Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB yang dipelopori oleh para golongan muda pasca mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu. Dikarenakan antara golongan muda dan golongan tua terdapat perbedaan pendapat dan cara pandang, maka para golongan muda mengamankan tokoh-tokoh seperti Bung Hatta dan Bung Karno beserta Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Poetra dibawa pemuda ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Tujuan dilakukannya peristiwa Rengasdengklok ini adalah mendesak golongan tua untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pada akhirnya, disepakatilah untuk merumuskan teks proklamasi Indonesia. Proklamasi pun akhirnya dilakukan pada Hari Jum'at Bulan Ramadhan pukul 10 Pagi 17 Agustus 1945 beralamatkan di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat

Dengan demikian, Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Muhammad Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00, dengan membawa kedua tokoh ini ke Rengasdengklok, sebuah kota kecil di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

tirto.id - Sejarah peristiwa Rengasdengklok terjadi tanggal 16 Agustus 1945 atau sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Bagaimana kronologi kejadian monumental ini dan siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat?Pada 14 Agustus 1945, Soetan Sjahrir mendengar kabar dari radio bahwa Jepang menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Sjahrir segera menemui Sukarno dan Mohammad Hatta untuk menyampaikan kabar tersebut.Saat itu, Sukarno dan Hatta baru saja pulang dari Dalat, Vietnam, usai bertemu dengan pemimpin militer tertinggi Jepang untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal Terauchi. Kepada Sukarno-Hatta, Terauchi menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.
Silang pendapat pun terjadi di antara ketiga tokoh bangsa itu. Sjahrir meminta agar kemerdekaan segera dideklarasikan. Namun, Sukarno dan Hatta yang belum yakin dengan berita kekalahan Jepang memilih menunggu kepastian sembari menanti janji kemerdekaan dari Dai Nippon.

Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok

Sukarno dan Hatta tidak ingin salah langkah dalam mengambil keputusan. Di sisi lain, para tokoh muda mendukung gagasan Sjahrir, yakni mendesak Sukarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia Kontemporer: Peristiwa Sejarah Indonesia dalam Narasi Wartop (2017) karya Puspita Pebri Setiani, Sukarno dan Hatta berpendapat bahwa:

“Kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintahan Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidak menjadi soal karena Jepang sudah kalah."

"Kini kita menghadapi serikat yang berusaha akan mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi."Maka dari itu, Sukarno-Hatta ingin membicarakan hal ini terlebih dahulu dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 16 Agustus 1945 sambil menanti kabar terbaru dari pemerintah Jepang.Namun, golongan muda tidak sepenuhnya sepakat. Mereka tetap mendesak agar kemerdekaan Indonesia diproklamirkan secepatnya.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Golongan muda mengadakan rapat pada 15 Agustus 1945 malam di Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh ini menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat Indonesia, tidak tergantung dari pihak lain, termasuk Jepang.Pada pukul 22.00 malam hari itu juga, Wikana dan Darwis menjadi utusan dari golongan muda untuk menemui Sukarno, juga Hatta. Mereka kembali menuntut agar proklamasi kemerdekaan dilakukan esok hari yakni tanggal 16 Agustus 1945. Jika tidak, bakal terjadi pergolakan.

Dinukil dari Konflik di Balik Proklamasi (2010) yang disusun St Sularto dan Dorothea Rini Yunarti, Bung Karno menolak seraya berkata tegas:

"Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai Ketua PPKI. Karena itu, saya akan tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok.”

Gagal membujuk Sukarno, golongan muda kembali mengadakan rapat. Dikutip dalam Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia (2017) karya Haryono Riandi, rapat digelar pada pukul 00.30 di Jalan Cikini 71, Jakarta.

