Perang baratayuda kang suwene wolulas dina mapan ing

Perang batarayudha adalah perang yang terjadi di astinapura ,Perseteruan antara Pandawa dan Kurawa semakin meruncing dan akhirnya terjadilah sebuah pertempuran yang maha hebat: Perang Baratayudha! Namun, sebelum perang terjadi, ruh Krishna, Raja Dwarawati, mengembara ke alam para dewa untuk melihat isi Kitab Jitabsara. Kitab itu berisi nama-nama kesatria dari kubu Pandawa dan Kurawa yang akan gugur di medan laga. Dengan kitab itu, Krishna dapat mengatur siasat jalannya perang. Krishna pun berusaha membatalkan perang dengan mengajak berunding Duryudana, namun ditolak. Baratayudha pun tak terelakkan. Di hari pertama, kubu Pandawa mengalami kekalahan dengan gugurnya tiga kesatria pilihan, sedangkan kubu Kurawa hanya kehilangan seorang saja. Namun, di hari-hari berikutnya  Pandawa menuai kemenangan. Bagi Pandawa, perang yang terjadi di Padang Kurusetra itu adalah sebagai jalan untuk membuktikan kebenaran bukan mencari kemenangan.     Lantas, bagaimanakah kisah detailnya? Benarkah perang hebat tersebut akan membunuh semua yang terlibat kecuali beberapa gelintir yang ditakdirkan tetap hidup? Siapa sajakah mereka? Dan, bagaimanakah kisah seusai perang mengerikan tersebut?    Sungguh, inilah novel cerdas yang kaya akan pelajaran hidup dengan mengusung nilai-nilai kebajikan universal.Tumpahnya Air Mata dan Darah Para Ksatria SejatiPadang Kurusetra. Tifa diketuk. Genderang ditabuh. Sangkakala ditiup. Panji-panji dikibarkan. Hiruk-pikuk ribuan prajurit dari Kurawa dan Pandawa bertemu                                                                                                                                                                                                                                                                                                             Dentang senjata tajam beradu. Jeritan dan teriakan tumpang tindih, silih berganti…

Wacan kanggo soal nomer 1-5. Perang Baratayuda Prabu Abiyasa kang nata ing negara Astina kagungan putra kakung telu. Sing pembarep Dhestharasta, sing penghulu Pandhu, sing wuragil Yamawidura. Prabu Pandhu dhaup kaliyan Dewi Kunthi, peputra kakung telu: Puntadewa, Bima, lan Arjuna. Dene karo Dewi Madrim peputra kakung kembar Nakula lan Sadewa. Amarga putrane lima kakung kabeh mula diarani Pandhawa Lima. Dene Raden Destarastra dhaup kaliyan Dewi Gendari kagungan putra satus diarani sata kurawa. Tegese kurawa cacah satus, kakung 99 lan putri siji aran Dewi Dursilawati. Pambarepe aran Raden Jaka Pitana utawa Suyudana. Nomer loro Raden Pursasana, Raden Kartamarma, Raden Durmagati, lan sakpanunggalane. Bareng prabu Abiyasa wis sepuh, negara Astina dipasrahke marang putrane. Amarga Dhestarastra wuta, negara Astina banjur diparingake Raden Pandhu. Raden Pandhu jumeneng nata ing Astina ajejuluk Prabu Pandhu Dewanata. Prabu Pandhu jumeneng nata ora suwe jalaran isih timur uwis seda. Wektu iku putrane isih cilik-cilik. Mula negara Astina dititipke marang Dhestharasta. Nalika Raden Jaka Pitana ngancik dewasa, Dhestharasta masrahke negara Astina marang Raden Jaka Pitana. Suwening suwe paribasane uwis "ngemut legine gula", Prabu Jaka Pitana banjur lali menawa Astina iku hake Pandhawa. Nalika para Pandhawa uwis dewasa, arep njaluk bali negara Astina. Prabu Jaka Pitana lan para kurawa ngukuhi ora oleh. Wusana tansah udur, pepadon nganti akire dadi perang gedhe sing diarani Perang Baratayuda, tegese perang antarane turunane Prabu Barata. Perang Baratayuda mapan ing Tegal Kurusetra, suwene wolulas dina. Para Pandhawa bisa menang perang. Negara Astina kasil bali ing Pandhawa. Sabanjure sing jumeneng nata ing negara Astina, yaiku Prabu Parikesit putrane Raden Abimanyu. 1. Putrane Prabu Abiyasa, yaiku .... 2. Apa sebabe Astina dititipke Prabu Destharastra nalika Prabu Pandu seda? Wangsulan: 3.Suwening suwe paribasane uwis "ngemut legine gula", Prabu Jaka Pitana banjur la menawa Astina iku hake Pandhawa. Tegese paribasan kasebut, yaiku ....4.kepiye yen ta prabu Jaka pitana gelem menehke negara Astina marang Pandhawa?

