Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Dia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah wajib terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi diwujudkan menjadi hal yang memotivasi.[1]

Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Abraham Maslow

Konsep hierarki kebutuhan landasan ini bermula ketika Maslow menerapkan observasi terhadap perilaku monyet.[2] Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa sebagian kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.[2] Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga.[2] Individu bisa hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu.[2] Tetapi tanpa cairan, individu hanya bisa hidup selama sebagian hari saja karena kebutuhan akan cairan lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.[2]

Kebutuhan-kebutuhan ini sering dinamakan Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan landasan yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.[1] Terdapat lima tingkat kebutuhan landasan, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa bebas sama sekali dari bahaya, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri[2] Maslow memberi hipotesis bahwa sesudah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya.[3] Jika pada tingkat paling tinggi tetapi kebutuhan landasan tidak terpuaskan, maka individu bisa kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.[3] Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut tidak diterima oleh dua daya yaitu motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation).[4] Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan mansuia karena berbagai kekurangan yang aci.[4] Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan mengembang.[4] Kapasitas tersebut merupakaan pembawaan dari setiap manusia.[4]

Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling landasan pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yaknik kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.[1][5] Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen.[5] Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling landasan dan luhur untuk semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.[1] Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari kenalan atau dihargai.[1] Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain hingga kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.[1] Di penduduk yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.[1] Mereka kebanyakan sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka bicara lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang ingin dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.[1] Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.

Kebutuhan fisiologis beda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.[1] Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang mampu terpuaskan sepenuhnya atau minimal mampu diatasi.[1] Manusia bisa merasakan cukup dalam keaktifan makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang.[1] Untuk seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan luhur, dan kesudahan membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membikinnya mual.[1] Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.[1] Sesudah manusia makan, mereka akibatnya akan diwujudkan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan cairan lagi.[1] Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.[1] Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka bisa mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa wajib mencari-carinya lagi.[1]

Kebutuhan Akan Rasa Bebas sama sekali dari bahaya

Sesudah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang dinamakan Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa bebas sama sekali dari bahaya.[5] Kebutuhan-kebutuhan akan rasa bebas sama sekali dari bahaya ini selang lain adalah rasa bebas sama sekali dari bahaya fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana dunia.[1] Kebutuhan akan rasa bebas sama sekali dari bahaya beda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak mampu terpenuhi secara total.[1] Manusia tidak pernah bisa dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak bebas sama sekali dari bahaya akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak bebas sama sekali dari bahaya.[5] Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam luhur.[5] Seseorang yang tidak bebas sama sekali dari bahaya memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berupaya keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.[5]

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa bebas sama sekali dari bahaya sudah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.[5] Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup desakan untuk bersahabat, hasrat memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.[5][1] Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik waktu menolak cinta.[1] Dia akan memiliki keyakinan luhur bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting untuk dirinya.[1] Ketika aci orang lain menolak dirinya, dia tidak akan merasa hancur.[1] Untuk Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra selang dua orang, termasuk sikap saling percaya.[5] Sering kali cinta diwujudkan menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.[5] Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta mencakup cinta yang memberi dan cinta yang menerima.[5] Kita wajib mengerti cinta, wajib mampu mengajarkannya, membikinnya dan meramalkannya.[5] Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.[5]

Kebutuhan Akan Penghargaan

Sesudah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas sama sekali untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan.[1] Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.[2] Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.[2] Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.[2] Sekali manusia bisa memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan paling tinggi yang ditemukan Maslow.[1]

Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Tingkatan terakhir dari kebutuhan landasan Maslow adalah aktualisasi diri.[2] Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan hasrat yang terus menerus untuk memenuhi potensi.[2] Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk lebih diwujudkan menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, diwujudkan menjadi apa saja menurut kemampuannya.[5] Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul sesudah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi.[1] Akan tetapi selama tahun 1960-an, dia menyadari bahwa jumlah anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga mampu mencapai aktualisasi diri.[1]

Pustaka

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z (Indonesia)Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba Humanika. hlm. 331. ISBN 978-602-8555-18-0. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Rahmat Hidayat, Deden (2011). In Zaenudin A. Naufal. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. hlm. 165–166. ISBN 978-979-450-654-7. 
  3. ^ a b (Inggris)Plotnik, Rod; Haig Kouyoumdjian (2014). Introduction to Psychology, 10th Edition. Wadsworth. hlm. 332. ISBN 978-1-133-94349-5. 
  4. ^ a b c d Hartiah Haroen, ed. (2008). Teknik Prosedural Keperwatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Landasan Klien. Salemba Humanika. hlm. 2. ISBN 978-979-3027-53-1. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n G. Goble, Frank (1987). In A. Supratiknya. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius. hlm. 71. 


