Penjelasan rumah adat kalimantan selatan

Penjelasan rumah adat kalimantan selatan

Beribu-ribu budaya dan bangunan khas asli wisata Indonesia telah menjadi ciri tersendiri diantara keanekaragaman kebudaya di negeri kita ini. Salah satunya yang masih kental terasa di daerah Pulau Kalimantan dan disebuah propinsi yaitu Propinsi Sulawesi Selatan. Topografi Kalimantan Selatan yang pada umunya banyak memiliki sungai dan serta struktur tanah yang berawa dan bergambut, sedikit banyak berpengaruh terhadap bentuk dan struktur bangunan Rumah Adat di Kalimantan Selatan.

Rumah adat Kalimantan Selatan memiliki beberapa ciri dan fungsi, umumnya rumah adat Kalimantan Selatan disebut dengan Rumah Banjar, setiap rumah memiliki struktur dan bentuk sesuai kasta dari sang empunya atau fungsi rumah itu sendiri.

Terdapat sekitar 12 (dua belas) jenis rumah adat yang terdapat di Kalimantan Selatan.

Sejarah Rumah Adat Kalimantan Selatan

Penjelasan rumah adat kalimantan selatan
Diantara ciri-ciri rumah adat banjar terlihat pada perlambang, bentuk atap, ornamental, dekoratif serta simetris.

Menurut sejarahnya Rumah Adat Banjar telah ada sejak abad ke-16, saat Pangeran Samudera menguasi menjabat sebagai penguasa daerah Bajar pada mulanya memeluk agama Hindu. Masuknya agama Islam ke daerah banjar juga kemudian sedikit banyak mempengaruhi budaya masyarakat serta bentuk bangunan rumah tradisional pada saat itu. Karena pengaruh Agama Islam jugalah Pangeran Samudera kemudian mengganti namanya menjadi Sultan Suriansyah dan bergelar Panembahan Batu Habang.

Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan.

Perkebangan selanjutnya dari rumah adat banjar adalah penambahan bangunan di sisi kiri dan kanan bangunan utama. Dalam istilah bahasa Banjar penambahan ini disebut “disumbi”.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan itulah yang kemudian disebut dengan anjung. Sehingga saat ini rumah

Penjelasan rumah adat kalimantan selatan
adat banjar sering di kenal dengan sebutan “Rumah Baanjung”.

Seiring dengan perkembangan zaman, rumah tradisional banjar semakin sulit ditemui, sekalipun masih ada, hanya beberapa bangunan rumah adat banjar saja yang masih berdiri. Itupun kondisi rumah-rumah adat ini sudah mulai tua dimakan waktu.

Struktur rumah adat Kalimantan Selatan didominasi oleh kayu, mulai dari pondasi hingga atapnya. Dengan berlimpahnya kayu di Kalimantan tentu hal itu tidak menjadi masalah bagi penduduk pada saat itu.

Berikut adalah contoh kerangka rumah tradisional banjar menggunakan ukuran depa atau tapak kaki. Setiap ukuran memiliki ukuran yang ganjil karena dipercaya memiliki nilai magis.

1. Susuk terbuat dari kayu Ulin 2. Gelagar dibuat dari kayu Ulin, Belangiran atau Damar Putih 3. Lantai terbuat dari papan kayu Ulin setebal 3 cm 4. Watun Barasuk terbuat dari kayu Ulin berbentuk balok 5. Turus Tawing terbuat dari kayu Damar 6. Rangka pintu dan jendela tebuat dari kayu Ulin berbentuk papan 7. Balabad tebuat kayu Damar Putih berbentuk balok 8. Titian Tikus tebuat dari kayu Damar Putih berbentuk balok 9. Bujuran Sampiran dan Gorden tebuat dari kayu Ulin atau Damar Putih berbentuk balok 10. Tiang Orong-Orong dan Sangga Ributnya serta Tulang Bubungan tebuat dari kayu Ulin, kayu Lanan, atau Damar Putih berbentuk balok 11. Kasau terbuat dari kayu Ulin atau Damar Putih berbentuk balok 12. Ring tebuat dari bilah-bilah kayu Damar putih

13. Atap terbuat dari sirap kayu ulin atau Rumbia.

Penjelasan rumah adat kalimantan selatan
Macam-Macam Rumah Adat Kalimantan Selatan Rumah adat banjar atau rumah adat Kalimantan Selatan dapat dibedakan menjadi 12 bentuk dan fungsi rumah, yang didasarkan pada kasta dan status serta pemilik dan penghuni rumah itu sendiri.