5.Sapa sing menang lan kalah ing perang Baratayuda?​

Perang keluarga Bharata atau Baratayudha adalah puncak dari perseteruan yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa. Semua ini bermula karena pihak Kurawa yang berambisi untuk menguasai Astinapura secara penuh kemudian melakukan segala cara untuk menyingkirkan Pandawa yang sebenarnya merupakan saudara mereka. Semua usaha tersebut sebenarnya menemui kegagalan hingga hari terjadinya perang Baratayudha di padang Kurusetra yang berlangsung selama 18 hari. Perang ini adalah puncak dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah dongeng pewayangan terkenal dari India.

Sejarah perang Baratayudha ada dua versi, yaitu berasal dari judul sebuah naskah kakawin yang berbahasa Jawa Kuno. Ditulis oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabaya, Raja Kediri pada 1157, merupakan simbol dari perang saudara yang terjadi antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang keduanya masih merupakan keturunan Raja Erlangga. Perang saudara yang terjadi antara kedua kerajaan itu ditulis dalam kitab dan digambarkan seperti di kisah Mahabharata yang merupakan karya Vyasa. Versi lainnya yang akan dibahas disini berasal dari kisah Mahabharata dari India. Ketahuilah mengenai sejarah Kerajaan Kediri, sejarah Candi Dieng yang merupakan salah satu dari candi Hindu di Indonesia.

Penyebab Perang Baratayudha

Pandu yang merupakan ayah dari para Kurawa pada suatu hari membawa pulang tiga orang putri yang berasal dari tiga negara berbeda, bernama Kunti, Gendari dan Madri. Salah satu dari ketiga putri tersebut kemudian diberikan sebagai persembahan kepara Dretarastra, kakak Pandu yang buta. Putri yang terpilih adalah Gendari, karena Dretarastra yang buta memilih dengan cara mengangkat satu persatu ketiga putri tersebut, dan Gendarilah yang bobotnya paling berat. Dengan demikian ia mengasumsikan Gendari akan memiliki banyak anak sesuai keinginannya sehingga Gendari sakit hati dan bersumpah bahwa keturunannya akan menjadi musuh bebuyutan dari anak – anak Pandu. Sejak itu Gendari dan adiknya Sengkuni selalu mendidik anak – anaknya yang jumlahnya seratus orang untuk selalu bermusuhan dengan anak – anak dari Pandu.

Kedua putri yang lain yaitu Kunti dan Madri kemudian dinikahi oleh Pandu. Namun, Pandu mendapatkan kutukan dari sepasang resi yang dipanahnya ketika sedang berwujud rusa sehingga tidak dapat berhubungan dengan istri – istrinya. Pandu yang hidup seperti pertapa meyakini jika ia tidak memiliki anak laki – laki maka ia akan masuk neraka. Kunti kemudian menceritakan anugerah yang didapatnya dari seorang resi bernama Durvasa di kerajaan ayahnya, yaitu mantra untuk memanggil para Dewa untuk bisa mendapatkan karunia berupa seorang putra dari para dewa tersebut. Kunti kemudian memanggil Dewa Dharma, dan lahirlah Yudhistira.Kemudian Dewa Vayu dan lahirlah Bhimasena, setelahnya Indradewa lalu lahir Arjuna. Mantra tersebut tidak akan manjur lagi apabila digunakan lebih dari tiga kali, maka Kunti mengajari Madri untuk melafalkannya demi mendapatkan anak lagi. Madri memanggil Sang Kembar, yang merupakan tabib para Dewata. Kemudian Nakula dan Sadewa pun lahir.

Setelah Pandu meninggal, anak – anak Pandawa selalu menjadi sasaran dari kejahatan Kurawa. Yudhistira adalah putra Dinasti Kuru yang tertua, dan ia berhak menjadi Raja sejak kerajaan Amarta telah diserahkan oleh Dretarastra kepada adiknya karena ia buta. Dretarastra hanya menggantikan Pandu sebagai kepala pemerintahan sementara hingga Yudistira dewasa, namun anak – anak Kurawa berpendapat lain karena sumpah ibunya tersebut. Duryudana berambisi untuk menjadi raja dan menguasai takhta Dinasti Kuru, kemudian mengusahakan segala cara termasuk mencoba membunuh Yushistira bersama saudara – saudaranya namun selalu gagal karena mereka dilindungi oleh Widura dan Kresna.

Pemicu perang Baratayudha terjadi ketika Pandawa kalah dalam permainan dadu dengan Kurawa, yang mengakibatkan Kerajaan Amarta diambil alih Kurawa dan Pandawa menjalani hukuman dengan diasingkan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, dan setahun penyamaran sebagai rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Setelah masa hukuman berakhir, Kurawa tetap tidak mau menyerahkan kembali wilayah Amarta walaupun Pandawa hanya menuntut bagiannya sebanyak lima wilayah desa. Ketahuilah juga mengenai beberapa candi peninggalan agama Hindu di Indonesia, antara lain sejarah candi arjuna, sejarah candi jago, dan sejarah candi jiwa.

