Peran dari sayuti melik dalam masa persiapan kemerdekaan indonesia adalah

Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia yang telah dikumandangkan oleh Presiden Republik Indonesia yang pertama yaitu Ir Soekarno. Proklamasi dilaksanakan pada 17 Agustus 1945.banyak sekali tokoh,pejuang, pahlawan yang ikut berkontribusi dalam terselenggaranya proklamasi kemerdekaan Indonesia. setelah banyak sekali halangan yang menghambat proses proklamasi yang ingin cepat diadakan agar engara Indonesia dpat dikatakanmerdeka dan bebas dari penjajahan bangsa-bangsa lain, Akhirnya telah terlaksana di 17 Agustus 1945.

Sebelum proklamasi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, teks proklamasi terlebih dahulu diedit oleh Soekarno, Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardio. Setelah disusun, naskah tersebut masuk untuk dibaca oleh masyarakat Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia  diketik oleh jurnalis aktif politik Sayuthi Melik. Naskah proklamasi kemerdekaan dari Soekarno diketik oleh Sayuti Melik, dengan alasan agar tidak menimbulkan persepsi yang salah tentang teks proklamasi.

Mengingat seberapa besar pengorbanan para tokoh untuk negeri ini, ada banyak  pahlawan yang bisa kamu jadikan inspirasi. Salah satu selebriti tokoh yang bisa menginspirasi kita adalah juru ketik Pak Sayuti Melik. Berkat ketikan beliau, kita bisa membaca proklamasi dan negara kita bisa merdeka. Namun ternyata bukan hanya itu  peran dan jasa yang ia miliki untuk negara ini. Lalu apa  yang dia perjuangkan untuk bangsa Indonesia? Untuk lebih memahami karakter Anda, kami sarankan Anda merujuk langsung ke biografi Sayuti Melik di bawah ini.

Sayuti Melik adalah seorang pemuda inspiratif kelahiran 22 November 1908 di Sleman dengan nama Muhammad Ibn Sayuti. Ayahnya bernama Partoprawito, kepala desa Sleman, dan ibunya bernama Sumilah. Istrinya adalah aktivis perempuan dan jurnalis Soerastri Karma Trimurti. Dia dan Sayuti dikenal sama-sama berani melawan penjajah. Seperti kata pepatah, patriotisme Sayutti Melik diwarisi dari ayahnya, tidak jauh dari pohonnya. Saat itu, ayahnya  berani menentang pemerintah kolonial karena  menanam padi secara semena-mena dan dengan kekerasan demi kepentingan penduduk. Ayahnya juga Pochlor, yang bertindak seperti pendukung petani yang ditindas oleh pemerintah kolonial dan bisnis Eropa.

Peran Sayuti Melik terhadap Kemerdekaan Negara Indonesia

Selain mengetik naskah proklamasi kemerdekaan negara Indonesia, sayuti melik juga memiliki peran yang lain dalam kemerdekaan Indonesia, kira-kira perannya apa saja ya? Yuk kalian simak penjelasan dibawah ini. akan kita bahasa pa saja peran pak sayuti melik yang sangat luar biasa menginspirasi kita sebagai kalangan muda, generasi penerus bangsa.

