalam ruangan yang sama atau yang berdekatan akan mudah bergabung dan membuat hubungan- hubungan yang menimbulkan adanya kelompok, dibandingkan dengan pegawai-pegawai yang secara fisik terpisahkan satu sama lain.

Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans.(dalam Thoha 2007:80). Teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas,interaksi- interaksi,dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sam lain berhubungan secara langsung, dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1) Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain (shared), semakin beraneka interaksi- interaksinya,dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen- sentimen mereka.

(2) Semakin banyak interaksi-interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang ditularkan (shared) pada orang lain.

(3) Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.

Salah satu teori yang agak menyeluruh (comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation), yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. (Dalam Thoha, 2003 81). Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap didalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain.

Teori lain yang sekarang ini sedang mendapat perhatian betapa pentingnya didalam memahami terbentuknya kelompok, ialah Teori pertukaran (exchange teori). Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja.

Teori pertukaran kelompok berdasarkan atas interaksi dan susunan hadiah –biaya-dan hasil. Suatu tingkat positif yang minim (hadiah lebih besar daripada biaya) dari suatu hasil harus ada, jikalau diinginkan terdapatnya daya tarik dan afiliasi.

Teori lain dari pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan –alasan praktis (practicalities of group formation). Contoh dari teori ini, antara lain karyawan –karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok disebabkan karena alasan ekonomi, Teori lain dari pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan –alasan praktis (practicalities of group formation). Contoh dari teori ini, antara lain karyawan –karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok disebabkan karena alasan ekonomi,

Dari pemahaman beberapa teori pembentukan kelompok seperti yang diuraikan diatas, dapat kemudian diidentifikasikan karakteristik dari suatu kelompok itu. Menurut Reitz, karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok itu, antara lain:

(1) Adanya dua orang atau lebih (2) Yang berinteraksi satu sama lainnya (3) dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

Oleh sebab itu Gito Sudarmo (2000:57), memberikan defenisi kelompok sebagai dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Indrawijaya (1989:91) menyatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat pengaruh dari pelaku organisasi (kelompok) terhadap perilaku perorangan. Sebaliknya perilaku perorangan juga berpengaruh terhadap norma dan sistem nilai bersama yang biasanya menjadi perilaku kelompok.

Duncam dalam Sofyandi, (2007:126) mengemukakan ada empat ciri utama kelompok, yaitu :

1. Common motive (s) leading to group interaction. Anggota suatu kelompok paling tidak harus mempunyai satu tujuan bersama.

2. Members who are affected differently by their interacation. Hubungan dalam suatu kelompok harus memberikan pengaruh kepada setiap anggotanya. Tingkat pengaruh tersebut diantara mereka dapat berbeda.

3. Group structure with diferent degress of status. Dalam kelompok selalu ada perbedaan tingkat/status, kerana akan selalu ada pimpinan dan pengikut.

4. Standard norms and values. Karena kelompok tebentuk untuk mencapai tujuan bersama, maka biasana pembentukannya disertai tingkah laku dan system nilai bersama. Anggota kelompok diharapkan mengikuti pola tersebut.

Propinquity atau Kedekatan mengacu pada kedekatan atau kedekatan fisik dari satu orang ke orang lain. Semakin besar tingkat kedekatan, semakin besar kemungkinan dua orang akan tertarik satu sama lain dan menjadi teman. Kedekatan biasanya dianggap dalam hal jarak fungsional yaitu, kemungkinan bersentuhan dengan orang lain daripada jarak fisik belaka.

Istilah propinquity berarti kedekatan. Dengan demikian, teori kedekatan menyatakan bahwa individu berafiliasi satu sama lain karena kedekatan spasial atau geografis. Dengan demikian, dalam konteks organisasi, individu yang bekerja bersama cenderung membentuk kelompok dengan orang lain lebih mudah dibandingkan dengan individu yang bekerja relatif di tempat yang jauh.

Teori ini muncul untuk menjelaskan proses pembentukan kelompok berdasarkan kedekatan. Namun, itu tidak mempertimbangkan masalah yang lebih penting dalam pembentukan kelompok yang jauh lebih kompleks daripada kedekatan. Kedekatan hanya merupakan faktor pendukung untuk pembentukan kelompok dan bukan alasan untuk itu.