Berlangsungnya Perang Baratayudha

Sejarah perang Baratayudha berlangsung di Padang Kurusetra, yang dianggap sebagai tempat suci bagi penganut agama Hindu. Arti dari Kurusetra sendiri adalah ‘daratan Kuru’ yang disebut dengan nama lain Dharmakshetra atau ‘daratan keadilan’. Konon karena kesuciannya maka dosa – dosa apapun yang dilakukan di padang ini pasti akan terampuni. Pertempuran yang berlangsung selama 18 hari ini dimulai saat matahari terbit dan harus segera diakhiri saat matahari terbenam. Pertempuran tersebut adalah peperangan sampai mati, maka ksatria yang berhasil mempertahankan nyawanya adalah pemenang. Aturan perang Baratayudha yang disebut sebagai Dharmayuddha ditetapkan kedua belah pihak adalah:

  • Pertempuran dimulai saat matahari terbit dan berhenti saat matahari terbenam.
  • Pertempuran harus dilakukan satu lawan satu, tidak boleh mengeroyok prajurit yang sendirian.
  • Dua ksatria diizinkan bertempur secara pribadi jika memiliki senjata atau kendaraan yang sama, misal kuda, gajah atau kereta.
  • Prajurit yang menyerahkan diri tidak boleh dibunuh,
  • Prajurit yang menyerahkan diri harus menjadi tawanan perang atau budak
  • Tidak boleh melukai atau membunuh ksatria yang tidak bersenjata.
  • Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang sedang tidak sadar.
  • Tidak boleh melukai atau membunuh orang yang tidak ikut dalam peperangan atau binatang.
  • Tidak boleh melukai dari belakang atau membunuh
  • Tidak diizinkan menyerang wanita.
  • Ada peraturan khusus untuk setiap jenis senjata, misal dilarang memukul bagian pinggang ke bawah ketika sedang menggunakan gada.
  • Tidak berperang dengan curang.

Aturan dalam sejarah perang Baratayudha ini sayangnya walaupun telah disepakati, tetap saja dilanggar oleh kedua belah pihak. Awal sejarah perang Baratayudha adalah dengan pengangkatan pimpinan perang dari kedua pihak. Drestadyumna adalah panglima perang Pandawa, dan mereka mendapatkan sekutu dari seluruh kerajaan di India Utara. Sedangkan Bhisma didaulat sebagai panglima perang Kurawa. Bisma setuju dengan harapan bahwa ia dapat turut melindungi para Pandawa dengan cara tersebut. Pandawa yang memiliki jumlah pasukan lebih kecil membentuk Formasi Bajra yang memungkinkan pasukan kecil menyerang pasukan yang lebih besar. Sedangkan Kurawa memiliki sebelas divisi.

Akhir Perang Bharatayudha

Kemenangan dan kekalahan silih berganti dialami oleh Pandawa dan Kurawa selama hari – hari pertempuran Baratayudha tersebut sampai pada hari kesepuluh ketika Pandawa menyusun strategi baru untuk mengalahkan Bisma. Srikandi ditempatkan di kereta Arjuna, dan Arjuna akan menyerang Bisma dari belakangnya. Srikandi adalah seorang wanita yang berubah menjadi pria, karena itu ia digunakan sebagai tameng karena Bisma akan merasa segan untuk menyerangnya. Selain itu Srikandi juga merupakan reinkarnasi Dewi Amba, wanita yang meninggal karena disakiti oleh Bisma dan telah bersumpah akan terlahir kembali sebagai pembunuh Bisma.

Ketika melihat Srikandi, Bisma menyadari bahwa akhirnya sudah dekat dan tidak memberikan perlawanan berarti. Arjuna memanfaatkan hal itu dengan meluncurkan anak – anak panah yang menembus zirah Bisma hingga ke dagingnya. Bisma mampu bertahan hidup dengan ratusan panah yang menancap ke tubuhnya karena ia diberi anugerah untuk menentukan waktu kematiannya sendiri sehingga ia masih sempat memberi wejangan ke para cucunya yang berperang hingga menyaksikan kekalahan Kurawa.

Hampir semua prajurit dari kedua belah pihak tewas, dari pihak Pandawa hanya ada tujuh senopati yang bertahan hidup diantaranya kelima Pandawa, Yuyutsu, dan Satyaki. Sedangkan dari pihak Kurawa, hanya tersisa tiga senopati yang hidup yaitu Aswatama, Krepa, dan Kertawarma. Yudhistira pada akhirnya dinobatkan sebagai Raja Hastinapura dan setelah beberapa lama menyerahkan tahta kepada Parikesit, cucu Arjuna. Ia bersama para Pandawa dan Drupadi  melakukan perjalanan spiritual dan mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir dari perjalanan mereka. Drupadi dan keempat Pandawa lainnya meninggal dalam perjalanan tersebut hingga tersisa Yudhistira yang berhasil mencapai puncak, kemudian dianugerahkan masuk surga oleh Dewa Dharma.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?