Berikut adalah beberapa macam-macam rumah adat banjar.

1. Rumah Bubungan Tinggi Rumah Bubungan Tinggi yang berfungsi sebagai bangunan Dalam Sultan (kedaton) yang diberi nama Dalam Sirap, merupakan rumah yang paling tinggi kastanya. Yang berfungsi sebagai istana kediaman sultan.

Kualitas serta kemegahan seninya mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah.

Ciri-ciri rumah tradisional Bubungan Tinggi juga ditunjukkan dengan bentuk-bentuk ornamen berupa ukiran. Ukiran-ukiran tersebut biasanya terdapat pada tiang, tataban, papilis, dan tangga. Bentuk dan seni ukir inipun banyak mendapat pengaruh dari Agama Islam, kebanyakan motif yang digambarkan adalah motif floral (daun dan bunga). Motif-motif binatang seperti pada ujung pilis yang menggambarkan burung enggang gading dan naga juga dibumbui dengan motif floral. Selain bentuk floral dan binatang tedapat juga ukiran-ukiran berbentuk kaligrafi.

2. Rumah Palimasan/Rumah Gajah
Rumah ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan kesultanan berupa emas dan perak

3. Rumah Balai Bini
Rumah Balai Bini berfungsi khusus dan ditempati oleh inang atau pengasuh.

4. Rumah Gajah Manyusu
Rumah Gajah Manyusu merupakan tempat tinggal keluarga terdekat kesultanan yaitu para Gusti-Gusti dan Anang.

5. Rumah Balai Laki Rumah Balai Laki di pergunakan sebagai tempat tinggal para menteri kesultanan.

Wisata Rumah Adat Kalimantan Selatan

Filosofi Rumah adat Sulawesi Selatan adalah pemisahan jenis dan bentuk rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan Kaharingan. Pada suku Dayak terdapat kepercayaan bahwa alam semesta terbagi menjadi 2 bagian, yaitu alam atas (langit) dan alam bawah (bumi). Rumah Bubungan Tinggi merupakan lambang alam atas dan alam bawah. Penghuninya seakan-akan tinggal di bagian tengah dunia yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah.Gabungan dari dunia atas dan dunia bawah dilambangkan dengan Mahatala dan Jata (suami dan isteri).

Rumah adat Kalimantan Selatan masih dapat kita jumpai di beberapa tempat meski usianya sudah mencapai ratusan tahun, sebagian rumah-rumah itu masih ada yang berdiri dan dipelihara dengan baik.

Di Kalimantan Selatan dapat kita jumpai beberapa rumah adat Banjar atau rumah adat kalimantan Selatan di daerah-daerah berikut ini. 1. Desa Sungai Jingah, 2. Kampung Melayu Laut di Melayu, 3. Banjarmasin Tengah, Banjarmasin, 4. Desa Teluk Selong Ulu, Maratapura, Banjar, 5. Desa Dalam Pagar, 6. Desa Tibung, 7. Desa Gambah (Kandangan), 8. Desa Birayang (Barabai), dan

9. Negara.

tirto.id - Rumah banjar atau rumah ba'anjung merupakan rumah penduduk asli masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Saat ini rumah banjar menjadi salah satu warisan budaya di provinsi tersebut.

Seperti sebagian besar rumah adat di Indonesia, rumah banjar memiliki bentuk dan ciri khas yang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat Banjar. Menurut Hartatik, dalam studinya yang rilis pada 2016, suku Banjar memiliki sejarah yang menarik.

