Pergi ke dunia luas anakku sayang pergi ke alam bebas puisi di atas menggunakan majas

Isi puisi Surat dari Ibu- dalam sebuah puisi, pasti akan ada kandungan maknanya. Terlebih puisi adalah karya sastra yang sangat padat, jadi isi puisi harus digali agar bisa dipahami isinya. Termasuk dalam memahami puisi "Surat dari Ibu" Karya Asrul Sani yang ditulis pada 1948. Berikut ini adalah penjelasan secara rinci bait I-IV Puisi Surat dari Ibu beserta Isi kata-kata penunjuk yang terdapat dalam puisi.

Sebelum membahas  secara rinci isi puisi Surat dari Ibu ada baiknya kita baca puisi yang terdapat pada halaman 104 Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII kurikulum 2013, ada baiknya kita pahami bagian bait-bait puisi tersebut.

Dalam puisi yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia untuk SMP tersebut tidak jelas batas antara bait satu dengan bait lainnya. Maka dari itu, kita lihat dulu bait puisi Surat dari Ibu yang tepat.

Pergi ke dunia luas anakku sayang pergi ke alam bebas puisi di atas menggunakan majas


 

SURAT DARI IBU

Pergi ke dunia luas, anakku sayang

pergi ke hidup bebas !

Selama angin masih angin buritan

dan matahari pagi menyinar daun-daunan

dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang

pergi ke alam bebas !

Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan

menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar

dan elang laut pulang kesarang

angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri

dan nakhoda sudah tahu pedoman

boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang

kembali ke balik malam !

Jika kapalmu telah rapat ke tepi

Kita akan bercerita

“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

(Asrul Sani, 1948)

Puisi Surat dari Ibu di atas sudah tepat pembagian baitnya. Tinggal menjelaskan isi masing-masing bait puisi di atas.

Bait I Puisi Surat dari Ibu

Pergi ke dunia luas, anakku sayang

pergi ke hidup bebas !

Selama angin masih angin buritan

dan matahari pagi menyinar daun-daunan

dalam rimba dan padang hijau.

Penjelasan:

Bait I puisi Surat dari Ibu menggambarkan harapan seorang Ibu agar anak-anaknya bisa memiliki wawasan yang luas. Dalam puisi tersebut disampaikan pergi ke dunia luas. Maksudnya memperluas cakrawala pengetahuan. Selai masih muda, digambarkan dalam kondisi masih pagi, (selama) matahari pagi menyinar. Jadi, masih banyak waktu untuk belajar. 

Isi Kata-kata Penunjuk dalam Puisi:

dunia luas = memperluas pengalaman, wawasan, dan pengetahuan dari seluruh dunia.

selama angin masih angin buritan = masih pagi, masih ada waktu untuk pergi.

Bait II Puisi Surat dari Ibu

Pergi ke laut lepas, anakku sayang

pergi ke alam bebas !

Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan

menutup pintu waktu lampau.

Penjelasan:

Bait kedua puisi Surat dari Ibu di atas menggambarkan harapan seorang ibu pada anaknya yang sudah beranjak dewasa. Terdapat kata selama hari belum petang maksudnya, sudah siang, tapi belum sore. Sudah dewasa tapi belum tua. Masih banyak waktu untuk pergi ke alam bebas. Maksudnya melakukan banyak hal, berusaha untuk mengejar dan mewujudkan cita-cita. 

Isi kata-kata Penunjuk dalam Puisi:

Selama hari belum petang = selama masih ada waktu sebelum tua.

Bait III Puisi Surat dari Ibu

Jika bayang telah pudar

dan elang laut pulang kesarang

angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri

dan nakhoda sudah tahu pedoman

boleh engkau datang padaku !

Penjelasan:

Jika sudah pada saatnya pandangan sudah mulai kabur jika bayang telah pudar, itulah tandanya harus segera menentukan arah pulang. Untuk pulang, tentu semua anak, sebagai nahkoda akan dirinya sendiri yang telah berpetualang menuntut ilmu dan mengejar cita-cita, sudah tahu pedoman. Seorang ibu akan selalu membuka pintu boleh engkau datang padaku. 

Isi kata-kata penunjuk dalam Puisi:

angin bertiup ke benua = maksudnya arah angin membawa kembali ke daratan, tidak lagi ke lautan.

dan nahkoda sudah tahu pedoman = maksudnya semua orang yang pergi, tahu ke mana harus pulang.

Bait IV Puisi Surat dari Ibu

Kembali pulang, anakku sayang

kembali ke balik malam !