Sumber :
id.wikipedia.org, diskusi.biz, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.


Page 2

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Dia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.[1]

Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Abraham Maslow

Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula saat Maslow menerapkan observasi terhadap perilaku monyet.[2] Sesuai pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.[2] Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan cenderung kepada mencoba memuaskan dahaga.[2] Individu dapat hidup tanpa kebutuhan hidup selama berminggu-minggu.[2] Tetapi tanpa cairan, individu hanya dapat hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan cairan lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.[2]

Kebutuhan-kebutuhan ini sering dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.[1] Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri[2] Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya.[3] Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.[3] Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua daya yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation).[4] Motivasi kekurangan mempunyai tujuan kepada mengatasi masalah ketegangan mansuia karena berbagai kekurangan yang aci.[4] Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia kepada tumbuh dan mengembang.[4] Kapasitas tersebut merupakaan pembawaan dari setiap manusia.[4]

Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yaknik kebutuhan kepada mempertahankan hidupnya secara fisik.[1][5] Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan kebutuhan hidup, minuman, lokasi berteduh, seks, tidur dan oksigen.[5] Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan luhur bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.[1] Manusia yang lapar akan selalu termotivasi kepada makan, bukan kepada mencari teman atau dihargai.[1] Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain hingga kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.[1] Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan kepada memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.[1] Mereka biasanya sudah memiliki cukup kebutuhan hidup, tetapi saat mereka bicara lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa kebutuhan hidup yang berhasrat dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.[1] Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur kebutuhan hidup.

Kebutuhan fisiologis beda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.[1] Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang mampu terpuaskan sepenuhnya atau minimal mampu diatasi.[1] Manusia dapat mengalami cukup dalam keaktifan makan sehingga pada titik ini, daya penggerak kepada makan akan lenyap.[1] Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan luhur, dan akhir membayangkan sebuah kebutuhan hidup lagi sudah cukup kepada menciptakannya mual.[1] Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.[1] Setelah manusia makan, mereka beres akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari kebutuhan hidup dan cairan lagi.[1] Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.[1] Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka kepada dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.[1]

Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.[5] Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana dunia.[1] Kebutuhan akan rasa aman beda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak mampu terpenuhi secara total.[1] Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman.[5] Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam luhur.[5] Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.[5]

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.[5] Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi desakan kepada bersahabat, hasrat memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan kepada dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan kepada memberi dan menerima cinta.[5][1] Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta.[1] Dia akan memiliki keyakinan luhur bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya.[1] Saat aci orang lain menolak dirinya, dia tidak akan merasa hancur.[1] Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra selang dua orang, termasuk sikap saling percaya.[5] Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.[5] Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.[5] Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.[5] Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.[5]

Kebutuhan Akan Penghargaan

Setelah kebutuhan dicintai dan dipunyai tercukupi, manusia akan lepas sama sekali kepada mengejar kebutuhan akan penghargaan.[1] Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, adalah kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.[2] Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan kepada menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.[2] Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.[2] Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan kepada dihargai, mereka sudah siap kepada memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.[1]

Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.[2] Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan hasrat yang terus menerus kepada memenuhi potensi.[2] Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat kepada semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.[5] Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan kepada aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan kepada dihargai terpenuhi.[1] Akan tetapi selama tahun 1960-an, dia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga mampu mencapai aktualisasi diri.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z (Indonesia)Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba Humanika. hlm. 331. ISBN 978-602-8555-18-0. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Rahmat Hidayat, Deden (2011). In Zaenudin A. Naufal. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. hlm. 165–166. ISBN 978-979-450-654-7. 
  3. ^ a b (Inggris)Plotnik, Rod; Haig Kouyoumdjian (2014). Introduction to Psychology, 10th Edition. Wadsworth. hlm. 332. ISBN 978-1-133-94349-5. 
  4. ^ a b c d Hartiah Haroen, ed. (2008). Teknik Prosedural Keperwatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Humanika. hlm. 2. ISBN 978-979-3027-53-1. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n G. Goble, Frank (1987). In A. Supratiknya. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius. hlm. 71. 