Kata "banjar" diambil dari sistem politik pemerintahan lampau, yaitu Kesultanan Banjar. Oleh karena itu, suku Banjar dianggap sebagai masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah politik Kerajaan Banjar dan beragama Islam.

Wilayah tempat tinggal masyarakat Banjar berdampingan suku lainnya, yaitu Melayu dan Dayak. Hal inilah yang menyebabkan produk kebudayaan masyarakat Banjar, termasuk rumah adat, dipengaruhi percampuran ketiga suku.

Rumah adat sendiri didefinisikan sebagai rumah dari penduduk asli suatu wilayah atau daerah. Menurut e-modul "Bersama Meskipun Beragam" keberagaman bentuk suatu rumah adat menunjukkan ciri khas kehidupan penduduk di sebuah wilayah.

Penjelasan rumah adat kalimantan selatan

Bentuk dan Struktur Rumah Banjar Kalimantan Selatan

Rumah banjar merupakan salah satu jenis rumah adat berbentuk panggung. Hal ini berkaitan dengan wilayah tinggal masyarakat Banjar zaman dulu, yaitu di dekat rawa atau pinggiran sungai. Rumah panggung dapat melindungi penghuninya dari pasang surut air serta hewan-hewan buas.

Struktur utama rumah dibuat menggunakan kayu ulin. Kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu yang banyak ditemui di pulau Kalimantan. Kayu ulin memiliki ketahanan dan kekuatan yang luar biasa, sehingga dijuluki sebagai kayu besi.

Jenis kayu ini juga memiliki ketahanan air yang sangat baik, sehingga cocok dijadikan struktur bangunan yang berlokasi di area basah atau rawan banjir.

Rumah banjar memiliki dua bentuk atap, yaitu membumbung tinggi ke langit dan memanjang ke depan serta ke belakang. Antap yang melancip ke atas disebut dengan bubungan tinggi. Sementara atap yang memanjang ke depan disebut atap sindang langit dan ke belakang disebut atap hambin awan.

Bagi masyarakat Banjar, bentuk atap tersebut melambangkan kekuasaan. Hal ini karena zaman dulu, bentuk rumah banjar difungsikan sebagai bangunan istana atau keraton.

Badan rumah banjar ditopang dengan pondasi berupa tiang-tiang tinggi. Mengingat rumah merupakan rumah panggung, akses masuk ke dalam rumah memanfaatkan anak tangga.

Keunikan Rumah Banjar Kalimantan Selatan

Rumah banjar memiliki keunikan berupa ukiran-ukiran yang menghiasi sekeliling rumah. Motif-motif yang menghiasi badan rumah dapat berupa flora, fauna, geometris, serta kaligrafi yang terinspirasi dari Al-Quran.

Menurut Kiki Ratnaning Arimbi dalam e-book "Berselancar ke-34 Rumah Adat, Yuk!" ukiran-ukiran pada rumah banjar berciri khas Hindu-Budha dan Islam.

Selain motif ukiran, keunikan rumah banjar dapat dilihat dari perhitungan depa dalam jumlah ganjil. Masyarakat Banjar perjaca, bahwa depa yang ganjil memiliki unsur magis dan sakral.

Saat ini rumah banjar masih digunakan oleh sebagian penduduk Kalimantan Selatan. Namun, beberapa rumah dilestarikan sebagai sumber daya budaya serta objek wisata. Salah satu rumah banjar yang bisa dikunjungi sebagai objek wisata adalah Rumah Banjar Teluk Selong di Martapura.

Baca juga:

  • Rumah Adat Lamin Kalimantan Timur, Struktur, Ciri Khas, & Fungsinya
  • Keunikan Rumah Adat Panjang Kalimantan Barat & Fungsinya
  • Mengenal Rumah Adat Pewaris/Walewangko dari Sulawesi Utara

Baca juga artikel terkait RUMAH ADAT atau tulisan menarik lainnya Yonada Nancy
(tirto.id - ynd/)


Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora

Subscribe for updates Unsubscribe from updates