Sabtu, 21 November 2020 | 16:30 WIB Show Konferensi Meja Bundar GridKids.id - KMB adalah singkatan dari Konferensi Meja Bundar. Mungkin sudah banyak yang enggak asing dengan singkatan ini, ya. Namun, apakah kamu sudah tahu apa itu Konferensi Meja Bundar (KMB)? KMB merupakan bagian penting dari sejarah kemerdakaan bangsa Indonesia, Kids. Makanya kita harus tahu tentang apa itu Konferensi Meja Bundar. Seperti yang kita tahu, Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Baca Juga: Mengapa Para Pemuda Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok Menjelang Proklamasi Kemerdekaan? Namun, Belanda masih berupaya untuk menguasai Indonesia. Banyak cara ditempuh bangsa Indonesia agar bisa benar-benar merdeka seutuhnya. Nah, KMB ini menjadi salah satu upaya yang dilakukan, Kids. Kita cari tahu lebih banyak tentang apa itu KMB, yuk!
Lihat Foto KOMPAS.com - Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan pertemuan yang dilakukan di Den Haag, Belanda, antara 23 Agustus hingga 2 November 1949. KMB menjadi upaya diplomasi untuk sepenuhnya membebaskan Indonesia dari Belanda. Setelah melalui pembahasan yang berlarut-larut, hasil KMB akhirnya disepakati pada 2 November 1949. Salah satu hasilnya adalah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada akhir Desember 1949. Namun ternyata, ada hasil dari KMB yang tidak dapat direalisasikan Belanda. Lantas, hasil KMB apa yang tidak bisa diwujudkan Belanda? Baca juga: Konferensi Meja Bundar: Latar Belakang, Tujuan, Hasil, dan Dampaknya Masalah Irian BaratBerikut ini hasil Konferensi Meja Bundar yang disepakati pada 2 November 1949.
Sayangnya, tidak semua hasil kesepakatan itu bisa direalisasikan oleh Belanda. Beberapa hasil KMB yang tidak dapat direalisasikan oleh Belanda sesuai dengan kesepakatan adalah masalah Irian Barat. Ketentuan mengenai Irian Barat menurut perjanjian Konferensi Meja Bundar adalah akan diadakan perundingan lagi dalam waktu satu tahun setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS.
Lihat Foto KOMPAS.com - Konferensi Meja Bundar (KMB) menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda masih berupaya menguasai Indonesia. Berbagai upaya dilakukan Indonesia agar bisa merdeka. Mulai dari perang gerilya hingga diplomasi. Konferensi Meja Bundar yang digelar di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus-2 November 1949 menjadi upaya diplomasi yang akhirnya berhasil membebaskan Indonesia dari Belanda. Latar belakang dan tujuan Konferensi Meja BundarSebelum KMB, Indonesia dan Belanda sudah beberapa kali mengupayakan kemerdekaan lewat diplomasi. Baca juga: Perjanjian Renville: Latar Belakang, Isi, dan Kerugian bagi Indonesia Ada perjanjian Linggarjati pada 1946, perjanjian Renville pada 1948, dan perjanjian Roem-Royen pada 1949. Diadakannya Konferensi Meja Bundar juga menjadi salah satu kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen. Tujuan dari diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar adalah mengakhiri perselisihan Indonesia dengan Belanda. Dikutip dari biografi Mohammad Roem: Karier Politik dan Perjuangan, 1924-1968 (2002), Konferensi Meja Bundar bertujuan menyelesaikan sengketa Indonesia dan Belanda seadil dan secepat mungkin. Indonesia ingin jalan dan cara penyerahan kedaulatan yang sungguh, penuh, dan tidak bersyarat kepada Negara Indonesia Serikat (NIS) sesuai dengan pokok-pokok persetujuan Renville. Jakarta - Konferensi Meja Bundar (KMB) berlangsung tanggal 23 Agustus - 2 November 1949 di Den Haag, Belanda. Pada 2 November 1949, sidang penutup Konferensi Meja Bundar dibuka di De Ridderzaal oleh Perdana Menteri Belanda Dr. Willem Drees. Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda. Persengketaan yang dibawa ke konferensi di antaranya yaitu masalah utang Belanda hingga masalah Irian Barat. Jika terjadi kesepakatan akan tiga hal tersebut, Belanda akan mengakui kedaulatan atas Indonesia pada Republik Indonesia Serikat, seperti dikutip dari jurnal Sejarah Pemikiran Diplomatik: Konflik Indonesia Belanda pada KMB dan Isu yang Belum Terselesaikan oleh Epa Juliarni dan Mestika Zed. Tujuan Konferensi Meja Bundar atau KMB yaitu untuk menyelesaikan persengketaan Indonesia-Belanda untuk mencapai kesepakatan antara peserta tentang cara pengakuan kedaulatan penuh dan tanpa syarat pada Republik Indonesia serikat. Persengketaan yang dibahas delegasi ke Konferensi Meja Bundar dikutip dari buku Kronik Revolusi Indonesia Jilid V oleh Pramoedya Ananta Toer yaitu:
Isi Pokok Persetujuan Konferensi Meja Bundar / KMBBeberapa isi persetujuan KMB di antaranya yaitu:
Ketua delegasi Indonesia, Perdana Menteri Mohammad Hatta menyatakan responsnya akan hasil persetujuan dalam pidato penutupan Konferensi Meja Bundar (KMB). "Kegembiraan kami sedikiit tertekan karena tidak semua soal dapat diselesaikan pada KMB ini. Irian atau New Guinea masih dalam persengketaan dan akan diusahakan penyelesaiannya dalam satu tahun sesudah penyerahan kedaulatan kepada RIS," kata Moh. Hatta, seperti dikutip dari buku Kronik Revolusi Indonesia Jilid V oleh Pramoedya Ananta Toer. J.L. Latumahina, Ketua Liga Kemerdekaan Rakyat Irian menyatakan kekecewaannya karena Irian tetap berada di bawah kekuasaan Belanda dan tidak masuk dalam Republik Indonesai Serikat. Ia menyatakan penyesalannya pada Delegasi Republik yang mengikuti Konferensi Meja Bundar karena tidak berpegang kuat pada wacana "kedaulatan harus diserahkan secara penuh dan tidak bersyarat." Pemimpin Irian tersebut mengatakan, selama setahun Irian di bawah kekuasaan Belanda, Belanda akan berusaha untuk selama-lamanya mencengkeram negeri tersebut dengan memusatkan semua kekuatan untuk menghancurkan setiap organisasi rakyat yang berjuang memperoleh kemerdekaan. Dampak KMBDampak Konferensi Meja Bundar bagi Indonesia di antaranya yaitu:
Simak Video "Gegara Omicron Belanda Lockdown Lagi" (twu/pal) |