Rapat dihadiri oleh para tokoh muda termasuk Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikrana, Armansjah, Sukarni, Jusuf Kunto, Singgih, dr. Muwardi dari Barisan Pelopor, dan lainnya. Diputuskan bahwa Sukarno dan Hatta akan diamankan ke luar kota demi menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pejuang dari golongan muda membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, dekat Karawang. Pengamanan pun berjalan lancar karena dibantu oleh Latief Hendraningrat yang merupakan prajurit PETA (Pembela Tanah Air) berpangkat Sudanco atau Komandan Kompi.Tepat pada pukul 04.30 dini hari tanggal 16 Agustus 1945, Sukarno bersama Fatmawati dan putra sulungnya, Guntur, serta Hatta dibawa ke Rengasdengklok, kemudian ditempatkan di rumah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Jiauw Ki Song. Aksi "penculikan" ini semula dimaksudkan untuk menekan Sukarno dan Hatta agar bersedia segera memproklamirkan kemerdekaan, tetapi karena wibawa dua tokoh bangsa itu, para pemuda pun merasa segan. Di Jakarta, Achmad Soebardjo yang termasuk tokoh dari golongan tua mengetahui peristiwa tersebut. Ia lantas menemui Wikana, salah satu tokoh pemuda. Pembicaraan pun dilakukan dan disepakati bahwa kemerdekaan harus segera dideklarasikan di Jakarta. Selanjutnya, Achmad Soebardjo bersama dengan Sudiro dan Jusuf Kunto menuju Rengasdengklok untuk menjemput Sukarno-Hatta dan membawa keduanya kembali ke Jakarta. Pada hari itu juga, dilakukan pembicaraan terkait rencana pelaksanaan deklarasi kemerdekaan. Malam harinya, di kediaman Laksamana Muda Maeda, seorang perwira Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia, dirumuskanlah naskah teks proklamasi.Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno-Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Indonesia pun merdeka dan bukan merupakan hadiah dari Jepang.

Sukarni dan Peristiwa Rengasdengklok

15 Agustus 1945, kabar seputar menyerahnya Jepang atas Sekutu membuat para pemuda revolusioner bergejolak. Indonesia tengah mengalami kekosongan kekuasaan, namun proklamasi tidak segera dilaksanakan. Dalam momentum ini, golongan muda, termasuk di antaranya Sukarni bersama Chaerul Saleh dan Wikana, menginginkan kemerdekaan diproklamirkan secepatnya.

Dalam rapat golongan muda pada tanggal 15 Agustus 1945 malam yang dipimpin Chaerul Saleh, menelurkan keputusan bahwa kemerdekaan merupakan “hak dan soal rakyat yang tak dapat digantungkan oleh orang lain.” Dari keputusan tersebut, mereka mendesak untuk memplokamirkan kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno-Hatta selambat-lambatnya tanggal 16 Agustus 1945.

Usulan ini ditolak golongan tua, yang beralasan segala keputusan terkait kemerdekaan hendaknya menunggu sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terlebih dahulu. Namun, golongan muda tidak menerima hal tersebut, karena mereka khawatir Sukarno terpengaruh Jepang, sehingga kemerdekaan Indonesia bisa jadi tidak diberikan.

Akhirnya, sebagaimana mengutip Benedict Anderson dalam Revoloesi Pemoeda (2018), berdasarkan keputusan rapat terakhir yang diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Cikini 71, Jakarta, para pemuda bersepakat untuk “mengamankan”Sukarno dan Hatta ke luar kota, dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.

Demikianlah, pada tanggal 16 agustus 1945 jam 04.00 WIB terjadi peristiwa penculikan Sukarno dan Hatta untuk dibawa ke luar kota menuju Rengasdengklok. Tidak jelas siapa yang memulai rencana untuk menculik Sukarno dan Hatta, tetapi pada akhirnya para pelaksananya adalah Chaerul Saleh, Wikana, dr. Muwardi, Jusuf Kunto, Singgih, dr. Sutjipto, dan tentu saja Sukarni.

Meski kemudian tetap menimbulkan beda pendapat antara golongan muda dan golongan tua, tapi Achmad Soebardjo berhasil menengahinya. Ia pun menjanjikan bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945 pagi.

Setelah situasi sudah menjadi dingin, akhirnya digelarlah rapat PPKI di kediaman Laksamana Muda Maeda, yang menghasilkan teks proklamasi. Sukarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik naskah tersebut, yang akhirnya dibacakan pada pagi harinya, pukul 10.00 WIB di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56.

Setiap tanggal 17 Agustus, kita memperingati kemerdekaan negara kita tercinta, Indonesia. Di sekolah, kudu wajib banget kita ikut upacara bendera untuk memperingati hari spesial tersebut.