Jika kapalmu telah rapat ke tepi

Kita akan bercerita

“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

Penjelasan:

Jika pada bait keempat, kata yang digunakan adalah boleh engkau datang padaku pada dasarnya dipersilakan. Boleh pulang, mau lanjut, juga tak apa. Karena sudah petang. Tapi, pada bait keempat, karena sudah kembali ke balik malam, berarti sudah pulang. Ibu akan memanggil anaknya kembali pulang, anakku sayang. Di sini sudah perintah. Untuk segera menepi, untuk kembali diceritakan kisah tentang (ibu yang) cinta (padamu) dan terlebih pada hidupmu. Cerita itu tak akan pernah habis, saking banyaknya meskipun diceritakan sejak malam hingga pagi hari.

Arti kata penunjuk dalam puisi:

jika kapalmu telah rapat ke tepi = maksudnya sudah sampai pada tujuan, sudah tidak lagi berlayar. 

Dalam memahami teks puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani (Bukan Arsul, dulu pertama kali baca nama Penyair Besar di zamannya ini, saya sempat mengira namanya Arsul), dilihat dari judulnya sudah menggambarkan adanya 'jarak fisik'. 

Judul Surat dari Ibu menandakan si Ibu tidak sedang berkumpul dengan anak kesayangannya. Penggunaan kata 'surat' menandakan bahwa sang anak sedang berada jauh. Ketika hendak memberi tahu, ibu harus menulisnya dalam bentuk surat. 

Jadi secara keseluruhan, isi puisi tersebut menunjukkan bahwa ibu sedang rindu pada anak kesayangannya. Memberitahunya  melalui surat, agar anak ke tepi untuk menemui ibunya.

Puisi tersebut, ditulis pada tahun 1948. Surat adalah media komunikasi jarak jauh yang bisa digunakan. Seandainya puisi tersebut ditulis hari ini, mungkin bisa berjudul "email dari ibu". Atau yang lebih jamak, "pesan dari ibu". Siapa tahu sang ibu menulisnya melalui chat. Untuk lebih puitis, mungkin juga judul Surat dari Ibu bisa menjadi Pesan Suara dari Ibu. 

Apapun itu, Puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani ini menandakan betapa cintanya seorang ibu kepada anaknya. Meskipun sedang berada di tempat yang jauh, ibu selalu mengingatkan, membimbing, dan memberitahu. Meskipun itu harus melalui surat.

Demikian penjelasan tentang isi puisi Surat dari Ibu karya penyair Asrul Sani. .Semoga menginspirasi bahwa Cinta Ibu tak pernah bertepi. 

SURAT DARI IBU Pergi ke dunia anak-anaku sayang pergi ke hidup bebas! Sesama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita "Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
UNSUR INSTRINSIK
Tema merupakan gagasan utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang ingin diungkapkan oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh. Setelah pemuda memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari". Perasaan merupakan kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga mrujuk kepada isi hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi. Perasaan yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ketegasan. Perasaan ketegasan terlihat pada bait ke-2, yaitu masa muda di saat tenaga masih kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan

menutup pintu waktu lampau.

Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca, sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut kepada para pembaca. Jika membaca puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat mengucap larik-lariknya. Penulis merasakan nada sungguh-sungguh dan serius. Selain itu juga ada larik yang jika dibacakan sangat sesuai dengan nada haru, yaitu pada baris ke-20 yang berbunyi “Kita akan bercerita”, yaitu menggambarkan sang ibu dan sang anak saling menceritakan pengalamannya dan melepas kerinduan. Suasana dalam puisi ini juga menggambarkan suasana serius, yaitu pada baris ke-15 dan ke-16, yaitu “dan nahkoda sudah tau pedoman” dan “boleh engkau datang padaku!”. Keseriusan tersebut mengandung arti seorang ibu menyuruh anaknya pergi untuk mencapai segala cita-cita kemudian setelah cita-cita tercapai dan hidupnya telah sukses, maka si Ibu menyuruh anaknya kembali pulang.
Amanat merupakan suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sebuah puisi. Dengan kata lain, amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ini merupakan harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa (ilmu, harta benda dll) sampai berhasil menjadi orang ( pintar, cerdas, sukses, kaya dll) sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya. Melalui puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa:
  1. Kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.
  2. Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang). Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya.
UNSUR EKSTRINSIK
Asrul Sani lahir di Rao, suatu daerah di sebelah utara Sumatera Barat, pada tanggal 10 Juni 1926 dan meninggal di Jakarta, pada tahun 2004 Asrul Sani berasal dari keluarga yang terpandang. Ayahnya adalah seorang raja yang bergelar “Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Sakti RaoMapat”. Meski membenci Belanda, ayahnya sangat menggemari musik klasik (aliran musik bergengsi dari Eropa yang tidak biasa didengar oleh penduduk pribumi pada saat itu, apalagi di daerah terbelakang seperti Rao). Oleh karena itu, Asrul patut berbangga hati karena sebelum bersekolah, ia sudah mendengar karya-karya terkenal dari Schubert. Ibunya adalah seorang wanita yang sederhana, namun sangat memperhatikan pendidikannya. Sejak kecil ia dimanjakan oleh ibunya dengan buku-buku cerita ternama. Ibunya selalu membacakan buku-buku tersebut untuknya. Oleh karena itu, sekali lagi, ia patut berbangga hati karena sebelum pandai membaca, ia sudah mendengar cerita Surat Kepada Raja karya Tagore. Inilah gambaran Asrul muda di mata Pramoedya Ananta Toer: Seorang pemuda langsing, gagah, ganteng, berhidung mancung bersikap aristokrat tulen…Tinggalnya di jalan Gondangdia Lama. Mendengar nama jalan ini saja, kami pribumi kampung yang lain, mau tak mau terpaksa angkat pandang menatap wajahnya. Di Gondangdia Lama hanya ada gedung-gedung besar, megah, dan mewah. Akan tetapi, kami pun punya kebanggaan “penerbitan kami”. Begitulah, pada suatu kali kami undang dia datang menghadiri diskusi sastra. “Penerbitan” kebanggaan kami, kami perlihatkan kepadanya. Dia baca pendapat redaksi tentang sajak-sajak peserta. Tentunya, kami ingin tahu pendapatnya, dan sudah tentu juga perhatiannya. Ternyata pendapat dan perhatiannya tepat sebaliknya daripada yang kami harapkan. Aku masih ingat kata-katanya: “Tahu apa orang-orang ini tentang sajak?” Dan, kami pun sadar, sesungguhnya kami tidak tahu. Tapi itu tidaklah begitu mengejutkan dibanding dengan kata-katanya yang lain: “Tahu apa orang-orang ini tentang Keats dan Shelley! Bukan hanya kami yang baru dengar kata-kata aneh itu, juga Victor Hugo-nya Sanjaya menjadi gagu kehilangan lidah! Pemuda berpeci merah tebal itu adalah asrul Sani . Dan “penerbitan” kamipun mati kehabisan darah kebakaran semangant. Asrul memulai pendidikan formalnya di Holland Inlandsche School(HIS), Bukittinggi, pada tahun 1936. Lalu, ia masuk ke SMP Taman Siswa, Jakarta (1942), Sekolah Kedokteran Hewan, Bogor (194.). Ia menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1955. Jadi, ia adalah seorang dokter hewan. Akan tetapi, gelar bergengsi itu tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari dunia seni (sastra, teater, dan film). Bahkan, di sela-sela kuliahnya, ia masih sempat belajar drama di akademi seni drama di Amsterdam (bea siswa dari Lembaga Kebudayaan Indonesia-Belanda, 1952). Asrul Sani bisa memuji secara habis, selamanya disediakan tempat yang lebih tinggi bagi dirinya. (M. Balfas dalamHutagalung)g Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan ’45. Kariernya sebagai Sastrawan mulai menanjak ketika bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir. Kumpulan puisi itu sangat banyak mendapat tanggapan, terutama judulnya yang mendatangkan beberapa tafsir. Setelah itu, mereka juga menggebrak dunia sastra dengan memproklamirkan “Surat Kepercayaan Gelanggang” sebagai manifestasi sikap budaya mereka. Gebrakan itu benar-benar mempopulerkan mereka. Sebagai sastrawan, Asrul Sani tidak hanya dikenal sebagai penulis puisi, tetapi juga penulis cerpen, dan drama. Cerpennya yang berjudul “Sahabat Saya Cordiaz” dimasukkan oleh Teeuw ke dalam “Moderne Indonesische Verhalen” dan dramanya ,Mahkamah, mendapat pujian dari para kritikus. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai penulis esai, bahkan penulis esai terbaik tahun ’50-an. Salah satu karya esainya yang terkenal adalah “Surat atas Kertas Merah Jambu” (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda). Sejak tahun 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film. Ia mementaskan “Pintu Tertutup” karya Jean-Paul Sartre, “Burung Camar” karya Anton P. Chekov, dll. Ia menulis skenario film “Lewat Jam Malam (mendapat penghargaan dari FFI, 1955), “Apa yang Kau Cari Palupi?” (mendapat Golden Harvest pada Festival Film Asia, 1971), “Kemelut Hidup” (mendapat Piala Citra 1979),dll. Ia juga menyutradarai film “Salah Asuhan” (1972), “Jembatan Merah” (1973), Bulan di atas Kuburan (1973), dll. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan Asrul Sani semasa hidupnya dan berbagai bidang pula. Ia pernah menjadi Laskar Rakyat (pada masa proklamasi), redaktur majalah (Pujangga Baru, Gema Suasana, Siasat, dan Zenith). Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1977—1987), Ketua Lembaga Seniman Kebudayaan Muslim (Lesbumi), Anggota Badan Sensor Film, Pengurus Pusat Nahdatul Ulama, Anggota DPR-MPR (1966—1983), dll. Dalam perjalanan hidupnya, Asrul pernah menikah dua kali. Yang pertama, ia menikahi Siti Nuraini, temannya sesama wartawan, pada tanggal 29 Maret 1951, di Bogor (dan bercerai pada tahun 1961). Yang kedua, ia menikahi Mutiara Sarumpaet, 22 tahu lebih muda darinya, pada tanggal 29 desember 1972. Dari pernikahannya yang pertama, Asrul dikaruniai tiga anak perempuan dan dari pernikahannya yang kedua Asrul dikaruniai tiga anak laki-laki Pada masa akhir hidupnya, istrinya, Mutiara Sarumpaet, tetap setia mendampinginya. Asrul yang mulai renta dan sudah harus duduk di kursi roda tidak menghalangi keduanya untuk tampil di depan umum dengan mesra. Ketika menghadiri acara pelantikan Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, Ph.D. (adik kandung Mutiara) menjadi guru besar di Universitas Indonesia (3 September 2003), Mutiara dengan mesra menyuapi Asrul di atas kursi rodanya. Makanan dan minuman yang sesekali meluncur dari bibir dan mengotori dagunya, dilap oleh Mutiara dengan lembut. Karya-Karya Asrul Sani I. Karya Asli       a) puisi       b) cerita pendek       c) drama       d) esai II. Karya Terjemahan       a) puisi       b) cerita pendek       c) novel (masih berupa naskah) d) drama (sebagian besar masih berupa naskah)

