KOMPAS.com - Sebelum kedatangan Islam, penduduk yang mendiami wilayah Arab dikenal sebagai masyarakat Arab Jahiliyah atau bangsa Jahiliyah. Jahiliyah sendiri berarti kebodohan. Kondisi masyarakat Arab sebelum Islam sangat buruk dan belum memiliki tatanan kehidupan sosial yang teratur. Terdapat kesenjangan antara kaum bangsawan dan masyarakat biasa, di mana kaum bangsawan menjadi terpandang dan memiliki otoritas yang lebih. Selain itu, pada zaman Jahiliyah, sering terjadi peperangan antarsuku di tanah Arab dan masyarakatnya banyak yang memiliki kebiasaan buruk serta perbuatan tidak baik. Baca juga: Kisah Nabi Muhammad Sebelum Diangkat Menjadi Rasul Kebiasaan buruk Arab JahiliyahKehidupan sosial era Arab Jahiliyah sangatlah buruk, di mana perbudakan menjadi hal biasa. Perbudakan dan pelacuran adalah hal yang normal, bahkan seorang anak bisa menikahi ibu tirinya. Selain itu, pertempuran antarsuku sering terjadi, kecuali pada bulan tertentu yang diharamkan untuk berperang. Dalam pertempuran, pihak yang kalah akan terhina selama hidupnya dan keterhinaan paling parah menyasar perempuan. Perempuan pada saat Arab Jahiliyah diperlakukan seperti benda mati. Pelacuran juga membuat perempuan seperti tidak ada harganya. Selain itu, orang Arab Jahiliyah dikenal memiliki banyak istri atau suka berpoligami. Seorang laki-laki bisa mengawini dua bersaudara, bahkan mengawini istri bapaknya apabila ditalak atau ditinggal mati. Baca juga: Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Madinah Kondisi sosial yang buruk ini merata di seluruh lapisan penduduk Arab era Jahiliyah. Adapun kebiasaan buruk masyarakat Arab Jahiliyah lainnya adalah sebagai berikut.
Namun, ada beberapa kelompok yang terbebas dari kehidupan sosial Arab Jahiliyah yang buruk tersebut. Mereka adalah orang yang memiliki jiwa besar dan menolak masuk ke dalam kehidupan sosial Arab Jahiliyah. Baca juga: Musailamah al-Kadzab, Nabi Palsu yang Menjiplak Al Quran Sikap baik Arab JahiliyahMeski kehidupan sosial Arab Jahiliyah sangatlah buruk, tetapi ada beberapa masyarakatnya yang memiliki sikap baik. Salah satu sikap atau budaya Arab Jahiliyah yang baik adalah dermawan dan murah hati. Bahkan mereka berlomba-lomba dan membanggakan diri dalam masalah kedermawanannya dan kemurahan hatinya. Syair-syair sastra Arab pun dipenuhi pujian dan sanjungan terhadap orang yang memiliki jiwa dermawan. Selain itu, orang-orang Arab Jahiliyah menjunjung tinggi janji yang telah dibuat. Dalam budaya Arab, janji memiliki kedudukan yang sama dengan utang yang harus dibayar. Bahkan ada orang yang membunuh anaknya sendiri dan membakar rumah orang karena meremehkan janji yang telah dibuat. Referensi:
Jakarta - Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam berada di masa jahiliah. Namun mengutip dari repository Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA), jahiliah tidak merujuk pada bodoh. "Arti dari kata jahiliah adalah kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan. Penggunaan kata ini kepada masa pra Islam menunjukkan pada era saat ketiganya sangat menonjol di masyarakat," tulis respository mengutip bukku Fajr al-Islam yang ditulis Amin Ahmad. Jahiliah juga berkaitan dengan kepercayaan sesat, peribadatan yang salah, kekuasaan yang sewenang-wenang, dan ketidakadilan hukum. Kondisi ini menimbulkan rasa takut, khawatir, dan kekacaauan yang tidak kunjung berakhir.
Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ditulis Masudul Hasan dalam History of Islam. Buku tersebut menceritakan, masyarakat Arab mengalami kemerosotan moral. Minuman keras, judi, cabul, dan seks bebas adalah hal biasa. "Kaum wanita diperlakukan seperti barang bergerak yang dapat dijual atau dibeli. Para penyair mendendangkan Anak bahkan bisa menikahi ibu tiri mereka. Yang lebih parah, anak perempuan yang baru lahir akan dicekik atau dikubur hidup-hidup. Selain itu, perbudakan adalah hal wajar dengan majikan yang berkuasa penuh hingga hidup mati. Dengan kondisi tersebut, mereka yang kaya hidup bergelimang harta sedangkan yang miskin semakin kekurangan. Jurang pemisah antara masyarakat kaya dan miskin terasa makin dalam dan jauh. Masyarakat kaya dapat mengeksploitas yang lebih miskin. Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ini berubah usai kedatangan Rasulullah SAW, yang membawa ajaran Islam dari Allah SWT. Namun Islam sejatinya tidak mengubah seluruh tatanan dan nilai yang dianut masyarakat Arab. Repository yang mengutip The Makkan Crubicle karya Zakaria Bashier menyatakan, Islam mengarahkan nilai-nilai masyarakat Arab hingga sesuai syariat. Nilai yang baik dipertahankan meski cara dan tujuan mencapainya diubah. Tentunya tradisi dan kebiasaan buruk yang tidak sesuai ajaran Islam dihapus. Misalnya membunuh anak perempuan baru lahir, seks bebas, berjudi, dan merendahkan wanita. Perubahan dilakukan meski membutuhkan pengorbanan dan waktu yang tidak sebentar. Dengan penjelasan ini, semoga kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam dan perubahannya dapat digambarkan dengan baik. Selamat membaca detikers. Lihat juga Video: Arab Saudi Buka Pintu untuk Warga Indonesia, Ini Syaratnya! [Gambas:Video 20detik] (row/erd)
Jawaban: positif: 1.hormat kepada orang tua 2.memuliakan tamu 3.rasa persaudaraan yang tinggi 4.selalu menepati janji 5.pemberani dan pekerja keras negatif: 1.tidak percaya kepada Allah 2.selalu bertengkar 3.suka berjudi 4.suka mabok mabokkan maaf kalo salah
Jawaban: Membantu orang,rukun,dan ramah
Banyak juga dari mereka yang baik, tidak berzina, tidak minum khamr, tidak menumpahkan darah, tidak berbuat zalim, tidak memakan harta anak yatim, dan bersih dari transaksi riba. Terdapat karakter positif yang menjadi modal tegaknya panji Islam. Di antaranya adalah: Pandai dan Cerdik Hati mereka bersih dan belum terkontaminasi oleh filsafat, mitos dan khurafat, tidak seperti masyarakat India, Romawi dan Persia yang hatinya telah terjangkit penyakit-penyakit tersebut. Berbeda dengan mereka, kepolosan hati benar-benar layak untuk mengemban risalah agung. Mereka adalah sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang masih terpelihara. Islam mengarahkan tabiat pandai dan cerdik mereka untuk melindungi dan membela Islam. Daya pikir dan fitrah tertanam dalam diri mereka, sehingga tidak terjerumus dalam filsafat yang kosong, perdebatan bodoh ala Romawi dan aliran ilmu kalam yang membingunkan |