  1. Sebagai saksi persiapan teks proklamasi. Sebelum menjadi juru ketik dekrit, Sayutti Melik sejak awal terkenal karena terlibat dalam proses penyusunan Proklamasi Kemerdekaan dan menyaksikan pembuatan teks Proklamasi Kemerdekaan di ruang makan rumah Laksamana Maeda. Sayuti Melik mewakili kelompok pemuda untuk membantu Sukarno menyusun teks proklamasi. Sedangkan Mohatta dibantu oleh Sukarni. Setelah itu, Sayuti Melik menyarankan agar teks deklarasi ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Pertama, ada perdebatan tentang siapa yang akan menandatangani teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sukarno pertama kali mengusulkan agar  semua peserta yang datang ke teks Deklarasi, seperti Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, menandatangani. Namun, usulan ini ditolak oleh kaum muda yang ingin tidak terpengaruh oleh Jepang. Terakhir, Sayuti Melik menyarankan agar hanya Soekarno dan Hatta yang menandatangani teks deklarasi. Saya memilih Soekarno dan Hatta karena mereka diakui sebagai pemimpin Indonesia. Usul Sayuti Melik pun diterima oleh para hadirin, sehingga Soekarno dan Hatta menandatangani naskah deklarasi atas nama rakyat Indonesia.
  2. Sebagai perwakilan dari kelompok pemuda yang menyaksikan pembuatan teks proklamasi bersama  Sukarni.
  3. Sayuti Melik ditugaskan sebagai asisten Soekarno dalam menyusun teks deklarasi. Sedangkan Skalni adalah asisten Hatta.
  4. Sayuti Melik adalah orang yang mencetuskan gagasan bahwa teks deklarasi yang ditolak oleh para pemuda diubah menjadi bagian “Perwakilan Negara Indonesia” dan menjadi “Atas nama Negara Indonesia”. Ide ini telah berhasil meredakan ketegangan, tua dan muda.
  5. Sayuti Melik adalah orang yang memasukkan teks deklarasi ide kelompok lama.
  6. Perubahan tiga kata dalam teks proklamasi. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk memasukkan teks deklarasi yang diedit bersama. Sayuti Melik menulis teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari Sukarno karena tidak menyesatkan deklarasi. Ditemani BM Diah, Sayuti melik mengetik teks proklamasi  di lantai dasar sebelah dapur rumah Laksamana Maeda. Saat mengetik, Sayuti Melik memodifikasi tiga kata dalam teks deklarasi yang dibuat sebelumnya. Kata tersebut adalah kata `tempoh’ diganti menjadi ‘tempo, ‘wakil-wakil bangsa Indonesia’ diubah menjadi ‘atas nama bangsa Indonesia’, dan pengubahan tulisan bulan dan hari.

Itulah keenam peran pak Sayuti Melik selain sebagai juru ketik naskah proklamasi Indonesia. ternyata beliau juga memiliki peran yang sangat banyak terhadap kemerdekaan Indonesia. Nah teman-teman semuanya, ini adalah salah satu tokoh yang bisa menjadi inspirasi kita dalam hidup kita sekarang.

Keteladanan beliau bisa menjadi contoh untukdapat meningkatkan semangat kita dalam terus mengembangkan potensi diri kita untuk dapat membanggakan dan mengharumkan nama bangsa. Karena sebagai penerus bangsa,kita generasi muda harus terus semangat dalam terus belajar dan meningkatkan kualitas diri dengan mengambangkan potensi, yes, Siapa lagi yang peduli akan masa depan bangsa kalau bukan kita?

Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik (22 November 1908 – 27 Februari 1989), dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dia adalah suami dari Soerastri Karma Trimurti, seorang wartawati dan aktivis perempuan pada zaman pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan.

Peran dari sayuti melik dalam masa persiapan kemerdekaan indonesia adalah

Sayuti Melik

Sayuti Melik

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik IndonesiaMasa jabatan
28 Oktober 1971 – 1 Oktober 1982Daerah pemilihanDKI Jakarta
(1971—77)
Bali
(1977—82) Informasi pribadiLahir(1908-11-22)22 November 1908
Sleman, Yogyakarta, Hindia BelandaMeninggal27 Februari 1989(1989-02-27) (umur 80)
Jakarta, IndonesiaKebangsaanIndonesiaPartai politikGolongan KaryaSuami/istriS. K. TrimurtiAnakMoesafir Karma Boediman
Heru BaskoroPekerjaanWartawan
Politisi

Dilahirkan pada tanggal 22 November 1908, anak dari Abdul Mu'in alias Partoprawito, seorang bekel jajar atau kepala desa di Sleman, Yogyakarta.[1] Sedangkan ibunya bernama Sumilah. Pendidikan dimulai dari Sekolah Ongko Loro (Setingkat SD) di desa Srowolan, sampai kelas IV dan diteruskan sampai mendapat Ijazah di Yogyakarta.