Pernah nggak sih terbesit di pikiran elo, kenapa ya kita merdeka tanggal 17 Agustus 1945? Kenapa nggak nunggu akhir bulan, tanggal cantik, atau bulan lainnya?

Nyatanya, persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia itu diwarnai selisih pendapat, karena ada pihak yang ingin Indonesia merdeka secepat-cepatnya, namun ada juga yang mempertimbangkan situasi dan ingin menunggu waktu yang tepat.

Nah, ketika elo belajar Sejarah di sekolah, khususnya pada bagian persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia, pasti elo ketemu sama yang namanya peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa ini penting banget lho. Kalo seandainya peristiwa ini nggak terjadi, mungkin saja kita nggak jadi merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Bisa saja, kemerdekaan kita tertunda, atau bahkan malah nggak jadi karena adanya polemik-polemik dari negara yang ingin sekali menguasai Indonesia setelah Jepang angkat kaki.

Lantas, apa sih sebenarnya peristiwa Rengasdengklok itu? Langsung saja yuk kita bahas apa, kapan, di mana, serta bagaimana peristiwa Rengasdengklok itu.

Apa itu Peristiwa Rengasdengklok

Singkat padat jelasnya, peristiwa Rengasdengklok adalah “penculikan” Soekarno dan Hatta oleh golongan muda.

Sebenarnya, kapan dan di mana peristiwa Rengasdengklok terjadi? Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus 1945, di mana Soekarno dan Hatta diculik dari Jakarta dan dibawa ke daerah Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat,

Eh, tapi ini beda lho ya sama penculikan di film-film. Bukan berarti, Soekarno dan Hatta disekap dan disandera gitu ya. 

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang
Soekarno dan Hatta diculik golongan muda. (Arsip Zenius)

Soekarno beserta keluarganya (Fatmawati selaku istri dan Guntur selaku anak) dan Hatta, “diculik” oleh sejumlah pemuda, termasuk Chaerul Saleh, Wikana, dan Soekarni (Tempo, 2021). 

Kalo seandainya dari sisi golongan muda ditanya, mungkin mereka merasa ini bukan “penculikan”, lebih tepatnya mengamankan Soekarno dan Hatta dari tekanan Jepang. 

Lalu, apa tujuan peristiwa Rengasdengklok dan bagaimana latar belakangnya?

Tujuan dan Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok

Pada dasarnya, peristiwa Rengasdengklok dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda. 

Seperti yang sudah disebutkan pada artikel Zenius sebelumnya, golongan tua meliputi Hatta, Soekarno, Soebardjo, Moh. Yamin, dan lain sebagainya. 

Sedangkan, golongan muda meliputi Sukarni, Sayuti Melik, Wikana, Chaerul Saleh, Jusuf Kunto, dan Darwis. Untuk informasi lebih lanjut tentang golongan muda dan tua, silahkan baca artikel di bawah ini ya.

Baca Juga: Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia – Materi Sejarah Kelas 11

Singkat cerita, golongan muda berpendapat bahwa Indonesia harus memanfaatkan kekosongan kekuasaan Indonesia, yang saat itu terjadi karena Jepang kalah di Perang Dunia II.

Golongan muda, penuh dengan semangat yang membara, mendesak golongan tua, alias Soekarno dan Hatta, untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Bagaimana tanggapan Soekarno dan Hatta? Mereka nggak setuju. Tampaknya, mereka punya pertimbangan sendiri, ingin menghindari keributan dengan tentara Jepang. Jadi, mereka bermaksud mengikuti rencana awal sesuai dengan janji Jepang, sejalan dengan persiapan yang disusun oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Akhirnya, golongan muda yang sebenarnya nggak suka dengan campur tangan Jepang, memutuskan untuk “menculik” Soekarno dan Hatta dari kediaman mereka di Jakarta, dan terjadilah peristiwa Rengasdengklok.

Bisa dibilang, tujuan peristiwa Rengasdengklok ini adalah untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang. Harapannya, Soekarno dan Hatta bisa setuju untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Nah, jadi kita sudah tahu ya latar belakang dan tujuan peristiwa Rengasdengklok. Selanjutnya, kita bahas yuk bagaimana peristiwa Rengasdengklok terjadi.