Masalah Kelompok Informal

  1. Perlawanan terhadap Perubahan
    Berkenaan dengan fungsi yang melanggengkan nilai-nilai budaya, berkembang kecenderungan bagi kelompok untuk menjadi terlalu sadar dan terlalu protektif terhadap gaya hidupnya. Kelompok itu menolak setiap perubahan yang disarankan oleh manajemen dan itu berdiri seperti batu di hadapan perubahan.

    Kelompok informal sekalipun, terikat oleh bagan di dinding, mereka terikat oleh adat, konvensi dan budaya. Ketika anggota menghargai nilai-nilai budaya tertentu, mereka mengadaptasi sikap bermusuhan, jika ada perubahan yang membawa sesuatu terhadap mereka. Keyakinan alami mereka adalah bahwa apa pun yang telah dipraktikkan sejak lama di masa lalu, harus berlanjut di masa depan juga, tidak peduli bagaimana situasinya telah berubah.

    Dimungkinkan juga bahwa perubahan semacam itu dapat membawa kepahitan bagi anggota kelompok dalam jangka panjang. Namun tetap saja, mereka membuktikan diri sebagai lawan nomor satu untuk perubahan itu.

  2. Konflik Peran
    Mengenai fungsi kepuasan sosial, kadang-kadang menyebabkan konflik peran. Mungkin ada konflik peran antara kelompok dan organisasi, jika seandainya, seorang anggota kelompok sadar kerja dan tidak ingin membuang waktu. Pada saat yang sama, ia adalah anggota kelompok perintah dan norma kelompok yang harus ia ikuti. Dia ingin setia kepada organisasi dan kelompok, tetapi dia tidak bisa melakukannya pada saat yang sama.

    Dengan demikian, kepentingan organisasi dapat menderita setelah kepentingan kelompok kecil. Konflik peran ini mungkin tidak menguntungkan bagi organisasi dan masyarakat umum karena akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Sebagian besar konflik peran ini dapat dihindari oleh manajemen dengan memupuk dengan hati-hati dan memadukan kepentingan formal dengan kepentingan informal. Semakin banyak minat ini terintegrasi, semakin banyak produktivitas dan kepuasan diharapkan. Tetapi, bagaimanapun, harmoni yang sempurna di bidang ini tidak mungkin.

  3. Rumor
    Kelompok-kelompok informal berfungsi sebagai alat komunikasi, yang, kadang-kadang, memunculkan rumor-mongering. Meskipun, penelitian menunjukkan bahwa tiga perempat dari komunikasi itu akurat, tetapi bagian keempat yang tersisa sangat penting, itu didramatisasi dan seluruh sistem komunikasi informal dipandang dengan mata kuning.

    Desas-desus mendapatkan momentum dari kelompok yang kurang bekerja sama dan memiliki semangat kerja rendah terutama pada saat konflik ketika hubungan pekerja-manajemen berada pada titik terendahnya. Dengan demikian, rumor merupakan produk yang menarik dan ambiguitas. Orang-orang menyebarkan desas-desus jika minat mereka terpengaruh dan ketika ambiguitas ada.

  4. Konformitas
    Fungsi kontrol sosial kelompok informal memberikan tekanan kuat untuk kepatuhan. Loyalitas kepada suatu kelompok menghasilkan tekanan menuju kesesuaian. Suatu kelompok dapat menuntut kesesuaian dengan gagasan mendukung, mendorong, dan memberikan pengakuan untuk kreativitas individu atau mungkin menghargai kekakuan perilaku dengan konsekuensi yang sangat menyempit dan jauh dari kata lain.

Kelompok informal memerlukan perilaku seragam dari anggotanya dan perilaku itu dikendalikan oleh norma-norma kelompok. Kelompok yang norma-normanya diterima disebut kelompok referensi. Hadiah dan penalti yang digunakan suatu kelompok untuk membujuk orang agar mematuhi norma-normanya adalah sanksi. Norma dan sanksi informal memang mendorong kepatuhan. Mereka secara konsisten memandu pendapat dan menggunakan kekuatan untuk atau melawan organisasi serikat pekerja. Non-konformer ditekan dan dilecehkan sampai mereka menyerah atau pergi.

Dengan demikian, di satu sisi, fungsi-fungsi kelompok informal melayani anggota mereka tetapi di sisi lain, mereka menciptakan kesulitan atau masalah tertentu bagi manajemen atau organisasi formal. Manajemen harus menangani bidang kesulitan tersebut dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menghindari pertikaian antara kelompok informal dan organisasi sebelumnya.