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.


Page 3

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Dia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.[1]

Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Abraham Maslow

Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula saat Maslow menerapkan observasi terhadap perilaku monyet.[2] Sesuai pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.[2] Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan cenderung kepada mencoba memuaskan dahaga.[2] Individu dapat hidup tanpa kebutuhan hidup selama berminggu-minggu.[2] Tetapi tanpa cairan, individu hanya dapat hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan cairan lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.[2]

Kebutuhan-kebutuhan ini sering dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.[1] Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri[2] Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya.[3] Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.[3] Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua daya yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation).[4] Motivasi kekurangan mempunyai tujuan kepada mengatasi masalah ketegangan mansuia karena berbagai kekurangan yang aci.[4] Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia kepada tumbuh dan mengembang.[4] Kapasitas tersebut merupakaan pembawaan dari setiap manusia.[4]

Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yaknik kebutuhan kepada mempertahankan hidupnya secara fisik.[1][5] Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan kebutuhan hidup, minuman, lokasi berteduh, seks, tidur dan oksigen.[5] Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan luhur bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.[1] Manusia yang lapar akan selalu termotivasi kepada makan, bukan kepada mencari teman atau dihargai.[1] Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain hingga kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.[1] Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan kepada memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.[1] Mereka biasanya sudah memiliki cukup kebutuhan hidup, tetapi saat mereka bicara lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa kebutuhan hidup yang berhasrat dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.[1] Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur kebutuhan hidup.

Kebutuhan fisiologis beda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.[1] Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang mampu terpuaskan sepenuhnya atau minimal mampu diatasi.[1] Manusia dapat mengalami cukup dalam keaktifan makan sehingga pada titik ini, daya penggerak kepada makan akan lenyap.[1] Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan luhur, dan akhir membayangkan sebuah kebutuhan hidup lagi sudah cukup kepada menciptakannya mual.[1] Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.[1] Setelah manusia makan, mereka beres akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari kebutuhan hidup dan cairan lagi.[1] Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.[1] Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka kepada dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.[1]

Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.[5] Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana dunia.[1] Kebutuhan akan rasa aman beda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak mampu terpenuhi secara total.[1] Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman.[5] Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam luhur.[5] Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.[5]

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.[5] Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi desakan kepada bersahabat, hasrat memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan kepada dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan kepada memberi dan menerima cinta.[5][1] Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta.[1] Dia akan memiliki keyakinan luhur bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya.[1] Saat aci orang lain menolak dirinya, dia tidak akan merasa hancur.[1] Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra selang dua orang, termasuk sikap saling percaya.[5] Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.[5] Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.[5] Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.[5] Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.[5]

Kebutuhan Akan Penghargaan

Setelah kebutuhan dicintai dan dipunyai tercukupi, manusia akan lepas sama sekali kepada mengejar kebutuhan akan penghargaan.[1] Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, adalah kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.[2] Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan kepada menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.[2] Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.[2] Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan kepada dihargai, mereka sudah siap kepada memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.[1]

Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.[2] Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan hasrat yang terus menerus kepada memenuhi potensi.[2] Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat kepada semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.[5] Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan kepada aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan kepada dihargai terpenuhi.[1] Akan tetapi selama tahun 1960-an, dia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga mampu mencapai aktualisasi diri.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z (Indonesia)Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba Humanika. hlm. 331. ISBN 978-602-8555-18-0. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Rahmat Hidayat, Deden (2011). In Zaenudin A. Naufal. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. hlm. 165–166. ISBN 978-979-450-654-7. 
  3. ^ a b (Inggris)Plotnik, Rod; Haig Kouyoumdjian (2014). Introduction to Psychology, 10th Edition. Wadsworth. hlm. 332. ISBN 978-1-133-94349-5. 
  4. ^ a b c d Hartiah Haroen, ed. (2008). Teknik Prosedural Keperwatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Humanika. hlm. 2. ISBN 978-979-3027-53-1. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n G. Goble, Frank (1987). In A. Supratiknya. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius. hlm. 71. 