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang

Download Aplikasi Zenius

Tingkatin hasil belajar lewat kumpulan video materi dan ribuan contoh soal di Zenius. Maksimaln persiapanmu sekarang juga!

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, penculikan Soekarno dan Hatta terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945.

Tentunya, sebelum dan sesudah peristiwa tersebut, terdapat beberapa hal yang terjadi. Bisa dibilang ada rentetan penyebab dan dampak dari peristiwa Rengasdengklok, yang simpelnya bisa elo lihat melalui kronologi di bawah ini.

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang
Kronologi Peristiwa Rengasdengklok. (Arsip Zenius)

Sobat Zenius, sebagai konteks, Jepang menduduki Indonesia pada masa Perang Dunia II. Elo bisa baca artikel di bawah ini untuk pembahasan lebih dalamnya ya.

Baca Juga: Proses Kedatangan Jepang ke Indonesia – Materi Sejarah Kelas 11

Seiring berjalannya Perang Dunia II, Jepang mulai berada di ujung tanduk, dan membutuhkan bantuan negara jajahan, termasuk Indonesia, untuk produksi alat perang serta sumber daya manusia (tentara).

Baca Juga: Latar Belakang Perang Dunia 2 dan Kronologinya – Materi Sejarah Kelas 11

Sebagai bentuk “balas budi”, Jepang berjanji akan “menghadiahkan” kemerdekaan terhadap Indonesia. Maka dibentuklah berbagai badan persiapan kemerdekaan Indonesia seperti BPUPKI dan PPKI.

Kemudian, pada bulan Agustus 1945, terjadi peristiwa mengerikan yang menewaskan ratusan ribu orang Jepang. Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Baca Juga: Kenapa Amerika Serikat Menjatuhkan Bom Atom di Jepang?

Sutan Syahrir (golongan muda), yang punya akses terhadap radio ilegal (nggak diizinkan Jepang), mendapatkan kabar soal insiden bom atom, serta bahwa Jepang menyerah pada 10 Agustus 1945 (Kompas, 2018).

Pada tanggal 15 Agustus 1945 (atau 14 Agustus 1945 di belahan dunia barat), Kaisar Hirohito (Jepang) secara resmi menyatakan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat. Sebenarnya, rakyat Indonesia nggak diberi tahu. Namun, Sutan Syahrir berhasil mengetahui soal pernyataan tersebut dari radio favoritnya.

Baca Juga: Peristiwa Jepang Menyerah Tanpa Syarat kepada Sekutu – Materi Sejarah Kelas 11

Mengetahui kabar tersebut, para golongan muda langsung mendesak Soekarno dan Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, dua tokoh nasional tersebut menolak, karena berbagai pertimbangan.

Soekarno dan Hatta belum mendapatkan lampu hijau dari pihak Jepang, dan ingin mengikuti prosedur serta rencana awal, untuk menghindari huru-hara dengan tentara Jepang.

Keesokannya, pada 16 Agustus 1945 dini hari, para pemuda “menculik” Soekarno dan Hatta dari Jakarta, dan membawanya ke daerah Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Berdasarkan informasi dari Historia (2020), mereka diungsikan ke sebuah rumah milik seorang petani keturunan Tionghoa, Djiaw Kie Siong, dengan tujuan untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang, serta kembali mendesak mereka untuk mempercepat proklamasi.

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang
Rumah milik Djiaw Kie Siong di Rengkasdengklok. (Arsip Wikipedia 2015)

Kemudian, masih di hari yang sama,  golongan tua sadar, lho ini dua orang penting kok hilang? Mereka sudah menduga bahwa ini ulah golongan muda. Maka, Achmad Soebardjo  akhirnya diutus ke Rengasdengklok.

Peran Achmad Soebardjo dalam peristiwa Rengasdengklok sangatlah penting. Ia bisa dibilang merupakan penengah dalam selisih pendapat golongan muda dan tua, yang berhasil meyakinkan golongan muda untuk membiarkan Soekarno dan Hatta pulang, sehingga bisa proklamasi keesokan harinya.