Nasionalisme sudah sejak kecil ditanamkan oleh ayahnya kepada Sayuti kecil. Ketika itu ayahnya menentang kebijaksanaan pemerintah Belanda yang menggunakan sawahnya untuk ditanami tembakau.

Ketika belajar di sekolah guru di Solo, 1920, ia belajar nasionalisme dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia belasan tahun itu, ia sudah tertarik membaca majalah Islam Bergerak pimpinan K.H. Misbach di Kauman, Solo, ulama yang berhaluan kiri. Ketika itu banyak orang, termasuk tokoh Islam, memandang Marxisme sebagai ideologi perjuangan untuk menentang penjajahan. Dari Kiai Misbach ia belajar Marxisme. Perkenalannya yang pertama dengan Bung Karno terjadi di Bandung pada 1926.

Tulisan-tulisannya mengenai politik menyebabkan ia ditahan berkali-kali oleh Belanda. Pada tahun 1926 ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Tahun 1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta, dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938).

Sepulangnya dari pembuangan, Sayuti berjumpa dengan SK Trimurti, dan terlibat dalam berbagai kegiatan pergerakan secara bersama. Akhirnya pada 19 Juli 1938 mereka menikah.

Pada tahun itu juga Mereka mendirikan koran Pesat di Semarang yang terbit tiga kali seminggu dengan tiras 2 ribu eksemplar. Karena penghasilannya masih kecil, pasangan suami-istri itu terpaksa melakukan berbagai pekerjaan, dari redaksi hingga urusan percetakan, dari distribusi dan penjualan hingga langganan.

Trimurti dan Sayuti Melik bergiliran masuk keluar penjara akibat tulisan mereka mengkritik tajam pemerintah Hindia Belanda. Sayuti sebagai bekas tahanan politik yang dibuang ke Boven Digul selalu dimata-matai dinas intel Belanda (PID).

Pada zaman pendudukan Jepang, Maret 1942 koran Pesat diberedel Japan, Trimurti ditangkap Kempetai, Jepang juga mencurigai Sayuti sebagai orang komunis.

Pada 9 Maret 1943, diresmikan berdirinya Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dipimpin “Empat Sekawan” Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Kiai Mas Mansoer. Saat itu Soekarno meminta pemerintah Jepang membebaskan Trimurti, lalu membawanya ke Jakarta untuk bekerja di Putera, dan kemudian di Djawa Hookoo Kai, Himpunan Kebaktian Rakyat Seluruh Jawa. Dan lalu Trimurti dan Sayuti Melik dapat hidup relatif tenteram. Sayuti terus berada di sisi Bung Karno.[2]

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk 7 Agustus 1945 dan diketuai oleh Ir. Soekarno, menggantikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibubarkan cepat. Anggota awalnya adalah 21 orang. Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 orang termasuk didalamnya Sayuti Melik.[3]

Sayuti Melik termasuk dalam kelompok Menteng 31, yang berperan dalam penculikan Sukarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945. Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.[4]

Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.[5] maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok.[6] Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan.[7]

 

Teks asli proklamasi yang ditempatkan di Monumen Nasional

Konsep naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subardjo di rumah Laksamana Muda Maeda.[1] Wakil para pemuda, Sukarni dan Sayuti Melik. Masing-masing sebagai pembantu Bung Hatta dan Bung Karno, ikut menyaksikan peristiwa tersebut. Setelah selesai, dini hari 17 Agustus 1945, konsep naskah proklamasi itu dibacakan di hadapan para hadirin. Namun, para pemuda menolaknya. Naskah Proklamasi itu dianggap seperti dibuat oleh Jepang.