MAKNA PUISI

Analisis kebahasaan dan makna Puisi Surat dari Ibu, karya  Asrul Sani



Pergi ke laut lepas, anakku sayang

mencari pengalaman dan menambah wawasan

laut lepas = kata simbol (=dunia / masyarakat / ilmu pengetahuan / kehidupan)

Alam bebas = kt. Simbol (=membebaskan pikiran; menambah wawasan agar pergaulan dan pengetahuannya luas)

Selama sang anak belum menadi tua

Petang = kiasan; simbol (=tua)

dan warna senja belum kemerah-merahan

Dan pemikirannya belum penuh dengan beban pemikiran tentang hidup

Senja belum kemerah-merahan = suasana suram / pekat;menggambarkan pikiran orang tua yang penuh dengan permasalahan hidup

menutup pintu waktu lampau

Kita tak mungkin kembali ke masa lalu

· baris 4-5 mengandung majaspersonifikasi; karena hari diandaikan berlaku seperti manusia (menutup pintu)

· baris 3-5 mengandung citraan / imaji visual




Jika pengalaman yang didapat telah banyak ; digambarkan dengan kata-kata konkret pada baris 1-2 yang menggambarkan hari sudah senja. (Jika bayang telah pudar berarti hari sudah mulai senja / dan elang laut pulang ke sarang juga pada waktu senja). Artinya, pengalaman dan pengetahuan yang didapat sang anak sudah banyak / sudah mencukupi.

dan elang laut pulang ke sarang


Angin bertiup ke benua / daratan saatnya para nelayan kembali pulang ke darat; artinya saatnya sang anak kembali pulang.

Tiang-tiang akan kering sendiri

Tiang-tiang akan kering sendiri artinya kedewasaan dan jiwa sang anak sudah kokoh oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh

dan nakhoda sudah tahu pedoman

Nakhoda simbol seorang pemimpin yang memimpin kapalnya.

Kapal simbol kehidupan / perjalanan hidup seseorang

Jadi, nakhoda sudah tahu pedoman = pemimpin yang sudah tahu tujuan hidupnya. Sang anak diharapkan sudah tahu tujuan hidupnya

boleh engkau datang padaku!

Maka sang anak boleh menceritakan seluruh pengalaman dan kesuksesannya kepada sang ibu.




Kembali pulang, anakku sayang

Sang ibu meminta anaknya pulang

Kembali untuk menenangkan diri dan beristirahat / berkumpul dengan keluarga

Malam menggambarkan keadaan; saatnya seluruh anggota keluarga berkumpul dan beristirahat bersama

Jika kapalmu telah rapat ke tepi

Jika perjalanan hidup; tujuan hidup sang anak telah tercapai

Digambarkan dengan kapal telah merapat ke tepi (biasanya kapal akan sandar / merapat ke tepi / pelabuhan jika telah sampai tujuan)

Kita (=sang ibu dan sang anak) saling menceritakan pengalamannya; melepas kerinduan

“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”

Menceritakan hal-hal yang baik (tentang kesuksesan sang anak dan bukan tentang keluhan atau kegagalan yang menyebabkan sang ibu bersedih) digambarkan dengan menceritakan tentang cinta; dan menceritakan rencana hidup sang anak di masa depan.