Akhirnya, peristiwa Rengasdengklok berakhir setelah golongan muda setuju dan membiarkan Achmad Soebardjo mengantar Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.

Benar saja, besoknya pada 17 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo menyusun teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah diketik Sayuti Melik, teks tersebut dibacakan oleh Soekarno di kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur 56.

Baca Juga: 4 Catatan Penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Nah, itulah kronologi singkat peristiwa Rengasdengklok. Wah, gue ngebayangin kalo gue di sana, gue pasti deg-degan, dan terharu banget ketika akhirnya proklamasi dibacakan.

Bayangin saja lho, dalam beberapa hari itu, rasanya suasana begitu genting, keputusan perlu dibuat dengan penuh desakan dan pertimbangan. Untunglah, pada akhirnya Indonesia bisa memproklamasikan kemerdekaan dengan lancar.

Jadi, kita bisa simpulkan, hal terpenting yang dihasilkan dalam peristiwa Rengasdengklok adalah bahwa kita rakyat Indonesia akhirnya berhasil merdeka dari penjajah pada tanggal 17 Agustus 1945. Mantap banget ya manfaat peristiwa Rengasdengklok ini.

Oke, Sobat Zenius, itulah pembahasan soal kronologi dan kesimpulan peristiwa Rengasdengklok. Sekarang, kita lanjut ke contoh-contoh soalnya ya.

Contoh Soal tentang Peristiwa Rengasdengklok dan pembahasannya

Berikut ini beberapa contoh soal tentang peristiwa Rengasdengklok serta pembahasan singkatnya. 

Di mana dan kapan peristiwa Rengasdengklok terjadi?

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945, di kediaman Djiaw Kie Song di daerah Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Bagaimana kronologi peristiwa Rengasdengklok?

Untuk menjawab pertanyaan ini secara singkat, elo bisa  merujuk pada pembahasan singkat pada infografis yang sudah gue cantumkan tadi.

Dimulai dari bom atom dan pernyataan menyerah dari Jepang, desakan golongan muda terhadap golongan tua, penculikan Soekarno dan Hatta serta pengembaliannya, penulisan naskah proklamasi, hingga pembacaan proklamasi.

Apa tujuan peristiwa Rengasdengklok?

Untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang, dan mendesak mereka untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Apa latar belakang peristiwa Rengasdengklok?

Peristiwa ini dilatar belakangi oleh selisih pendapat antara golongan muda dan golongan tua soal proklamasi kemerdekaan. Golongan muda ingin memanfaatkan kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyerah, sedangkan golongan tua ingin mengikuti rencana awal yang dijanjikan Jepang untuk menghindari keributan.

Apa hasil kesepakatan pada peristiwa Rengasdengklok?

Hasil kesepakatannya, proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sobat Zenius, jika elo punya pertanyaan atau soal lain, boleh banget elo tulis di kolom komentar ya. Nanti kita bahas bareng-bareng.

*********

Oke Sobat Zenius, itulah pembahasan singkat mengenai peristiwa Rengasdengklok. Kalo elo ingin mempelajari peristiwa Rengasdengklok dan materi Sejarah lainnya dengan lebih dalam dan asyik, coba deh tonton video persiapan UTBK Zenius dan akses soal-soalnya deh.

Peristiwa Rengasdengklok menceritakan tentang

Pastikan elo log in akun Zenius elo ya supaya bisa akses video dan soalnya. Sampai di sini dulu artikel kali ini, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Video YouTube Siap Tempur UTBK Zenius. (Arsip Zenius)

Referensi

Berkunjung ke Rumah Penculikan Sukarno-Hatta di Rengasdengklok – Historia (2020)

Kronologi Penculikan Sukarno – Hatta Ke Rengasdengklok Sebelum 17 Agustus 1945 – Tempo (2021)

Peristiwa Rengasdengklok | HISTORIA.ID – Historia.ID YouTube (2020)

Saat Sutan Syahrir Mendengar Berita soal Kekalahan Jepang dari Sekutu pada 10 Agustus 1945… – Kompas.com (2018)

Video Materi Zenius Peristiwa Rengasdengklok  – Zenius (n.d.)