Dalam suasana tegang itu, Sayuti memberi gagasan, yakni agar Teks Proklamasi ditandatangani Bung Karno dan Bung Hatta saja, atas nama bangsa Indonesia. Usulnya diterima dan Bung Karno pun segera memerintahkan Sayuti untuk mengetiknya. Ia mengubah kalimat "Wakil-wakil bangsa Indonesia" menjadi "Atas nama bangsa Indonesia".

Setelah Indonesia Merdeka ia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pada tahun 1946 atas perintah Mr. Amir Syarifudin, ia ditangkap oleh Pemerintah RI karena dianggap sebagai orang dekat Persatuan Perjuangan serta dianggap bersekongkol dan turut terlibat dalam "Peristiwa 3 Juli 1946. Setelah diperiksa oleh Mahkamah Tentara, ia dinyatakan tidak bersalah. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, ia ditangkap Belanda dan dipenjarakan di Ambarawa. Ia dibebaskan setelah selesai KMB. Tahun 1950 ia diangkat menjadi anggota MPRS dan DPR-GR sebagai Wakil dari Angkatan '45 dan menjadi Wakil Cendekiawan.[8]

Sebenarnya Sayuti dikenal sebagai pendukung Soekarno. Hal ini terbukti dengan dirinya yang menjadi anggota PNI.[9] Namun, ketika Bung Karno berkuasa, Sayuti justru tak "terpakai". Dalam suasana gencar-gencarnya memasyarakatkan Nasakom, dialah orang yang berani menentang gagasan Nasakom (nasionalisme, agama, komunisme). Ia mengusulkan mengganti Nasakom menjadi Nasasos, dengan mengganti unsur "kom" menjadi "sos" (sosialisme). Ia juga menentang pengangkatan Bung Karno sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS. Tulisannya, Belajar Memahami Sukarnoisme dimuat di sekitar 50 koran dan majalah dan kemudian dilarang.[10] Artikel bersambung itu menjelaskan perbedaan Marhaenisme ajaran Bung Karno dan Marxisme-Leninisme doktrin PKI. Ketika itu Sayuti melihat PKI hendak membonceng kharisma Bung Karno.

Setelah Orde Baru nama Sayuti berkibar lagi di kancah politik. Ia menjadi anggota DPR/MPR, mewakili Golkar hasil Pemilu 1971 dan Pemilu 1977.

Sayuti Melik meninggal pada tanggal 27 Februari 1989 setelah setahun sakit, dan dimakamkan di TMP Kalibata.

Sayuti Melik menerima Bintang Mahaputra Tingkat V (1961) dari Presiden Soekarno dan Bintang Mahaputera Adipradana (II) dari Presiden Soeharto (1973).

  1. ^ a b Sayuti Melik, majalah.tempointeraktif.com
  2. ^ S. K. Trimurti saksi proklamasi, qizinklaziva.com
  3. ^ Ensiklopedia Jakarta Diarsipkan 2013-02-06 di Wayback Machine., www.jakarta.go.id
  4. ^ "Tujuan Peristiwa Rengasdengklok". 
  5. ^ Achmad Subarjo Diarsipkan 2012-02-09 di Wayback Machine., dawarwangi.com
  6. ^ Seputar Proklamasi 3, sejarahkita.com
  7. ^ "Peran Achmad Soebardjo dan Rengasdengklok". 
  8. ^ Sayuti Melik di Ensiklopedia Jakarta Diarsipkan 2012-02-25 di Wayback Machine., www.jakarta.go.id
  9. ^ Umum, Indonesia Lembaga Pemilihan (1973). Riwajat hidup anggota-anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum 1971. Lembaga Pemilihan Umum. 
  10. ^ Badan pendukung Sukarnoisme, alwishahab

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sayuti_Melik&oldid=21259665"