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.


Page 4

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Dia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.[1]

Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Abraham Maslow

Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula saat Maslow menerapkan observasi terhadap perilaku monyet.[2] Sesuai pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.[2] Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan cenderung kepada mencoba memuaskan dahaga.[2] Individu dapat hidup tanpa kebutuhan hidup selama berminggu-minggu.[2] Tetapi tanpa cairan, individu hanya dapat hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan cairan lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.[2]

Kebutuhan-kebutuhan ini sering dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.[1] Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri[2] Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya.[3] Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.[3] Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua daya yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation).[4] Motivasi kekurangan mempunyai tujuan kepada mengatasi masalah ketegangan mansuia karena berbagai kekurangan yang aci.[4] Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia kepada tumbuh dan mengembang.[4] Kapasitas tersebut merupakaan pembawaan dari setiap manusia.[4]

Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yaknik kebutuhan kepada mempertahankan hidupnya secara fisik.[1][5] Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan kebutuhan hidup, minuman, lokasi berteduh, seks, tidur dan oksigen.[5] Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan luhur bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.[1] Manusia yang lapar akan selalu termotivasi kepada makan, bukan kepada mencari teman atau dihargai.[1] Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain hingga kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.[1] Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan kepada memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.[1] Mereka biasanya sudah memiliki cukup kebutuhan hidup, tetapi saat mereka bicara lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa kebutuhan hidup yang berhasrat dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.[1] Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur kebutuhan hidup.

Kebutuhan fisiologis beda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.[1] Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang mampu terpuaskan sepenuhnya atau minimal mampu diatasi.[1] Manusia dapat mengalami cukup dalam keaktifan makan sehingga pada titik ini, daya penggerak kepada makan akan lenyap.[1] Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan luhur, dan akhir membayangkan sebuah kebutuhan hidup lagi sudah cukup kepada menciptakannya mual.[1] Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.[1] Setelah manusia makan, mereka beres akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari kebutuhan hidup dan cairan lagi.[1] Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.[1] Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka kepada dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.[1]

Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.[5] Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana dunia.[1] Kebutuhan akan rasa aman beda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak mampu terpenuhi secara total.[1] Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman.[5] Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam luhur.[5] Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.[5]

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.[5] Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi desakan kepada bersahabat, hasrat memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan kepada dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan kepada memberi dan menerima cinta.[5][1] Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta.[1] Dia akan memiliki keyakinan luhur bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya.[1] Saat aci orang lain menolak dirinya, dia tidak akan merasa hancur.[1] Bagi Maslow, cinta menyangkut sebuah hubungan sehat dan penuh kasih mesra selang dua orang, termasuk sikap saling percaya.[5] Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.[5] Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.[5] Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.[5] Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.[5]

Kebutuhan Akan Penghargaan

Setelah kebutuhan dicintai dan dipunyai tercukupi, manusia akan lepas sama sekali kepada mengejar kebutuhan akan penghargaan.[1] Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, adalah kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.[2] Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan kepada menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.[2] Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.[2] Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan kepada dihargai, mereka sudah siap kepada memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.[1]

Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.[2] Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan hasrat yang terus menerus kepada memenuhi potensi.[2] Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat kepada semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.[5] Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan kepada aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan kepada dihargai terpenuhi.[1] Akan tetapi selama tahun 1960-an, dia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga mampu mencapai aktualisasi diri.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z (Indonesia)Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba Humanika. hlm. 331. ISBN 978-602-8555-18-0. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Rahmat Hidayat, Deden (2011). In Zaenudin A. Naufal. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. hlm. 165–166. ISBN 978-979-450-654-7. 
  3. ^ a b (Inggris)Plotnik, Rod; Haig Kouyoumdjian (2014). Introduction to Psychology, 10th Edition. Wadsworth. hlm. 332. ISBN 978-1-133-94349-5. 
  4. ^ a b c d Hartiah Haroen, ed. (2008). Teknik Prosedural Keperwatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Humanika. hlm. 2. ISBN 978-979-3027-53-1. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n G. Goble, Frank (1987). In A. Supratiknya. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius. hlm. 71. 


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.


Page 5

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Dia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.[1]

Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Sebutkan dan jelaskan 5 kebutuhan teori Maslow yang mempengaruhi tingkah laku manusia?

Abraham Maslow

Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula saat Maslow menerapkan observasi terhadap perilaku monyet.[2] Sesuai pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.[2] Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan cenderung kepada mencoba memuaskan dahaga.[2] Individu dapat hidup tanpa kebutuhan hidup selama berminggu-minggu.[2] Tetapi tanpa cairan, individu hanya dapat hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan cairan lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.[2]

Kebutuhan-kebutuhan ini sering dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.[1] Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri[2] Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya.[3] Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.[3] Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua daya yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation).[4] Motivasi kekurangan mempunyai tujuan kepada mengatasi masalah ketegangan mansuia karena berbagai kekurangan yang aci.[4] Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia kepada tumbuh dan mengembang.[4] Kapasitas tersebut merupakaan pembawaan dari setiap manusia.[4]

Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yaknik kebutuhan kepada mempertahankan hidupnya secara fisik.[1][5] Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan kebutuhan hidup, minuman, lokasi berteduh, seks, tidur dan oksigen.[5] Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan luhur bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.[1] Manusia yang lapar akan selalu termotivasi kepada makan, bukan kepada mencari teman atau dihargai.[1] Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain hingga kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.[1] Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan kepada memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.[1] Mereka biasanya sudah memiliki cukup kebutuhan hidup, tetapi saat mereka bicara lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa kebutuhan hidup yang berhasrat dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.[1] Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur kebutuhan hidup.

Kebutuhan fisiologis beda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.[1] Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang mampu terpuaskan sepenuhnya atau minimal mampu diatasi.[1] Manusia dapat mengalami cukup dalam keaktifan makan sehingga pada titik ini, daya penggerak kepada makan akan lenyap.[1] Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan luhur, dan akhir membayangkan sebuah kebutuhan hidup lagi sudah cukup kepada menciptakannya mual.[1] Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.[1] Setelah manusia makan, mereka beres akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari kebutuhan hidup dan cairan lagi.[1] Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul.[1] Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka kepada dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.[1]

Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang dikata Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.[5] Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana dunia.[1] Kebutuhan akan rasa aman beda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak mampu terpenuhi secara total.[1] Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman.[5] Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam luhur.[5] Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.[5]

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.[5] Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi desakan kepada bersahabat, hasrat memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan kepada dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan kepada memberi dan menerima cinta.[5][1] Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta.[1] Dia akan memiliki keyakinan luhur bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya.[1] Saat aci orang lain menolak dirinya, dia tidak akan merasa hancur.[1] Bagi Maslow, cinta menyangkut sebuah hubungan sehat dan penuh kasih mesra selang dua orang, termasuk sikap saling percaya.[5] Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.[5] Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.[5] Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.[5] Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.[5]

Kebutuhan Akan Penghargaan

Setelah kebutuhan dicintai dan dipunyai tercukupi, manusia akan lepas sama sekali kepada mengejar kebutuhan akan penghargaan.[1] Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, adalah kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.[2] Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan kepada menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.[2] Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.[2] Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan kepada dihargai, mereka sudah siap kepada memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.[1]

Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.[2] Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan hasrat yang terus menerus kepada memenuhi potensi.[2] Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat kepada semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.[5] Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan kepada aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan kepada dihargai terpenuhi.[1] Akan tetapi selama tahun 1960-an, dia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga mampu mencapai aktualisasi diri.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z (Indonesia)Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba Humanika. hlm. 331. ISBN 978-602-8555-18-0. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Rahmat Hidayat, Deden (2011). In Zaenudin A. Naufal. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. hlm. 165–166. ISBN 978-979-450-654-7. 
  3. ^ a b (Inggris)Plotnik, Rod; Haig Kouyoumdjian (2014). Introduction to Psychology, 10th Edition. Wadsworth. hlm. 332. ISBN 978-1-133-94349-5. 
  4. ^ a b c d Hartiah Haroen, ed. (2008). Teknik Prosedural Keperwatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Humanika. hlm. 2. ISBN 978-979-3027-53-1. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n G. Goble, Frank (1987). In A. Supratiknya. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius. hlm. 71. 


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.